Author pov
"kan, lo sampek kapan mau diemin kita kaya gini kan?"
Kanaya masih saja tidak manggubris sapaan widya. Sudah dari tadi pagi kanaya tidak mengajak bicara sahabat-sahabatnya. Buku pelajaran menjadi pelarian Kanaya untuk menghindar dari sahabat-sahabatnya.
BRAK!
Tiba-tiba Eva menutup keras buku yang di baca oleh Kanaya, sebenarnya kanaya tak serius membaca hanya seolah-olah saja. Kanaya masih tidak menatap kedua temannya. Ia masih menunduk menatap bukunya.
"oke, gue nggak tau lo mau dengerin gue apa enggak. Lo nggak butuh jawab penjelasan dari kita berdua. Cukup dengerin." Jelas Eva.
Widya menggenggam lengan Eva, ia mencoba menahan emosi nya. Tetapi, Eva tetap melanjutkan penjelasannya. Karena baginya, ia ingin masalah ini cepat selesai.
"Bukannya gue nggak sayang sama sahabat gue sendiri. Bukannya gue ngerelain lo nggak bahagia sama Reza. Gue berdiri bukan di pihak lo maupun Ian. Gue sama widya udah berusaha ngebujuk Ian untuk tetep memperjuangin lo. Tapi, dia tetep bersihkeras buat ngambil keputusannya yang salah itu!"
Air mata membasahi pipi kanaya. Ia menangis, lagi dan lagi. Telapak tangannya menutup mulutnya. Ia sudah tak kuat mendengar berbagai cerita yang membuatnya kacau. Kanaya perlahan menatap Eva.
Widya menggenggam tangan Kanaya. Mengelus pelan atas tangannya "kita tau kita salah, maafin kita"
"tapi kenapa kalian harus bohongin gue dalam waktu yang cukup lama, kenapa kalian nggak ngasih tau gue apa yang ditimpa Ian" tangisannya masih lirih, murid-murid kelas saat itu menatap mereka bertiga. Tetapi mereka tidak perduli. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan suatu masalah.
"kita nunggu waktu" jawab Eva.
"guys gue nggak tau harus gimana" tangisan kanaya makin pecah. Eva dan widya pun langsung memeluk sahabatnya saat itu.
****
"chi..za.."
Kanaya sengaja mengajak Chiara dan Reza menemuinya sehabis pulang sekolah, di salah satu kafe dekat sekolah. Sesuatu yang akan di katakan Kanaya adalah suatu kesimpulan pemikirannya yang sudah bulat.
"buat kamu za, aku mau hubungan kita sampe sini aja. Maafin aku nggak bisa jadi yang kamu mau. Aku tau, udah nggak ada nama ku lagi di hati salah satu sisi hatimu. Karena itu sudah di gantikan dengan cewek yang ada di sebelah kamu. Za, kamu jaga chiara ya" reza terdiam.
Chiara memang sedikit tegang saat itu "kan.."
"buat lo chi, gue tau waktu lo kerumah gue, lo nangis kan di depan rumah gue? lo nggak ikhlas bilang kalo hatinya Reza cuman buat gue. lo salah Chi..lo lebih penting buat dia" Kanaya memegang tangan kedua temannya itu, ia saling mengaitkan semua sela-sela jari mereka.
Kanaya tersenyum,ia meninggalkan mereka berdua. Kini ia sudah berada di mobilnya. Kini tugasnya memperjuankan cinta yang benar benar ia harapkan. Fabian.
***
Genggaman erat ini ku sampaikan hangat untukmu.
Hari-hari tanpamu membuat hidupku sepi.
Sungguh ku merindu setiap detik tawaku dan tawamu menyatu.
-KP
Tulisan itu kanaya tulis dalam kartu ucapan. Ia membelika sebucket bunga dengan kartu ucapan untuk Ian. Selanjutnya, ia langsung menuju tempat dimana ian di rawat.
"eh kanaya"
"ini tante, aku beliin buat ian" ucap kanaya dengan senyum. Sebucket bunga dan buah diterima oleh mama Ian.
![](https://img.wattpad.com/cover/104026041-288-k615519.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aya!Stop Make Me..
Teen FictionBukan tentang cowok nakal yang cuek dan gapernah mainin cewek. Fabian mempunyai kehidupan yang biasa-biasa saja. Hingga ia bertemu seorang cewek bernama Kanaya pada hari pertama ia pindah sekolah. Kisah cinta mereka berawal manis namun, apakah kisah...