Untuk tiga hari kedepan, kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak akan terlaksanakan seperti hari-hari biasanya, sebab mulai hari ini penggelaran pentas seni di sekolah akan di adakan, tentunya semua siswa sangat antusias, selain karna tidak ada aktivitas belajar yang bagi mereka sangat membosankan, mereka juga akan menikmati waktu bersenang-senang mereka untuk menyaksikan pertunjukan yang tentunya akan sangat menghibur.
Keadaan sekolah saat itu sangatlah ramai, jika di lihat dari atas mereka seperti sekoloni semut yang sedang berkerumun mengumpulkan butiran gula dan rela berdesak-desakan di lapangan utama hanya demi menonton pertunjukan yang sebentar lagi akan di mulai, tidak kelupaan di depan juga sudah di bangun satu panggung besar dengan dekorasi sedemikian rupa yang terkesan exciting dengan penambahan peralatan musik lengkap beserta beberapa pasang bass sounds sistem besar menghadap ke depan.
Suasana di luar memang sangat meriah tapi beda lagi dengan keadaan di dalam satu ruangan yang di dekor khusus untuk di jadikan ruangan make up beserta ruang penunggu tampil untuk siswa yang akan pentas, di sana terkesan hening karna di dalam ruangan hanya terdapat dua orang cewek yang jika di lihat, satunya hanya bertugas mendandani salah seorang cewek berambut panjang yang kini sedang duduk diam menghadap cermin besar di depannya.
"Selesai." ucap seorang cewek berambut pendek yang kini telah usai mendandani Vania. dia tersenyum saat melihat hasil karya indahnya di wajah Vania yang sudah di hiasi make up indah terkesan flawlees di wajah cantik Vania.
Vania membuka kedua matanya lalu menatap pantulan dirinya di depan cermin. "Kenapa musti lo yang make up-in gue sih, hasilnya jelek. Tau gitu gue yang make up sendiri."
Bukannya tersinggung, dia malah tersenyum mendengar ucapan Vania, Elsa salah seorang pengurus OSIS yang bersedia untuk mendandani Vania—— walaupun sempat di tolak oleh Vania karna beralasan dia tidak mau di dandani oleh seorang yang bukan profesional dan berakhir dengan perintah telak Delvin sehingga Vania mau tak mau, harus menerima seorang tukang make up dadakan seperti Elsa untuk membantunya berdandan—— sebetulannya, Vania bisa saja melakukannya sendiri hanya saja kebijakan dari panitia pensi harus dia ikuti walaupun terpaksa dia iyakan.
"Iya deh, tau kok yang jago make-up." Ujar Elsa sembari memasukan peralatan make-upnya ke dalam kotak.
"Emang." Vania menata kembali rambut panjang coklatnya yang sudah di catok dengan lebih rapi. "Lo tau Delvin di mana sekarang?"
Elsa mendelik. "Palingan lagi ngurusin tataan panggung di luar, lo tau sendiri kan dia itu super sibuk banget untuk nyiapin semua ini dari beberapa hari yang lalu."
Vania menghembuskan nafasnya pelan. "Hm, si tai itu bahkan nggak datang liatin gue hari ini."
"Si tai yang lo sebut itu lagi sibuk Vania." kemudian Elsa tertawa pelan. "Nyiapin semua pensi ini tentu bukan hal yang gampang, mungkin kalau dia udah kelar dengan urusannya dia bisa datang nemuin lo."
Vania tersenyum getir, sesaat setelah mendengar ucapan Elsa, memangnya sejak kapan Delvin pernah menemuinnya dirinya jika bukan Vania yang selama ini memulai duluan untuk membuat Delvin bergerak. "Come for me? impossible, if not i'am who started first."
"Hah? Lo bilang apa tadi?"
Vania menggeleng. "Lupakan. udah di bawa angin."
Lepas ucapan Vania, pintu ruangan terbuka lebar dan menghadirkan kehadiran seorang cowok dengan topi di kepalanya, cowok itu menatap Vania sesaat kemudian berkata "Vania sepuluh menit lagi lo tampil, siap-siap oke." ujarnya lalu hendak bergerak menutup pintu kembali.
"Nggak."
"Hah?" seketika niatan Dimas untuk menutup pintu terhenti.
"Gue nggak mau tampil." ulang Vania lagi sambil mengambil ponselnya dan memainkannya tanpa mempedulikan tatapan kaget Dimas dan Elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinque
Teen FictionVania Zerlinda pernah berkata. "Gue nggak akan, ninggalin sahabat gue demi cowok." Tiba-tiba, Delvin Arsen Aldarich selaku ketua OSIS paling tampan satu sekolahan lewat. "Minggir dulu lo sono, buset ganteng banget tuh cowok." "Bangsat, Vania." "Maa...