suga hanya terdiam namun enggan untuk berontak menolak semua ide konyol yang mungkin menusuk hatinya. ia terdiam menatap kedua yeoja didepannya yang sibuk menata beberapa dekor dan kado yang berserakan, maniknya mencoba beralih menatap ke langit-langit untuk menghalau air mata yang mungkin sewaktu-waktu tak bisa lagi ia bendung.
ia telah mengalami banyak hal pahit sebelumnya, tapi ini bahkan lebih sakit dari yang pernah ia rasa. bukan mengada-ada atau bahkan membesar-besarkan keadaan, ini memang murni apa yang ia rasakan.
rasanya keputusannya dulu harusnya ia pikirkan kembali, menggores seperti itu menghilangkan sedikit bebannya yang perih, tak peduli cairan itu keluar, asal hasrat sakit yang ia pendam bisa menguar. ini mungkin batas ahir yang dimilikinya.
langkah kaki yang tergesa, tak peduli nafasnya memburu ataupun salju turun yang begitu dingin,
Jimin bahkan tak peduli ia tak mengenakan mantel atau apapun yang melindunginya dari dinginnya malam ditambah salju, yang ia pikirkan hanya Suga dan segala yang meracau masuk dalam pikirannya setelah ia menerima telepon tadi. Diikuti dibelakannya Jungkook dan Namjoon yang juga berlari tergesa, hanya Jungkook memang lebih beruntung dari Jimin yang mengenakan sweater lengan panjang dilengkapi beni hitam yang membuatnya sedikit hangat, Namjoon tak jauh beda dari Jungkook, ia malah menatap keduanya hawatir, hawatir akan banyak hal yang terjadi. Ia hanya tak bisa memberi tahu apa yang sebenarnya ia tahu, dan ia juga tak bisa untuk tak meninggalkan Suga yang dalam kondisi seperti ini.
Jimin bertambah kencang memacu kedua kakinya yang tak lagi secepat sebelumnya, karena jarak dari dorm dan rumah sakit terbilang lumayan, apalagi dengan berlari kesetanan seperti yang ia lakukan. Nafasnya tersengal membuka knop pintu setelah memaksa dengan bentakan dan sedikit umpatan pada resepsionis yang berbicara cukup lambat dalam menjawabnya.
Masih dengan nafas tersengal, ketiga namja itu memperbaiki sistem pernapasannya, meraup oksigen dengan rakus. Jimin membuka pintu dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi benturan pintu dan dinding membuat dua Yeoja didalam sedikit terkejutdan menoleh kearahnya.
Manik Jimin mengedar kesegala penjuru ruangan tapi tak menemukan yang ia cari, bahkan ia mendekat dan sedikit membentak keduanya, ia tak peduli yang terpenting ia menemukan Suga dan ia harus melihatnya. Tapi apa ruangan yang katanya Suga dirawat malah berisi Seulgi dan rommanya bahkan beberapa kado berserakan dilantai yang keduanya sibuk bereskan. Dan beberapa balon hias yang mungkin saja mereka siaokan entah untuk apa. Dengan wajah datar dan masih tanda tanya Jimin melangkah mendekari keduanya.
"dimana Yoongi-hyung". Namun hanya diam yang ia peroleh. Jimin semakin tak mengerti akan perubahan raut keduanya yang tiba-tiba berubah sendu. Jimin bingung ada apa sebenarnya kenapa dan kenapa masih terus bermunculan dalam benaknya.
Jungkook pun sama dibuat heran oleh kedua yeoja yang ada dihadapannya, bahkan tak mengerti maksut dari ruangan pasien yang disulap seperti mmmm pesta kejutan kayaknya.
"dimana Yoongi-hyung". Ulang Jimin dengan nada sedikit menuntut bahkan ia berusaha menelisik setiap sudut ruang untuk menrmukannya, namun nihil tak ada seorang pun kecuali mereka semua.
Namjoon mendekat mencoba menghalau segala tindak Jimin yang mungkin keluar dari batasan. Ia mungkin juga sedikit tak paham akan semua ini.
Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan sang appa yang berjalan mendekat kearah Jimin dan....
Hussss....
Sebuah semprotan berisi kertas warna-warni berhamburan keluar mengenai tubuh Jimin. Seulgi mendekat dengan seloyang kue dikedua tangannya. Bahkan wajah eommanya yang sedari tadi berubah menjadi senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME
Teen FictionAku jatuh cinta pada setiap lirik yang kau buat, sungguh hatiku ikut merasakan sedih, susah, pahit bahkan senang. Bolehkah aku berharap satu hal. Bisakah aku mengisi tiap kata yang akan kau tulis nantinya?, aku berharap diriku bisa kau sebut dalam t...