Distance

1.8K 98 6
                                    

Suara seorang perempuan berkali kali terdengar di telinga Kanaya. Tatapan matanya kosong, Hari ini adalah hari terberat kanaya. Ian tidak memberi kabar kepadanya dari tadi pagi. Jangankan memberi kabar, Kanaya menelfon saja tidak diangkat.


"mbak kanaya ayo toh makan." ucap bi sumi kali memanggil kanaya.

Kanaya masih terdiam, ia berdiri ke arah lemarinya.Bi sumi semakin bingung, dan akhirnya bi sumi kembali ke dapur. Kanaya mengambil tas dan mengambil dompet dari dalam lemarinya. Ia baru ingat, selama 4 bulan pacaran dengan Ian Kanaya tak pernah membuka sama sekali surat yang di berikan Ian kepadanya.

"kalo misal ..

nanti aku nanya ke kamu ..

waktu pulang sekolah..

"kamu mau nggak jadi pacarku?"

kamu jawab apa?"

Spontan senyuman Kanaya tercipta dengan sendirinya. Ia tak menyangka ian menulis surat sekonyol ini. yatuhan ian.

Kertas itu masih dalam genggaman tangannya. Tak lama ia menangis. Ia teringat bagaimana ian selalu memperlakukannya layaknya seorang kekasih yang paling bahagia di dunia. Ia teringat saat ian selalu memberikan les privat saat dirinya kesusahan dalam pelajaran. Dan masih banyak lagi yang ian lakukan untuknya.

Kanaya berfikir, rasanya betengkar kali ini seperti rasanya sudah berpisah dengannya untuk selamanya. Biasanya walaupun hubungan mereka ada masalah, Ian selalu membicarakan dengan baik dan tidak dengan emosi.

Seseorang yang mengintipnya dari pintu tak tega. Kanaya yang merasa di intip ia langsung menoleh ke arah ambang pintu kamarnya.

"gue nggak baik baik aja guys" spontan tangisan kanaya pecah. Ia membuka lebar tangannya ke arah temannya. itu adalah Widya dan Eva yang memakai seragam sekolah yang masih lengkap. Mereka memeluk sahabatnya yang ia tahu sedang tidak baik keadaannya.

Tangan Widya mengelus-elus punggung kanaya "everythings is gonna be alright kan,percaya gue. Ian cuman terlalu shock gara gara dia tau kalo kita bohongin dia." Kanaya menggeleng dan menutup mulutnya dengan telapak tangannya, pipinya masih basah akan banyaknya air matanya.

"dengan masalah kaya gini lo ga harus kan nggak masuk sekolah." sahut Eva.

Kali ini kanaya menutup seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia tak henti hentinya menangis. Otaknya tak henti hentinya memikirkan Ian. Hatinya tak henti hentinya memanggil nama Ian.

"gue nyesel, coba gue bilang ke dia kalo reza mantan gue.Gaakan ada tregedi reza ketauan bilang masih sayang sama gue.Gaakan ada tragedi ian buka kotak itu. Gue minta tolong sama lo dong wid. Telfonin dia. gue nelfon dia nggak di angkat, gue chat nggak di bales,gue telfon rumahnya katanya, ian belom pulang sekolah." Muka kanaya mulai menunjukan permohonan kepada Widya.

Widya berdiri dari hadapan kanaya. Ia melangkah ke arah kasur dan mengambil tasnya. Ia mengambil ponselnya dari tasnya. Widya kembali duduk di atas karpet tepat di sebelah Kanaya.

calling fabian..

"nada sambung kan" ucap widya yang masih menempelkan ponselnya di telinga.

Kanaya hanaya menatap penasaran.

dari seberang sana "halo,kenapa wid?"

"sibuk nggak yan"

"iya gue sibuk."

pet.

Kanaya tau mengapa ian juga sinis kepada teman temannya. Karena, mereka juga termasuk membohongi ian. maka dari itu, Eva dan Widya memberitahu Ryan,Abi dan Kiki untuk pergi kerumah Ian nanti sore bersama sama.

Aya!Stop Make Me..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang