Pertama Vania kalah taruhan dari Delvin, Kedua dia tidak sengaja bertemu dengan manusia setengah iblis serupa Delon, ketiga dia harus berakhir cemburu karna melihat Laura si Medusa kejam sedang bersama dengan pacarnya. Baginya ini adalah hari yang cukup sial dan merupakan hari di mana moodnya seketika down ke titik terendah.
Dengan lagak lesuh tak bersemangat, Vania masuk ke dalam kelasnya tanpa ekspresi ceria sedikitpun, cewek berbadan ramping itu terhitung setiap beberapa menit sekali akan menghela nafas berat dan selalu menekuk wajahnya ke bawah persis seperti seorang yang baru saja gagal menaklukan Dosen penguji skripsi. Tidak peduli seberapa rusuh kelasnya kini, Vania hanya berjalan lurus kemudian duduk di bangkunya sambil bertopang dagu muram.
"Ti-pex ti-pex! WOY TIPEX GUE BALIKIN KAMPRET!!!!!!!!!!!!!!!"
Bahkan sekuat apapun suara teriakan maha dashyat milik Bima, tidak akan mampu membuat Vania bergeming.
Bela yang duduk di samping Vania sibuk menyalin sesuatu ke buku tugasnya sendiri, sempat mendelik ke arah Vania tapi kemudian kembali menyalin saat mengingat tidak banyak waktu yang terisisa sebelum Pak Haryanto masuk dan menyuruh mereka mengumpulkan tugas yang telah beliau berikan tiga hari lalu.
"Selamat siang semuanya." Adalah sapaan Pak Haryanto yang baru menginjaki kakinya di kelas dan seketika mendapat respon cukup panik dari murid-murid yang masih menyalin. Suasana yang tadinya ribut berubah hening dalam seperkian detik bahkan Bima si biang toa telah duduk rapi di bangkunya dan mendelik acuh tak acuh sebab dia sudah selesai menyalin.
"Begitu saya absen, maju ke depan dan kumpulkan tugas kalian!" Pak Haryanto berbicara lantang setelah dia duduk di meja guru dan memasang kaca mata beningnya.
Bela melirik Vania, menyenggol lengan cewek itu beberapa kali hingga dia tersadar dan mendelik masih dengan wajah muram.
"Apa?" tanya Vania.
"Tugasnya Pak Haryanto, sudah lo buat belum?" Bela bertanya dengan nada yang sengaja dia kecilkan, seperti berbisik takut apabila Pak Haryanto sang guru Killer mengetahui mereka sedang mengobrol.
"Emangnya ada?"
Bela mendengus. "Mati aja lo Vania."
"Beneran Ada?!" mata Vania refleks melebar, menutup mulutnya sendiri secara cepat karna sadar suaranya kelewatan kencang di dalam kelas yang kondisinya sudah hening.
"Dari tadi lo kemana aja? Nggak lihat apa anak-anak pada sibuk nyalin tadi."
"Gue nggak tahu." Vania cemberut. "Gimana dong?"
Bela menggeser buku tugasnya ke depan Vania, masih memasang telinga mendengar suara Pak Haryanto yang kini sedang mengabsen satu persatu murid yang hadir. "Salin punya gue cepetan sebelum lo di absen."
Dengan gerakan kilat Vania langsung membuka tasnya, mengambil buku tugasnya serta pulpen kemudian setelah itu dia menyalin tugas milik Bela kedalam bukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinque
Teen FictionVania Zerlinda pernah berkata. "Gue nggak akan, ninggalin sahabat gue demi cowok." Tiba-tiba, Delvin Arsen Aldarich selaku ketua OSIS paling tampan satu sekolahan lewat. "Minggir dulu lo sono, buset ganteng banget tuh cowok." "Bangsat, Vania." "Maa...