Author note :
Chapter ini pendek.. aku bisa aja memperpanjangnya tapi itu juga butuh 2 ato 3 hari lagi buat di update..
Karna dipastikan hari ini aku sibuk..tapi aku pengen menghibur reader yg lagi bete dirumah aja buat baca crita eneng😉
Ps: sgala bentuk typo itu memang kesalahan saya🙇🙇🙇
" Sepertinya berat badanku naik, babe.. " Bibirnya mengerucut saat Tiffany melihat tubuhnya didepan cermin. Kehamilannya kini sudah menginjak 4 bulan. Perutnya kini sudah timbul. Terlebih karena ia hamil anak kembar. Perutnya terlihat lebih besar dari rata-rata wanita yang sedang hamil 4 bulan.
" Itu kan normal sayang... " Taeyeon menarik tubuh Tiffany dari belakang lalu membawanya duduk dibibir ranjang. Memangkunya sambil menahan tubuh Tiffany, dengan melingkarkan tangannya dibawah perut istrinya, sesekali meraba perut istrinya dengan gerakan lembut.
" Besok kau bisa temani aku periksa, kan?? Aku tidak ingin periksa sendirian.. " Tiffany sudah mengatakannya sejak kemarin jika lusa dia akan memeriksakan kehamilannya dan meminta Taeyeon agar bisa menemaninya.
" Iya, sayang. Besok aku meminta jadwal masuk siang. Jadi aku bisa membawamu pergi periksa besok pagi. "
" Kenapa tidak meminta cuti saja sekalian. " Tiffany mengerucutkan bibirnya kecewa. Hanya ditemani setengah hari. Sigh. Tiffany bisa apa selain hanya mengerti akan pekerjaan yang dijalani Taeyeon.
" Aku tidak bisa meminta cuti sekarang-sekarang ini. Mereka membutuhkanku, dan aku juga harus bekerja lebih giat untuk calon anak kita. " Taeyeon menjelaskan. Ia paham Tiffany mudah merasa bosan dirumah karena tidak bekerja, oleh sebab itu istrinya selalu bergelayut manja jika dirinya ada dirumah. Ah, tapi dia suka Tiffany yang imut seperti ini. Tiffany tidak banyak membantah dan mendebatnya sekarang-sekarang ini. Ia jadi istri yang penurut, termasuk saat ia menyuruh Tiffany untuk selalu menghabiskan susu formula khusus ibu hamil yang harus dikonsumsinya.
" Jika saja aku masih bekerja, aku bisa membantumu mencari uang dan.. "
" Yah!! Kau pikir uangku tidak cukup untuk membiayai hidup kita, huh?? " Alasan saja. Ia tahu istrinya itu tidak suka menjadi orang pengangguran.
" Maaf, babe. Aku tidak bermaksud begitu.. " Tiffany langsung mengecup pipi Taeyeon agar istrinya itu tidak marah. Taeyeon memang selalu sensitif jika ia mulai membicarakan pekerjaan. Tiffany paham maksud baik Taeyeon. Taeyeon hanya ingin dirinya fokus akan kehamilannya.
" Aku tahu kau merasa bosan dirumah jika aku sedang bekerja. Mungkin.. kamu bisa mencari kegiatan yang bisa dilakukan dirumah agar tidak merasa bosan. "
" Seperti?? "
" Hehmm.. seperti.. " Taeyeon berpikir keras tentang apa saja yang disukai istrinya selama ini. Ah. Ia tahu.
" Merajut pakaian. "
" Merajut pakaian?? "
" Iya. Bukankah kau selalu membuatkanku sapu tangan rajutan sendiri saat musim dingin. " Ia ingat betul bahkan tahun lalu istrinya membuatkan dia satu baju yang begitu hangat dipakai. Tiffany memang jago sekali dalam merajut.
" Benar juga. Aku bisa membuat pakaian bayi yang lucu dan hoaamm.. " Seperti biasa. Tiffany jadi gampang sekali mengantuk. Padahal jam dinding kamar menunjukkan pukul 10 malam. Tapi kantuknya seakan ia sudah bekerja bangunan kuli seharian ini, yang nyatanya ia tidak banyak melakukan aktifitas yang begitu berat.
" Tidurlah.. " Taeyeon merengkuh tubuh istrinya untuk ia angkat lalu membaringkannya ke atas tempat tidur. Ia bisa melihat sendiri mata sayup istrinya yang begitu mengantuk. Sungguh lucu. Taeyeon tersenyum sendiri menyaksikannya.
" Nanti aku belikan bahan untuk merajutnya, bagaimana?? " Taeyeon mengusap-ngusap pipi istrinya lembut. Istrinya begitu indah. Ia tak akan pernah bosan memandanginya berlama-lama.
" Andwe.. Nanti hari sabtu kita pergi bersama membelinya. Aku tidak ingin kau salah memilih bahannya. " Tiffany menggelengkan kepalanya, ia sungguh menolak jika Taeyeon yang akan pergi sendiri membeli benang rajutnya. Bukan hanya tidak mengerti akan kualitas benangnya, namun Taeyeon juga bisa jadi akan memilih benang dengan warna yang terkesan angker alias serba gelap, sesuai seleranya sendiri.
" Baiklah..baiklah.. Jalyayo.. " Taeyeon sempat terkikik melihat istrinya yang tak juga membuka mata karena terlalu mengantuk namun masih terus menjawab obrolannya.
" Ppo..ppo.. " Tiffany seharusnya menunjukkan pipinya untuk Taeyeon cium, namun ia malah mengurucutkan bibirnya. Meminta ciuman selamat malam sebelum tidur.
" Hanya ppo..ppo..?? " Taeyeon menarik alis kirinya dengan pertanyaan menjebak.
" Apa kita boleh bercinta?? " Tiffany langsung membuka matanya lebar-lebar. Kenapa Taeyeon bertanya seperti itu?? Apakah dia tahu jika ia mengidam sekali untuk bisa bercinta dengannya.
" Nde?? Memang boleh??! " Taeyeon juga sedikit terkejut istrinya itu tiba-tiba saja menanyakan apakah mereka boleh bercinta. Memang bolehkah? Apa kandungan Tiffany sudah cukup kuat?
" Aku yang bertanya padamu, Taetae-ah.. "
" Tidak.. tidak.. seharusnya pertanyaan itu aku yang pantas mengatakannya. "
" Mungkin besok kita harus menanyakan hal ini pada dokternya. "
" Kau benar. Kita belum tahu bagaimana perkembangan bayi kita didalam perutmu. "
" Tapi.. Sepertinya aku akan baik-baik saja jika bercinta. Mungkin kita bisa mencobanya.. " Rasa kantuknya hilang ditelan angin. Kini tangannya malah merayap seperti laba-laba, masuk ke dalam baju piyama yang dipakai Taeyeon. Meraba-raba perut Taeyeon yang kini terasa keras dan begitu kencang. Damn! Bagaimana bisa kau secepat ini membentuk abs-mu. Ini mustahil. Oh. Tiffany menggigit bibir bawahnya untuk menahan diri agar tidak langsung menelanjangi diri dan menggoda Taeyeon untuk bercinta dengannya.
" Sayang.. Kita lebih baik menunggu sampai dokter mengatakan jika kita diperbolehkan melakukannya. Kamu jangan asal berasumsi saja. " Taeyeon menahan kedua tangan Tiffany yang sudah meraih ujung kain celananya. Istrinya itu berniat menarik turun celananya.
" Kau menolakku?? Kau tidak ingin bercinta denganku?? " Apa dasar Taeyeon-nya saja yang tidak ingin bercinta dengannya? Apa karena tubuhnya yang sekarang sedikit gemuk hingga membuat Taeyeon tidak berhasrat lagi dengannya? Oh. Ini mimpi buruk.
" Apa yang awww!!! FANNY-AH! " Taeyeon terkejut bukan main saat tangan istrinya menampar kemaluannya dengan penuh tenaga. Apa yang... Oh!! Ini sakit!! Taeyeon memegangi selangkangannya sambil berguling-guling ditempat tidur. Sungguh, nyerinya sampai ke ujung ubun-ubun.
" Bilang saja jika aku sudah tidak seksi lagi dimatamu! " Bentak Tiffany dengan wajah galaknya. Masih kesal dan tak menghiraukan wajah kemerahan Taeyeon yang sedang menahan kesakitan, Tiffany mencubit perut Taeyeon dengan gemas hingga membuat Taeyeon kembali berteriak kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen One [ End ]
FanfictionSemuanya begitu normal.. Taeyeon mempunyai istri yang cantik.. pernikahan yang bahagia.. pekerjaan tetap.. orang tua yang hebat.. Sahabat-sahabat yang selalu disisinya.. sampai taeyeon bertemu seseorang yang mengubah hidupnya.. Special thanks to Mel...