Yoongi memandang langit sore yang telah berubah warna, untuk sekian kalinya dirinya mendesah menahan hasrat sakit dalam dadanya yang tengah memuncak, kebiasaannya sedari dulu tak pernah hilang untuk menekan seluruh perasaannya, hingga berahir dirinya yang tersakiti jatuh terlalu dalam.
Bubur dalam mangkuk yang tadinya mengepul dengan uap panas telah berubah menjadi dingin dan berair, ia bahkan tak meliriknya sedikitpun.
"hyung makan dulu ne, kau belum menyentuh buburmu sama sekali". Ucapan Jimin tak ditanggapi, hanya hening yang menjadi saksi betapa hancur hidup Min Suga sekarang.
"kumohon hyung". Jimin menatap memelas kearah Yoongi yang masih setia memandang kearah luar, bahkan posisi Jimin kini berubah berjongkok didepan Yoongi.
Yoongi bahkan jauh lebih mengacuhkan Jimin dari yang dulu, ia masih asik dengan kegiatan mari memandang langit orange. Jimin menghela nafas berat, ia harus lebih ekstra sabar menghadapi kakaknya kali ini.
"aku suapi yah....". jemari Jimin berhenti sebelum mencapai mulut Yoongi, maniknya terkejut mendapati Yoongi yang kini menatapnya dengan mata berair yang siap tumpah, detik berikutnya air mata itu lolos begitu saja.
"hyung... gwenchana?". Jimin meletakkan mangkoknya asal, setelahnya ia terburu mendekap tubuh Yoongi yang nampak bergetar. Yoongi tak menjawab, tetapi semakin lama isakannya terdengar memilukan. Jimin mengelus punggung Yoongi mencoba menenangkan, tapi tak berpengaruh banyak karena tubuh mungil itu masih terus bergetar.
"hyung jangan menyiksamu seperti ini... jeball....". jimin ikut menangis menatap Yoongi yang tak meresponnya sama sekali.
"Jimin-ah...". sang eomma menggeleng.
"jangan memaksanya". Tambahnya lagi. Jimin berdiri melangkah pergi memunggungi Yoongi, sesekali jemarinya mengusap lelehan air matanya yang kembali keluar.
Jemari mungil itu merayap di antara kaca jendela, sedang jemari satunya menggambar pola jemarinya yang masih setia bertengger pada kaca jendela, Yoongi hanya diam seperti sebelumnya sesekali menangis sesekali tersenyum sekilas sebelum wajahnya kembali datar. Seluruh keluarganya sudah mencoba yang terbaik untuk membujuk Yoongi, tapi perlu usaha ekstra keras mendampinginya, ini bukan sesuatu yang sederhana yang seperti kita pikirkan. Ini menyangkut kejiwaan, mental dan perasaan.
Jungkook berlari kencang membawa paper bag yang nampak sedikit menghambat larinya, salahkan jumlah barang yang terlalu banyak yang ia bawa. Ia berlari memasuki kediaman keluarga Park, mendapati ibu Yoongi yang sedang menyiram tanaman.
"jungkook-ah masuklah". Jungkook tersenyum dan setelahnya berlari berbondong-bondong dengan barang bawaan yang hampir menutupi tubuhnya.
Klikk...klikkk..
"Yoongi-ah aku datang". Ucapnya riang dibalik pintu. Sedang Yoongi masih tetap kekuh menatap kearah kaca jendela.
"kau mengabaikanku lagi euhhh,,,". Jungkook cemberut dengan langkah terhentak ia berjalan mendekat."padahal aku membawakanmu hadiah loh???".ucapnya menggoda dan berhasil....
Yoongi menengok enggan kearah Jungkook, ia sedikit memiringkan wajahnya heran menatap jungkook. Sedang yang ditatap malah mencoba menahan hasratnya, salahkan Yoongi yang terlalu cute jika berpose seperti itu, tangannya sudah gatal ingin mengabadikan momen seperti itu.
"ayooo kemari...". yoongi masih terdiam memandang Jungkook yang melambai lambai menyuruhnya mendekat.
"duduk sini eumm....". yoongi menurut ... ia berjalan dan duduk dihadapan Jungkook memandang paper bag yang Jungkook bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME
Teen FictionAku jatuh cinta pada setiap lirik yang kau buat, sungguh hatiku ikut merasakan sedih, susah, pahit bahkan senang. Bolehkah aku berharap satu hal. Bisakah aku mengisi tiap kata yang akan kau tulis nantinya?, aku berharap diriku bisa kau sebut dalam t...