Tiffany telah diam terlalu lama. Ia kesal dengan istrinya. Apakah ia tidak menginginkannya lagi hingga memandang tubuhnya pun terus ditampik? cukup sudah dengan kaca mata hitam yang dicoreti spidol permanen itu. Taeyeon menyebalkan. Pikir tiffany. Sepanjang siang hingga makan malam. Tiffany masih mendiamkan taeyeon.
" Fany-ah.. Dahiku masih sakit. " Taeyeon kembali mengadu, ia melihat istrinya membersihkan meja dapur setelah selesai makan malam dan cuci piring.
" Salahmu sendiri. Sejak kapan kau berubah jadi orang konyol huh?? " Jawab tiffany dengan ketus, tak lupa ia memandang tajam ke arah istrinya. Taeyeon tentu saja merasa terintimidasi jika tiffany sudah begitu. Istrinya benar-benar marah.
Tiffany kembali mendiamkannya lagi hingga waktu tidurpun ia berbalik badan memunggungi taeyeon.
" Fany-ah?? Kau tidak ingin menciumku sebelum tidur? Kau tidak ingin tidur memelukku? " Tanya taeyeon dengan nada sedih. Tiffany selalu tidur memeluknya, dan telah menjadi kebiasaannya. Ia akan tidur lebih nyenyak jika memeluk taeyeon dalam tidurnya. Menyaksikan tiffany tidur memunggunginya membuatnya cemberut sedih.
" Aku pikir kau tidak ingin menginginkannya. Bukankah kau menghindari tubuhku ada didekatmu? "
" Ya... yahh fany-ah... " Tiffany benar-benar tidak ingin tidur memeluknya. Taeyeon semakin cemberut sedih.
Taeyeon melihat jam dinding kamar. Sudah jam 1 pagi, pikirnya. Ia masih juga belum bisa tidur. Pertengkaran dingin dengan istrinya membuatnya menyesal kenapa ia menghindari tubuh istrinya. Taeyeon hanya bisa memandangi punggung tiffany. Lalu pandangannya tiba-tiba berpindah ke bahu istrinya. Tiffany memakai piyama tanpa lengan. Hanya seutas tali yang bertengger dibahunya. Taeyeon bisa melihat tali bra tiffany karena piyama minim istrinya. Kenapa ia jadi tergoda untuk mengecupi bahu istrinya yang seksi itu.
" Tae-ah?? " Tiffany merasakan kecupan lembut pada lehernya, ia belum sepenuhnya sadar. Memanggil nama taeyeon seakan reflek pasti perbuatan istrinya. Ia menggerayang ke lehernya dan hanya merasakan kepala istrinya yang masih sibuk menciumi leher dan bahunya. Tiffany membuka matanya pelan dan hendak berbalik menghadap istrinya, tapi gerakannya memposisikan tidur rata malah membuat taeyeon semakin bergerilya menjelajahi leher tiffany. Bahkan setengah tubuhnya sudah ditindih taeyeon.
" Tae-ahh?? " Tiffany ingin melihat wajah istrinya. Ada apa dengannya sekarang ?
" Waege.. Humph.. " Tiffany tak bisa melanjutkan kalimatnya saat istrinya itu tiba-tiba mencium bibirnya dengan semangat. Tiffany pun secara reflek membalas lumatan bibir istrinya. Ia pun mengalungkan tangannya ke leher taeyeon.
" Hemmmpphh... " Tiffany mendesah saat lidah istrinya masuk ke dalam mulutnya. Ciuman taeyeon begitu memburu. Ia sempat kewalahan dengan kecepatan ciuman istrinya, maka tiffany menurunkan satu tangannya untuk menangkup pipi taeyeon sedang tangan lainnya memijat tengkuknya, memberikan sinyal pada istrinya untuk lebih pelan-pelan. Ia bisa kehilangan nafas jika taeyeon terus begini.
" Hahh.. " Taeyeon melepas ciumannya dengan diakhiri bunyi bibir mereka. Nafas mereka menghempas wajah masing-masing. Berebut mencari udara. Pandangan mereka tak terpalingkan satu sama lain. Tiffany menggigit bibir bawahnya melihat mata serius taeyeon. Istrinya begitu seksi jika sudah menampakkan wajah begini.
" Saranghaee... " Tiffany meleleh mendengarnya. Iapun membalasnya dengak kecupan singkat sambil membalas " Nado saranghae Tae-ah. "
Tiffany melihat taeyeon menarik nafas panjang. Ia tahu jika taeyeon sedang tegang.
" Rileks babe.. Lakukan saja seperti biasanya. But.. Give me long foreplay for this.. " Tiffany mengusap pipi taeyeon kemudian menarik tengkuknya untuk bisa berciuman kembali. Lebih lembut kali ini. Ciuman mereka tidak memburu seperti sebelumnya. Tangan taeyeon yang kali ini memburu, memburu melepas bawahan piyama tiffany. Mengelus selangkangan istrinya yang masih tertutup oleh celana dalam. Sembari mulutnya yang menjelajah leher dan turun ke belahan dada istrinya, taeyeon mengeluarkan buah dada tiffany tanpa melepas bra istrinya. Ia tidak sabar. Ia merasa sangat panas, terlebih bagian tengah selangkangannya. Apalagi merasakan kenyalnya puting tiffany hanya membuatnya semakin panas. Pikirannya terasa menjadi gila.
" Ohh.. Tae-ahh.. " Tiffany mendesah nikmat saat taeyeon memasukkan jarinya ke lubangnya. Mulut istrinya itu masih sibuk menjilati dan mengulum buah dadanya. Tiffany merasa tidak leluasa jika taeyeon tidak juga melepas branya. Maka ia sedikit mengangkat tubuhnya dan melepas branya sendiri. Dan benar saja, taeyeon semakin ganas menciumi buah dadanya setelah ia melepasnya.
" Ahh.. taee... " Tiffany menarik-narik ujung baju taeyeon untuk dilepasnya. Tapi perbuatan taeyeon membuatnya begitu lemah hingga ia tak mampu melepas pakaian istrinya. Taeyeon yang mengerti maksud istrinya segera melepas ciuman dari tubuh istrinya dan dengan cepat melepas pakaiannya, tak lupa branya juga. Kini mereka seimbang bertelanjang dada, tapi taeyeon masih melihat baju piyama tiffany yang masih bertengger di bawah perutnya. Taeyeon menarik tiffany bangun untuk melepas piyamanya dan juga celana dalamnya. Menelanjangi secata total agar ia bisa bebas menjamahnya. Lalu kembali menindih istrinya, melahap bibir istrinya sedang tangannya kembali bekerja memasukkan dan mengeluarkannya dari dalam lubang selangkangan tiffany.
" Ahh... Tae-ahh.. " Tiffany kembali orgasme. Entah untuk yang keberapa kalinya. Sepertinya ini adalah yang ke empat kalinya. Jika taeyeon tidak juga membawanya ke dalam inti permainan, tiffany bisa jadi kelelahan. Memang benar ia sendiri yang menginginkan foreplay panjang. Ia harus memberi isyarat pada taeyeon bahwa dirinya telah siap.
" Taetae-ah.. " Tiffany menarik leher taeyeon dari dadanya, menangkup wajah istrinya sampai sejajar satu pandang dengannya.
" Buka celanamu. "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen One [ End ]
FanfictionSemuanya begitu normal.. Taeyeon mempunyai istri yang cantik.. pernikahan yang bahagia.. pekerjaan tetap.. orang tua yang hebat.. Sahabat-sahabat yang selalu disisinya.. sampai taeyeon bertemu seseorang yang mengubah hidupnya.. Special thanks to Mel...