Jungkook menghempaskan tubuhnya bersandar pada sofa merah yang memang tersedia disana, begitu pula beberapa member lain yang melakukan hal sama seperti dirinya. Hanya seorang yang masih meliuk liukan badannya menghadap cermin, melihat detail gerakannya yang dirasa kurang sempurna. Sudah 3 jam lebih mereka bergerak mengikuti partitur lagu, namun Park Jimin nampak masih belum puas dengan hasilnya."kau menyiksa dirimu Jim". Taehyung melempar sebotol minuman dingin yang langsung ditangkap baik oleh Jimin.
"kalian diundang makan bersama nanti dirumah". Jimin melangkah pergi tanpa memberi sepetah katapun lagi.
"sudah kuduga". Namjoon menghela nafas kembali mengelap beberapa keringat dilehernya.
"baiklah nanti malam kita bersama pergi kerumah Jimin, kau juga Kook". Hoseok nampak menyengir memandang Jungkook yang setengah kebingungan.
.
.Jam masih menunjuk angka setengah 7 malam. 30 menit lagi ia akan pergi ketempat namja yang sedari tadi membuatnya galau.
"astaga, aku hanya harus pergi makan bukan? Kenapa semua baju-baju ini berserakan". Erangnya frustasi sembari melipat beberapa kemeja yang berhamburan.
"aku seperti anak gadis saja, kenapa juga aku harus bingung memilih baju". Ucapnya lagi sedikit jengkel.
"Suga kau benar-benar magnet".
Setelahnya kelima member nampak memasuki mobil van yang mengantar mereka ke kediaman keluarga Jimin.
Rumah berlantai 2 dengan aksen bunga cantik di bagian teras. Ah bahkan ini pemandangan yang mengesankan tak seperti rumah Jimin yang dibayangkan beberapa member lain.
Seorang namja paruh baya tersenyum membuka pintu, kelima member nampak memasuki rumah dengan bungkukan salam terhadapnya.
Dilain tempat seorang yeoja paruh baya tengah sibuk menaruh beberapa mangkuk diatas meja makan. Mereka semua tau siapa. Tentu saja orang tua Jimin.
Jungkook meneliti setiap detail rumah yang asing baginya. Maniknya terhenti pada sebuah bingkai foto besar berisi 4 orang, maniknya menatap lekat foto seorang namja yang tengah berdiri bersama Jimin dibelakang kedua orang tuanya. Ohh itu Suga. Masih dengan ekspresi sama. Datar dan dingin, tipikal orang yang susah untuk ditebak.
Setelah dirasa sempurna nyonya Park mengajak semuanya duduk di meja makan besar untuk menikmati hidangan.
"Yoongi kemana?". Pertanyaan dari Tuan Park menyadarkan beberapa orang disana, bahwa mereka tak seharusnya makan terlebih dahulu.
"dia menghubungiku masih dalam perjalanan". Jimin merespon dengan datarnya.
Hati Jungkook berdebar. Ah shit... Belum datang saja debaran ini sudah menggila. Apalagi setelah aku melihatnya. Jungkook memandang Jimin yang tengah sibuk mengetik sesuatu diponselnya, entah apa yang membuat Jungkook heran melihatnya. Memang hubungan apa yang terjadi dikeluarga ini, kenapa canggung sekali.
Derap langkah kaki membuat semua menoleh. Seorang namja mungil berambut hitam legam dengan sedikit bias kebiru-biruan tengah melepas jaket tosca yang ia kenakan.
Jimin mendekat kearahnya mendongakkan wajah mungilnya yang terdapat bercak biru legam.
"ada apa dengan wajahmu". Ucapnya kentara dengan nada khawatir.
"aku tak apa. Hanya terpeleset tadi, sudahlah lebih baik kita makan". Suga melangkah menuju kursi makan meninggalkan Jimin yang masih tertegun.
Jungkook tak melepaskan pandangannya sedikitpun dari sosok itu. Sosok yang luar biasa dari semua ekspetasinya. Ahh bahkan bayangannya berbanding jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME
Teen FictionAku jatuh cinta pada setiap lirik yang kau buat, sungguh hatiku ikut merasakan sedih, susah, pahit bahkan senang. Bolehkah aku berharap satu hal. Bisakah aku mengisi tiap kata yang akan kau tulis nantinya?, aku berharap diriku bisa kau sebut dalam t...