38 - Pertemuan Tak Dikira

1.5K 141 29
                                    

Vania kira setelah ini hidupnya akan tentram-tentram saja namun sepertinya ekspetasi yang dia inginkan tidak seindah ketika menonton drama korea, realitanya kini ia harus terjebak di dalam mobil bersama manusia setengah setan seperti Delon. Hidup memang tidak semanis gula aren bukan, bahkan ketika Delon baru saja memakirkan mobilnya di depan toko bunga sesuai permintaan Vania, rasa benci yang bersarang di dalam hati Vania masih penuh tanpa berkurang sedikitpun.

"Mau gue temenin nggak?" tanya Delon setelah mematikan mesin mobilnya.

"Nggak usah, makasih. Lo pulang aja." jawab Vania judes

"No gue rasa, gue akan tetap menunggu lo dan setelah itu mengantar lo pulang."

Vania memutar matanya malas. "Tipikal keras kepala."

"Gue udah janji akan antar lo pulang."

"Terserah! tapi gue nggak butuh perhatian lo hingga harus menunggu gue. Gue jamin lo nggak akan betah menunggu gua di dalam mobil jadi mending lo nyalain mesin mobil lo dan pergi dari sini. Sekarang!"

"Lo bilang terserah, berarti gue akan tetap tunggu disini."

Vania membuang nafasnya pongah, lalu turun dan membanting pintu mobil dengan kencang. Sengaja, dia meminta Delon untuk mampir ke toko bunga lebih dulu dengan tujuan dia akan ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya Delvin. Bodo amat dengan Delon yang bersikeras menunggunya, alih-alih luluh Vania lebih memilih naik taksi setelah ini dari pada harus duduk berdua satu mobil bersama manusia reptil seperti Delon.

Wangi semerbak bunga langsung menyambar ke hidung begitu Vania menarik pintu toko dan masuk ke  dalam. Seorang pelayan toko pun datang menghampirinya seraya berkata. "Selamat datang kak, Ada yang bisa saya bantu? Mau cari bunga apa?"

Vania balas tersenyum singkat. "Iya mbak hm, Bunga tulip nya ada?"

"Dibagian sana kak, mari saya antar."

Vania mengikuti kemana arah penjaga toko bunga itu membawanya, tepat ditengah pajangan bunga beraneka ragam Vania bisa melihat salah-satu bunga tulip putih yang ia cari. "Tulip aja kak?" tanya penjaga toko sambil mengambil beberapa tangkai bunga tulip untuk dirangkai.

Vania mengangguk. "Iya."

"Butuh kartu ucapan nggak kak?"

Vania menggeleng dengan senyum kecil. "Nggak usah mbak."

"Tunggu sebentar ya kak, saya rangkai dulu bunganya." perempuan berbadan kecil itu pergi meninggalkan Vania sendiri. Menunggu hingga rangkaian bunganya selesai dibuat Vania memilih untuk berkeliling dan melihat-lihat bunga cantik yang dipajang dalam toko. Tepat setelahnya pandangan Vania terhenti ke salah satu titik dimana ia melihat bunga berwarna kuning-keunguan yang sangat indah tengah terpajang paling dominan dari bunga-bunga disekitarnya.

Vania menyentuh bunga itu bersamaan pada detik yang sama pula tangan seorang pria juga menyentuh bunga yang sama dengan Vania, sontak hal itu membuat Vania mendongak dan menarik tangannya cepat. "Maaf."

"Vania?"

Vania melihat dengan saksama wajah cowok berbadan tinggi itu. "Lo? Lo kan Dimitri?"

Dimitri tersenyum hangat. "Nggak nyangka kita bisa ketemu lagi disini."

"Lo kok bisa ada disini?"

"Tentu aja beli bunga."

"Kebetulan banget."

"Bunga apa yang lo beli?" Tanya Dimitri

"Hah? Oh itu gue beli bunga tulip." Tiba-tiba kenapa Vania merasa canggung dengan percakapan tentang bunga ini.

KinqueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang