honest

1.6K 100 14
                                    

Ian pov
"Menurut mama kalo Ian ikhlasin Kanaya buat orang lain salah apa nggak?"

Mama tersenyum mendengar pertanyaan gue. Mama ngelus-ngelus pundak gue.

"kembali sama hati kamu sendiri Ian. Kamu jangan berpendapat pada 1 pihak saja." Jawabnya dengan nada yang lembut. Ini yang gue suka sama mama. Whatever the situation, she always try to look calm.

Gue mengerutkan kening. Gak mengerti apa maksud yang mama jawab. Tiba-tiba mama duduk tetap disebelah gue. Kasur rawat gue ini memang lumayan cukup besar untuk bisa diduduki lebih dari 1 orang.

"ini tentang reza maksud kamu?" mama selalu paham apa maksudku sebelum gue ngasih tahu apa point pembicaraan gue. Gue ngangguk perlahan.

Mama tiba-tiba melihat atap langit kamar. Menghela nafas panjangnya.

"cinta itu bukan cuma rela mengikhlaskan. Tapi kamu juga harus tau kapan kamu harus memperjuangkan dan yang paling susah itu mempertahankan..."

"... kalo kamu ngelepas Kanaya, memang Reza seneng dapet yang dia inginkan. Tetapi, satu sisi kamu juga harus lihat diri kamu sendiri Ian" jawabnya jelas.

Benar. Ini memang tentang mengikhlaskan, mempertahankan dan memperjuangkan. Di dalam cinta pasti itu 3 unsur terpenting di dalamnya. Itu bisa dibilang kalo cinta itu adalah sebuah soal, kalian harus ngejawab pake 3 rumus itu.

Gue nggak tahu jelasnya dan masih bertanya-tanya. Kok kanaya tau gue disini. Dan anehnya dia berani ngomong gitu ke gue. Nggak mungkin kan mereka putus? Pasti Reza lebih milih Kanaya daripada Chiara.

Ada bunga bucket bunga di meja kecil sebelah tiang infus gue. Gue nggak tahu ini bunga jenis apa. Warnanya merah, Aneh banget bentuknya. Yang jelas ini bukan mawar.

"bagus ma bunganya, mama yang beli?" gue tanya sambil gue liatin bunganya. Ada kartu nggantung di pita bawah bunga.

"bukan, itu tadi dari Kanaya" nggak seberapa dengerin jawaban mama. Jelas tapi gue denger kalo ini dari kanaya. Gue buka kartu ucapan kecil itu.

Genggaman erat ini ku sampaikan hangat untukmu.

Hari-hari tanpamu membuat hidupku sepi.

Sungguh ku merindu setiap detik tawaku dan tawamu menyatu.

-KP

Yatuhan, sebenarnya ada apa ini. Gue memejamkan mata gue erat-erat, sambil memijat kening gue. agak sedikit nyeri, karena gue tau ada luka di bagian kiri kening gue. jujur gue lupa model kecelakaan gue gimana. Yang gue inget, gue lagi mergokin Reza.

***

Kanaya Pov

"hiks...hiks"

"kan udah dong nangisnya, tissue nya udah 2 kotak lebih nih. Bangkrut gue" ucap eva sambil ngasih tissue lagi ke gue. udah nggak tahu ini tissue ke berapa. Pulang dari rumah sakit gue langsung ke rumah Eva. Awalnya mau kerumah Widya, tapi dia lagi pergi sama keluarganya.

"gue ini cewek yang salah mulu ya va" gue lihat eva memejamkan matanya.

"astaga kanaya, lo ngomong kaya gitu itu udah lebih dari 20 kali tau nggak. Cerita yang jelas dong" protes dia. Emang dari tadi gue curhat nya cuman ngomong kaya gitu dan diselingi sama nangis.

"gue ini cewe..."

Tiba-tiba mulut gue di bungkem pake tangannya. Matanya eva melotot, ya gue paham maksud dia. Gue ngehapus air mata gue. Gue cerita dari awal sampek akhir tanpa ada sedikitpun yang menurut gue terlewatkan. Eva dengerin gue sambil ngangguk ngangguk.

Aya!Stop Make Me..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang