Dia memang tampan, Yoongi akui pesonanya sedari dulu tak pernah diragukan. Berpakain serba putih dengan selipan bunga mawar di saku jas, rambut yang ditata sedikit membelah degan surai blonde grey menambah kesan ketampanannya semakin sempurna. Setiap mata akan memandangnya penuh takjub, setiap orang akan memuji berapa tampannya ia saat ini dan sungguh cantik sosok di sampingnya.
"Bagaimana Oppa?". Yoongi hanya memberi dua ancungan jempol sembari tersenyum lebar.
Setelahnya kembali menjadi normal ketika ia terlupakan. Tugasnya telah usai untuk apa ia berlama-lama.
Kaki mungilnya bergerak cepat agar tak berlama-lama di sana memandang wajah memuakkan yang mengumbar senyum tapi degan maksut menusuknya.
Brakk.......
Seseorang tertabrak hingga beberapa buku yang dibawahnya berserakan. Yoogi segera berjongkok ikut memugut sembari mengucap beribu maaf karena keteledorannya.
"Maafkan saya". Jemarinya mengangkat tiga tumpukan buku yang segera diberikan kepada pemuda mungil dihadapannya.
Deg....
Deg....
Deg....
"Hahhhhhhh...". Yoongi ikut terkejut mendengar teriakan pemuda mungil dihadapannya. Dan tunggu dulu kenapa....
Kenapa ia memiliki wajah yang sama denganku.
"Kenapa mula kita mirip ya hyung". Celetuknya polos namun dengan nada datar.
Yoongi juga merasa kikuk dengan pertanyaannya yang dilontarkannya.
"Ya sudah aku duluan, sekali lagi maaf". Yoongi berlalu enggan berlama lama memikirkan hal yang membuatnya pusing.
Jungkook menghela nafas gusar kembali setelah sekian lama berdiri di depan gedung studio milik Yoongi, saat hendak masuk ia mendapat indo dari beberapa scurity yang berjaga bahwa kesayangannya sedang keluar.
Cuaca malam ini sangat dingin, namun Jungkook abaikan, wajahnya menengok kanan kiri sekedar melihat apakah Yoogi telah sampai.
Dan saat tubuh mungil itu terlihat, senyum kelincinya kembali merekah.
"Itu dia". "Jungkook fighting".
"Sedang apa kau bocah". Yoongi mendogak mendapati Jungkook yang berdiri menghalangi jalannya.
"Hanya menunggu hyung pulang dan menyambutnya". Ucapnya riang
"Untuk apa. Buang buang waktu saaja, apa sekarang kau pegangguran hingga tak ada kegiatan yang kau lakukan". Jungkook kembali tersenyum berjalan lebih mendekat.
Kedua jemari besarnya menangkup pipi gembil Yoongi. "Lain kali pakai syal agar tak dingin emmm". Emarinya masih sibuk emnghangatkan sosok yang termenung diam memandanginya balik.
Kembali Jungkook memakaikan syal dan bannie hitam dengan hati-hati. "Nah begini kan hangat". Kembali seutas senyum hangat diterima Yoongi.
"Hyung.... aku mencintaimu". Yoongi kembali mengerjap polos memandang Jungkook.
Keduanya berjalan memasuki ruang studio Yoongi dan.....
"Jeon kau....."."Maukah hyung selamanya menyandang nama Marga Jeon".
Yoongi tak bisa lagi berbohong tentang perasaannya, seketika tangisnya meledak. Hikssss hikssss
"Kenapa.... kenapa kau sebegitu peduli padaku...".
"Karena aku meyayangi hyung melebihi apapun".
Keduanya berahir dalam rengkuhan hangat dengan salah seorangnya yang masih terisak hebat dan satunya lagi bertugas menangkannya.
Flashback
Ketika itu kedua orang yang berstatus ayah dan anak itu melangkah riang dengan beberapa barang masing masing jemari keduanya.
Namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok yang sangat familiar bagi yang bersaltatus ayah.
"Bukankah itu tuan Park". Jungkook ikut menoleh san membenarkan memang itu benar beliau.
"Jika Appa bertanya padaku tentang perasaan, yah aku masih memilikinya bahkan dari dulu hingga sekarang, semua orang pasti juga akan demikian, karena kenangan itu akan terus mebekas meski kehidupan kedepan kita tetap berjalan, tapi semuanya masih tersimpan baik di dalam sini". Yoongi menunjuk tepat di mana hatinya berada.
"Berhentilah ...... BERHENTILAH BERTIGKAH KONYOL YOONGI, kau tau ibumu tersiksa dengan segala sikap dan tingkah yang kau buat. Apa kau pernah memikirkannya hah? Kau selalu membuat ulah dengan menyakiti dirimu sendiri, apa kau sungguh ingin mencari perhatian untuk dikasihani". Yoongi menoleh kaget, tak percaya orang yang selalu ia segani akan berbicara demikian.
"Berhentilah membuat orang lain susah, dirimu yang seperti ini sungguh merepotkan, aku tak suka melihat ibumu bersedih dan ahirnya jatuh sakit hanya karena memikirkan tingkah konyolmu".
Hiksss....hikssss
"Begitukah aku dipikiran appa, sebegitu merepotkannyakah diriku, maaf jika aku merepotkan, maaf jika aku membuat kalian terluka dan maaf karena membuat Appa jenuh dan capek".
"Kalau aku diberi pilihan aku tak akan menyukai Jimin, kalau bisa sudah kubuang segala rasa ini appa".
"Kalau begitu biarkan mereka berdua menikah, Jimin dan Seulgi".
"Jika tidak jangan gunakan margaku dibelakang namamu".
Jungkook mengepalkan kedua jemarinya. Prang tua mana yang bisa setega itu melontarkan kata semanyakitkan itu kepada anaknya, meski Yoongi hanya anak tiri, tapi tetap saja itu keterlaluan.
"Sebentar. Biarkan dia keluar dahulu, baru kau selesaikan". Jungkook hanya mengangguk paham.
Ketiga orang itu saling besitatap.
"Hallo paman, Jeon Jungkook imnida". Jungkook sedikit membungkuk.
"Kau Jeon". Ayah Jungkook mengangguk
"Mau apa kalian". Mr Jeon bersmirk remeh.
"Mohon berikan ijin anak anda memakai marga Jeon"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME
Teen FictionAku jatuh cinta pada setiap lirik yang kau buat, sungguh hatiku ikut merasakan sedih, susah, pahit bahkan senang. Bolehkah aku berharap satu hal. Bisakah aku mengisi tiap kata yang akan kau tulis nantinya?, aku berharap diriku bisa kau sebut dalam t...