"Delvin, lo harus jelasin semua ini. Apa hubungan lo sama Vania? Kenapa Vania nyebutin nama lo di radio sekolah waktu itu?" Aidan bertanya dengan keadaan dia duduk di atas meja Delvin, sementara Delvin dia duduk di kursi dengan tenang dan sesekali memijit pelipisnya pelan.
Bragy beralih duduk di samping Delvin, cowok itu menatap Delvin dengan teliti. "Dan kenapa, Vania masukin foto lo di instagram nya? Ngaku lo, kalian berdua pasti ada apa-apanya kan? Iyakan?"
Kali ini giliran Gahral yang ikut ambil ahli untuk bertanya. "Lo pacaran ya sama dia? Kok nggak kasih tau kita? Katanya nggak suka sama Vania, kok malah main tikung gitu, wah curang lo! Nggak bisa di biarin ini."
Oke, Delvin merasa dirinya adalah seorang tersangka yang tengah di introgasi oleh polisi sekarang. Pertanyaan teman-temannya itu terlalu banyak dan Delvin juga tidak berniat menjawabnya satu-persatu. Semua pertanyaan itu kadang kala lebih sulit dari sekedar soal matematika seratus nomor. Yang sering dia kerjakan untuk tambahan nilai. Semua itu terlalu cepat terjadi, Delvin tidak dapat lari dari kenyataan. Dia terhempit dan sudah terbelunggu dengan kelakuan Vania. Yang tiba-tiba datang dan mengacaukan seluruh hidup tenangnya, terlebih lagi cewek itu butuh sedikit rehabilitasi untuk tidak menciumi orang sembarangan, Oh shit—— memikirkan tentang ciuman kembali mengingatkan Delvin akan kelakuan Vania beberapa jam yang lalu. Oke, itu terlalu liar untuk di pikirakan, Lupakan.
"Vin, lo punya mulut kan? Jawab dong, nggak boleh main rahasia- rahasiaan. Dosa tau." Bragy kembali bersuara.
"Delvin woi! Jujur tuh yang terpenting, Lo pacaran kan sama Vania?"
Delvin mendengus, dia menendang meja di depannya hingga berbunyi keras. "Brisik! Lo semua pergi sana!"
"Hm, mulai kan! Mulai jahatnya kumat lagi." Aidan mencibir sembari turun dari atas meja. Ya lebih baik dia turun dari pada jatuh di tendang Delvin kan nggak lucu Yang ada nanti bokongnya yang jadi tumbal kekerasan Delvin.
Tak berselang lama, tampak dari arah pintu luar, tiga orang cewek baru saja datang dan langsung masuk dalam kelas, dengan lagak santai tanpa beban, Beberapa pandangan anak-anak kelas sontak berpaling dan menatap Cewek berambut panjang itu dengan tatapan kaget sekaligus kagum. Ayolah pelaku cewek itu adalah Vania Zerlinda. Beserta sahabatnya Bela dan Adel. Sudah tentu dong perkumpulan anak ngehits seperti mereka terus di jadikan sorotan di mana-mana, itu sudah kordatnya.
"Hello everyone, mohon perhatian Semuanya tolong keluar dari dalam kelas sekarang terkecuali Ketua OSIS kita, Delvin Arsen Aldarich." Teriak Adel dengan penuh semangat membara, cewek itu tampak sangat antusias, seolah dia tengah melakukan aksi kampanye.
Delvin memandang ketiga cewek itu dengan tatapan tak suka, apalagi cewek yang kini berada di tengah hempitan dua cewek lainnya. Dia tak suka ada orang asing yang datang ke kelasnya dan main pintah seenak jidat mereka. "Emang kalian siapa? Main perintah." Itu suara Delvin, Cowok itu tampak masih tenang dengan keadaan duduk Tapi tatapannya terarah ke arah Vania dan para komplotannya.
Aidan menonjok pelan bahu Delvin. Sebelum dia kembali mendelik ke arah Vania dengan nyengir. "Eits, nggak pa-pa. Kita bakal keluar kok, silahkan urusin urusan kalian sampai kelar, Kita semua bakalan keluar."
Bragy mengangguk, dia memiting leher Gahral untuk berjalan bersamanya keluar. "Iya, kita bakal keluar kok Untuk Vania mah apa aja abang rela."
Vania memutar matanya malas Beruntung ini jam istirahat kedua. Jadi jumlah siswa yang berada di dalam kelas terhitung sedikit. Hingga tidak membuang banyak waktu untuk menyuruh para siswa keluar dari dalam kelas yang pada dasarnya. Bukan kelas Vania. Setelah memastikan kalau semua siswa sudah keluar dari dalam kelas. Vania memberi kode kepada kedua temannya untuk keluar dan mengunci pintu dari luar. Sementara dirinya Berlagak cantik dan berjalan ke arah Delvin yang rupanya, juga mengambil langkah untuk berdiri dan hendak keluar dari dalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinque
Teen FictionVania Zerlinda pernah berkata. "Gue nggak akan, ninggalin sahabat gue demi cowok." Tiba-tiba, Delvin Arsen Aldarich selaku ketua OSIS paling tampan satu sekolahan lewat. "Minggir dulu lo sono, buset ganteng banget tuh cowok." "Bangsat, Vania." "Maa...