winter wish

1.7K 206 15
                                    

Disarankan memutar lagu diatas. Agar lebih dapet feelnya.

"makanlah dulu Jim, eomma tau kau lelah". Jimin menggeleng menolak dengan halus.

"duduk dulu Jimminie...". Seulgi mempoutkan bibirnya seolah memang menggoda nan menarik antensitas Park Jimin.

Namun sekali lagi Jimin kembali menggeleng dan lebih memilih menjauh, baginya makan bisa nanti setelah ia menemui sang hyung yang lama sudah tak ia jumpai.


"hyung...". Jimin mencoba untuk lebih sopan mengetuk sebelum masuk, berbeda dari dirinya yang sebelum sebelumnya.

"hyung.. Kau di dalam kan?". Hening... Jimin kembali mengetuk pelan tapi tak ada jawaban apapun.

"apa kau sedang mandi?". Suara hening kembali sebagai jawaban dari pertanyaannya.

Dengan sedikit lancang ia buka knop pintu dihadapannya, karena dirasa sang hyung yang terlalu lama. Mungkin memang ia sedang mandi pikirnya.

Jimin mengedarkan seluruh atensinya kedalam kamar, ia tersenyum sekilas mendapati tak ada perubahan berarti disana. Hyungnya masih tetap sama seperti 3 minggu yang lalu saat ia tinggalkan.

Jimin mendengar bunyi gemiricik air dari balik pintu kamar mandi, ia tersenyum kecil saat dirasa firasatnya memang benar, sang hyung tengah mandi.

Ia merebahkan dirinya pada kasur milik hyungnya, mencoba menghirup aroma sang hyung yang mendominasi.

"hying apa kau masih lama?". Tanyanya cukup nyaring untuk didengar sesorang di dalam sana.

Maniknya kembali menengok ke arah kamar mandi karena tak ada jawaban yang diharapkan terdengar.

Ia beranjak dan mulai mengetuk pintu yang sedari tadi tak lepas ia pandangi. "hyung jangan bercanda".

"aku buka ya...".


















Krekkkkkkkk............
.











.....














































Tangis mendominasi semua orang yang terduduk putus asa di depan pintu berlabel IGD. Hampir setengah jam yang lalu pintu itu menjadi saksi bahwa hidup hyungnya bertaruh disana.




Bagaimana Jimin?


Satu kata....

Hancur......



Ia terisak tanpa bisa berkata memandangi lagi jemarinya berulang kali, masih membekas warna merah milik hyungnya. Tangis itu kembali runtuh menyesalkan segalanya.



















Saat dirinya memasuki  kamar mandi apa yang ia lihat bukan seperti yang ia bayangkan.

Bathup yang sebarusnya berbusa bukan lagi busa tapi banjir darah. Hyungnya yang harusnya bersenang senang menggosok lengannya pun tak ada, hanya ada sebuah pisau lipat yang tergeletak dengan lengan yang mengalir menumpahkan si merah pekat.

Jimin berteriak histeris...... Menghampiri mengguncang pelan tubuh sang hyung. Ia bahkan tak sanggup untuk berdiri bahkan berbicara.

Tubuhnya seeprti robot yang terus berjalan menuruni anak tangga secepat mungkin.

"astaga Yoongi....". Pekikan dari sang eomma membuat semua pasang mata menata ke arah Jimin.

"aku bersumpah jika sesuatu yang buruk terjadi pada hyungku, aku yang akan membawanya pergi dari rumah biadab ini. Camkan itu". Jimin berlari menyambar kunci mobilnya tak menghiraukan pekikan dari semua orang yang mencoba memanggilnya.































SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang