4 - Resist.

9.9K 1.1K 148
                                        

BRAKKKKK

"JEON WONW-Oh tuhan!" Mingyu terkejut mendapati Wonwoo yang sedang terbaring lemas di lantai dengan terbalut selimut tebal. Wonwoo seketika membuka kedua matanya karena suara keras yang ditimbulkan oleh suara pintu yang Mingyu dobrak membuatnya terbangun.

Terkejut melihat Mingyu, ia langsung berusaha berdiri kemudian membaringkan dirinya di atas kasur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. "Ugh" Mingyu menutup hidungnya ketika bau, ia mendapati selimut yang digunakan Wonwoo itu terkotori oleh muntahan.

Namun terdapat bekas muntahan di lantai, belum lagi hampir seminggu kamar tersebut tidak pernah ada udara segar yang masuk dan membuat bau kamar benar-benar tidak enak. Padahal Wonwoo adalah tipe tidak menyukai sesuatu yang kotor akan tetapi tiba-tiba ia seolah cuek dengan sekitarnya dan membuat Mingyu terheran.

"Kau ini jorok sekali" ucap Mingyu setengah teriak "Jangan meringkuk di kamar! Cepat kau keluar! Ibu mau bertemu dengan kita malam ini" Mingyu pun berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar Wonwoo disana.

Wonwoo semakin meringkuk di dalam selimutnya dan menutup kembali kedua matanya untuk kembali tertidur. Sudah hampir seminggu juga Wonwoo tidak makan atau minum, perutnya terus berbunyi dengan nyaring sekali.

Tiba-tiba Mingyu menggendongnya ala bridal style walau tubuhnya dibalut oleh selimut, Wonwoo sempat berontak minta diturunkan namun ia tiba-tiba merasakan basah. Ia dijatuhkan ke bathtub.

"P-panas!!" Ucap Wonwoo sambil berusaha keluar dari bathtub yang sudah diisi dengan air panas.

"Panas kah?" Tanya Mingyu datar, namun Mingyu mencegah Wonwoo keluar dari kamar mandi dan membiarkan Wonwoo duduk di kloset. Mingyu pun memandikan Wonwoo yang sedang duduk di kloset. Setelah membersihkan Wonwoo, Mingyu menggendong kembali Wonwoo dan memasukannya kedalam bathtub.

Airnya sudah tidak terlalu sepanas tadi, Mingyu pun membasuh tubuh Wonwoo. Wonwoo hanya terdiam dan tidak merespon Mingyu yang mengajaknya ngobrol.

BYUR

Tiba-tiba Mingyu mendorong kepala Wonwoo masuk kedalam air, Wonwoo reflek langsung menarik kepalanya kembali dan memandang Mingyu dengan terengah-engah. Sang pelaku malah tersenyum bodoh walau ada pancaran kekesalan dari matanya.

Seolah paham dengan maksud Mingyu yang mencoba ingin akrab dengannya karena kesalahannya.

.

.

.

"Bagaimana?" Tanya nyonya Kim sambil menatap sebuah kertas di tangan sang suami "Aku bersyukur karena Mingyu tidak sendiri lagi"

Sang suami hanya diam, ia tak meyangka jika Wonwoo adalah anak mereka yang sempat hilang selama ini dan orang tua Mingyu yang mengalami amnesia karena kecelakaan, benar tidak mengetahui kejadian lampau itu.

Saat itu Wonwoo yang baru berumur 4 tahun, ia menghilang disaat kecelakaan dan hanya ditemukan tubuh kedua orang tua Mingyu disana. Sementara Mingyu yang masih berumur 2 tahun sedang dititipkan pada neneknya, lalu untuk pertama dan terakhirnya, permintaan Wonwoo untuk bertemu dengan sang adik saat itu seolah tidak pernah terkabul.

Melihat Mingyu yang seolah tidak mempunyai teman ngobrol di rumah, nyonya Kim bermaksud untuk mengadopsi seorang adik untuk Mingyu.

Namun sang suami menolak karena khawatir pada sifat Mingyu yang sudah terbiasa hidup sendiri, emosi yang tak terkontrol dan kedua orang tua Mingyu yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya itu tak bisa mengawasi sang anak nanti dengan adik asuh yang akan diadopsi.

000

"Bagaimana steaknya, Wonwoo-ah?" Mingyu kesal sendiri melihat sang ibu yang begitu perhatian pada Wonwoo. Memang siapa Wonwoo? Bukankah ia hanya anak dari supir keluarganya? Juga mengapa mereka meminta Wonwoo untuk tinggal bersamanya?

Wonwoo pun tiba-tiba bangun dari duduknya dan berlari ke kamar mandi, nyonya Kim dan sang suami khawatir melihat keadaan Wonwoo yang tiba-tiba saja pergi tadi. Tuan Kim hendak menyusul ke kamar mandi-

"Aku saja, ayah" ucap Mingyu dengan wajahnya yang sudah masam, kedua orang tua Mingyu disana sedikit bingung juga karena melihat raut wajah sang anak yang benar-benar kelihatan sangat bad mood. 

CKLEK

"Akh" jantung Wonwoo berdegup kencang ketika tiba-tiba Mingyu mencekiknya dan membantingnya ke dinding kamar mandi. Mingyu tak mempedulikan tatapan seorang anak kecil dan kakaknya yang memperhatikan Mingyu dan Wonwoo saat itu, tapi tak lama sang kakak menyeretnya pergi.

"Bukankah tadi siang aku menyuruhmu untuk ke dokter? Untuk mengeceknya?" Tanya Mingyu memandangnya kesal, namun Wonwoo tidak menjawab karena Mingyu mencengkram lehernya dengan begitu erat.

Melihat itu Mingyu langsung melepaskan cengkramannya dan membiarkan Wonwoo mengambil nafas banyak-banyak. Tapi tiba-tiba Mingyu memukuli perut Wonwoo berkali-kali sampai pada akhirnya membanting kepala Wonwoo ke westafel.

Setelah itu tubuh Wonwoo jatuh terduduk dan terengah-engah sambil mencengkram perutnya yang sangat sakit. Mingyu hanya memandangi Wonwoo dengan tatapan kesal.

Tapi Mingyu tidak yakin, tidak mungkin jika laki-laki dapat hamil dan maka dari itu Mingyu ingin Wonwoo segera pergi ke dokter untuk mengeceknya. Belum saja Wonwoo membalas perkataan Mingyu, dirinnya sudah dihajar duluan oleh anak majikan ayahnya itu.

Mingyu sendiri tidak mengerti kadang-kadang, ia hanya tidak menyukai orang lemah dan melihat mereka itu selalu saja berniat untuk menyakiti mereka, ditambah lagi dengan Wonwoo yang terkadang memperlihatkan ekspresi lemahnya, bagaimana ia jadi tidak bernafsu untuk menyakitinya?

Pada awal kehamilan Wonwoo sebelumnya, tubuhnya akan merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya, namun karena dirinya yang kerap di'siksa' oleh Mingyu, ia pun tak bisa merasakan hal yang disarakannya itu berasal dari kehamilannya atau siksaan Mingyu?

"Bawalah hasilnya dan jika kau hamil, lalu gugurkan"

Wonwoo diam, ia hanya lelah, menggugurkan kandungan adalah suatu tindakan yang membuat tubuhnya serasa sedang dicabut nyawa. Setelah ia pernah menggugurkan kandungannya, ia kapok dan berniat tidak ingin melakukan hal itu lagi.

Namun jalan hidupnya berkata lain, ketika ia tinggal bersama Mingyu, seharusnya Wonwoo sudah tahu apa yang harus dijaganya.

Tapi ia malah harus menanggung ini lagi.

"Aku tak ingin menggugurkannya" jawab Wonwoo tegas sambil memandang Mingyu marah. Saat itu Wonwoo tiba-tiba merasakan kepalanya sangat sakit dan pandangannya gelap, Mingyu membanting kepalanya pada keramik westafel dibelakangnya.





















A/n : _(:3 」∠)_  am seksi and ai now it.

Ada yang deket Telkom University? Tau Nihon No Matsurinya ga? Nanti Moki jadi obake/hantu disana :v hueheuheuehe.

Dats why Moki ga ke Jakarta yang ke ultah Mingyu itu aa bete bgt T^T my son I'm so sorry I choose jadi hantu instead kesana /jadi hantu dapet makan gratis juga / ketimbang ke Jakartah yang gatau jalan :''''''''''''''v

My Wife ; MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang