tears.

2.3K 121 0
                                    

Author pov.

"kanayaaaa..."

PLETAK!

"aduhhh sakit wid anjir!" ucap kanaya sambil memegangi kepala akibat di pukul widya menggunakan botol minum.

"abisnya elo sih, gue tuh udah kayak baca mantra manggilin elo." Jawab widya dengan kesal.

Eva pun curiga, ia tau sahabatnya satu ini lagi dilema. Karena sebelum sebelumnya kanaya tidak pernah sering melamun seperti ini. Eva mencoba menanyakan hal yang membuatnya diam seperti ini.

"kan sumpah lo jangan kaya gini deh, kita tau elo lagi diposisi yang nggak enak, tapi plis lah kan. Jangan buat itu jadi sebuah beban bagi lo" jelas eva sambil mengelus ngelus punggung kanaya.

"sekarang gini deh, kalo lo emang udah mulai sayang sama ian. Lo kejar dia,gapeduli lo rony mau ngapa ngapain lo! kalo kalian saling berjuang ya everything is fine babe. Tapi kalo lo nggak mau ambil resiko misal Ian bakal di tawur sama geng nya Rony lo harus rela jauhin dia. And you have to know kanaya putri, setia itu masih kalah tau nggak sama ikhlas." Tambah widya.

Deg!

"setia masih kalah sama ikhlas?" kanaya kembali mengucapkan kata itu dalam hatinya.

Tring!

11.01

Fabian Adjie.

Hey, pulang sama aku yuk! Aku jemput kamu di kelas ya;)

Yang kanaya lakukan, hanya melihat pesan itu.

Hanya dilihat.

Tanpa membalas.

.

.

"eits bro, ada kanaya nggak di dalem" ian  kepada yannas yang kebetulan ada di depan kelas sedang bersama pacarnya yaitu Lia.

"kalo widya sama eva sih gue liat tadi sih ada rapat osis gitu. Kalo kanaya...mmhh. Yang liat kanaya nggak?" gantian yannas yang bertanya pada lia.

Lia pun langsung mengangkat wajahnya ke arah dua cowok di depannya, karena sebelumnya lia main hape.

" oh kanaya tadi lagi di kamar mandi yang di deket ruang pramuka."

½ menit

1 menit

"hei" sapa ian, sembari mengeluarkan tangannya dari saku.

Kanaya kaget. Kanaya terdiam saat melihat ian ada di depan dirinya pas. Ian pun bingung.

"aya, jadi kan pulang sama aku?"Kanaya pun pergi melewati ian. Ia berlari menghindari ian.

"kanaya!kanaya!" ia terus mengejar kanaya, ia terus mengejar cintanya. Sampai akhirnya, kanaya berhenti. Kanaya belom menoleh. Posisinya masih di depan ian. Begitupun ian, yang juga berdiri di belakang kanaya dengan tatapan bingung.

Ian maju ke arah kanaya. Belom sampai 2 langkah, kanaya mengatakan.

"ian stop!kalo lo maju lagi. Gue bakal lari lagi." Ian bingung. Ada apa ini?kanaya kenapa?

"kanaya kamu kenapa?"

Tanpa disadari tetesan air mata kanaya datang dari mata dan membasahi pipinya. Lalu kanaya menoleh, ian pun kaget meliat kanaya menangis. Jujur dalam hati ia ingin memeluk nya. Ia tak suka melihat perempuan menangis. Tapi? Ia bertanya tanya. Apa penyebab kanaya menangis adalah dirinya?

"gue mau lo jangan deket deket gue lagi!gue mau lo stop care ke gue!gue mau lo stop muncul di kehidupan gue! dan yang paling penting, stop manggil gue aya!" jelas kanaya, kanaya masih berdiri tanpa berpindah. Pipinya masih basah karena air matanya.

"maksud kamu?"

Prok prok prok.

Terdengar suara tepuk tangan dari belakang ian. Terlihat rony dengan gengnya sedang menuju ke arah mereka berdua berdiri.

Rony mendatangi kanaya. Dan merangkulnya. Kanaya menolak, ia risih dengan perlakuan rony. Tetapi, kanaya masih tertunduk dan menangis.

"bangsat! Lo gausah megang megang kanaya" ian mencoba untuk menuju arah rony dan kanaya. Tapi ia di tahan oleh alif dan dimas yang masih ada di sebelahnya. Tangannya di tahan dengan erat.

Rony maju ke arah ian sambil tersenyum kecut. "haha, terserah gue dong gue mau apa apa in kanaya, gue pacarnya dan lo bukan siapa siapa bocah!" ia menepuk kecil pipi ian. Tapi ia melawan menggerakkan pipi ke kiri.

Ian kaget setengah mati atas apa yang di katakan rony. Ia terdiam, tatapannya melihat kanaya. Tetap melihat kanaya.

"kanaya, yang diomongin bangsat ini nggak bener kan?" tanya ian kepada kanaya dan dengan masih tatapan sendu.

"apa kata lo?" bangsat?!!"

Bug! Pukulan keras di tujukan rony tepat kearah pelipis kanan mata ian.

"iya lo bangsat! Lo pasti maksa kanaya kan?" balas ian, tidak kapok dengan pukulan pertama. Dan rony belom puas dengan satu pukulan. Ia memukul lagi wajah ian sekarang di bagian ujung bibir. Kali ini mengeluarkan darah.

Keadaan sekolah sudah sepi. Jadi tidak ada yang tau dengan perkelahian mereka ber 5.

"Rony stop!" jujur, dalam hati ia tidak tega melihat ian di pukul seperti itu. Kanaya tau, ian cowok. Tapi kalo dia cowok bukan berarti kalo di pukul nggak sakit kan.

"ian, gue mohon sama lo, stop kaya gini. Ron anter gue pulang"

Sakit hatinyaaaa. Seperti teriris pisau yang baru diasah.

"oke mas fabian saya duluan ya." pamit rony kembali dengan senyum kecutnya.

Ian tak peduli dengan nyeri di wajahnya. Ia merasakan nyeri di hatinya lebih sakit dari sakit di wajahnya. Ia melihat kepergian wanita yang ia sayangi dengan orang lain. Ia memilih tetunduk.

"sabar ya masbro" ucap kedua teman rony yang masih disana dan meninggal kan ian sambil tertawa mengejek.

"aya! Stop make me confused" batin ian dan memegangi kepalanya.

Tiba tiba ada seseorang memegang bahu ian. Ian menoleh, itu adalah tangan perempuan.

Tapi siapa?..

HAYO SIAPA?! jangan lupa ya vote dan comment.

Big thx!!

Aya!Stop Make Me..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang