the Second Trial

6K 529 190
                                    

“ Pesta kolam renang? “ Tiffany sedikit ragu setelah asistennya memberitahukan jika ada pesta perpisahan antara model dan kru pemotretan dan dia juga diundang ke dalam pesta mereka. Beberapa rekan kerja juga tak ingin melewatkan pesta akhir pekan ini.

Pesta berarti alcohol. Ia yang sedang hamil muda ini tentu saja tidak bisa meminum alkohol dalam bentuk apapun.

Jadi jika dia datang dan tak bisa menikmati apa-apa dari pesta yang akan diadakan nanti malam. Untuk apa ia datang bukan? Namun mengingat jika ia butuh penghilang stress karena Taeyeon juga mengabaikannya hari ini, tidak ada telfon ataupun pesan singkat dari Taeyeon sejak kemarin hingga hari ini. Tiffany jadi begitu tergiur untuk datang. Tak masalah jika ia hanya duduk dan mengobrol saja. Jika pulang sampai larut malampun juga tidak masalah karena Taeyeon tidak ada dirumah.

##

Tiffany merasa amat terhibur. Ia banyak tertawa dan tersenyum, asistennya juga menemaninya disisinya agar terus menghindarkan dia dari minuman beralkohol.

Ia jadi tidak menyesal untuk datang menghadiri pesta ini.

“ Tiffany?? “

Oh shit. Apa ia baru saja mendengar suara Tommie dibelakangnya. Tiffany berdo’a jika kupingnya hanya sedang melakukan trik padanya, namun saat Tommie menepuk pundak dan berdiri didepannya. Tiffany mengutuk dalam hati. Ia kira lelaki itu tidak hadir dipesta ini.

“ Heyy.. “ Dengan senyum yang dipaksa, Tiffany menyapa balik lelaki didepannya.

“ Aku kira kau tidak datang. “ Tommie tahu jika Tiffany memang di undang dalam pesta ini. Namun mengingat Tiffany yang sedang hamil dan istrinya yang sedikit posesif, kemungkinan kecil Tiffany datang sangatlah mungkin. Jadi ia sempat terkejut saat melihat seseorang yang begitu familiar dihadapannya dan benar Tiffany yang sudah ia duga.

“ Aku juga mengira kau tidak datang. “

“ Hahaha... Aku dipaksa oleh yang lain, jadi aku datang saja. “ Tommie sebenarnya hanya ingin tidur karena lelah setelah seharian pemotretan. Apalagi esok paginya ia harus mengejar jam penerbangan pulang. Namun teman-temannya terus menyeretnya untuk datang.

“ Hehmm.. begitu.. “ Tiffany mengangguk-ngangguk sambil tersenyum. Ia jadi ingin pulang saja jika Tommie ada disini. Tiffany tidak ingin ada hal-hal yang bisa membuat Taeyeon marah seperti kemarin. Masalah yang kemarin saja membuat Taeyeon jadi bersikap dingin dengan tidak menelfon sama sekali, hal yang tidak biasa istrinya itu lakukan.

“ Party Timeeee!!!! “

“ Wooooooo!!! “

Tiffany terlonjak kaget saat orang-orang mulai melepas pakaian mereka dan menceburkan diri ke kolam renang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Musik juga mulai diperdengarkan sangat keras hingga membuat suasana semakin ramai.

Ia sempat tersenyum memandangi aksi para kru pemotretan yang saling menarik dan mencoba menelanjangi satu sama lain untuk diceburkan ke kolam renang yang sudah dipenuhi oleh para model.

“ Tom!! Come on join us!! “ Seorang lelaki tampan dengan perawakan tinggi dan kurus menghampiri Tommie dan memaksanya untuk membuka baju agar dia bisa ikut terjun ke kolam renang.

“ Noooo...noo.. Guys!! “ Tommie kalah jumlah karena teman-teman yang lainnya juga memaksanya. Ia ditarik, pakaiannnya dikeluarkan hingga memperlihatkan abs sixpacknya yang sempurna lalu teman-temannya mendorongnya terjun ke kolam renang dengan diakhiri tawa puas mereka.

Tiffany tersenyum sendiri memandangi kekonyolan mereka.

“ Unnie.. Aku mau ke toilet dulu, yah.. “

“ Pergilah.. “ Tiffany mengangguk dan tersenyum pada asistennya yang sejak tadi setia menemaninya.

Tiffany akhirnya hanya sendirian untuk beberapa waktu. Ia hanya menyapa dan mengobrol dengan yang lainnya. Hingga ia sadar jika asistennya itu tak juga kembali disisinya, namun ia malah menemukan asistennya yang sedang mengobrol asyik dengan seorang lelaki.

Baiklah. Dia juga pantas bersenang-senang. Tiffany tersenyum menyaksikan tawa renyah yang keluar dari asistennya saat sang lelaki membuat sebuah candaan.

Pesta menjadi dirasa membosankan saat ia tak bisa melakukan apa-apa. Tiffany berpikir jika mungkin lebih baik ia pulang. Baru 1 jam sendirian berkeliling saja ia seakan sudah mabuk 1 botol wine karena mendengar teriakan banyak orang, gaduhnya musik, dan asap rokok yang kini menyebar diudara, bercampur satu dengan aroma alkohol yang kuat.

Oh.. mungkin memang ia lebih baik pulang. kepalanya terasa pening sekarang, perutnya juga jadi sedikit mual. Belum lagi ia makan malam hanya sedikit tadi.

“ Jake!! Yoo!! Don’t runaway!!! “

“ Watch out! “

“ Kya!!! “

“ Tiffany!! “ Tommie terkejut saat ia menyaksikan Tiffany tercebur ke dalam kolam renang karena salah satu temannya yang sedang main kejar-kejaran menyenggol tubuh Tiffany hingga ia jatuh ke dalam air.

Dengan gerakan cepat Tommie kembali masuk ke dalam kolam renang untuk membantu Tiffany keluar dari air. Padahal gerakan renangnya cepat, Tiffany tercebur juga tak lebih dari 3 menit. Namun saat ia menggapai tubuh Tiffany dan mengangkatnya ke permukaan kolam renang.

Tiffany tidak sadarkan diri. Oh gosh! Tommie baru ingat jika Tiffany sedang hamil. Tubuhnya pasti mudah lemah.

Dengan reflek langsung saja ia menekan-nekan dada Tiffany dengan kedua tangannya, lalu membuka mulut Tiffany untuk diberikan nafas buatan olehnya. Ini adalah pertolongan pertama yang bisa ia lakukan.

“ Guys!! CALL THE AMBULANCE!! “ Tommie berteriak keras.

“ Unnie!! “ Asistennya terkejut saat menemukan atasannya itu tak sadarkan diri dan sedang dilakukan pernafasan buatan oleh seorang lelaki asing. Dengan tangan bergetar ia menekan ponselnya untuk menelfon ambulance.

##

Taeyeon terkejut dan panik setengah mati saat asisten istrinya itu menelfon malam-malam dan memberitahukan jika Tiffany masuk rumah sakit dan sedang dirawat.

Jika saja tidak ada Yuri, Taeyeon mungkin sudah gegabah untuk menyetir mobilnya sendiri lalu main kebut-kebutan untuk bisa cepat sampai ke seoul. Mereka membutuhkan waktu 4 jam dari tempat mereka ke seoul jika dengan kecepatan normal. 3 setengah jam dengan kecepatan yang lebih tinggi.

“ Taeyeon. Tenangkan dirimu. “ Yuri terus saja mendengar umpatan-umpatan yang dikeluarkan dari mulut Taeyeon. sembari menyetir, ia juga berusaha menenangkan Taeyeon yang seakan sudah hilang akal sehatnya.

Taeyeon berteriak, memukul kaca jendela mobil dan duduk tidak tenang. Wajahnya bahkan sudah basah oleh titik-titik air mata yang dikeluarkannya.

“ Bagaimana jika terjadi apa-apa dengannya dan bayinya, Yul?? “ Taeyeon menatap yuri dengan wajah putus asa. Ia kini menangis seperti anak kecil.

2 butiran gelangnya bahkan menjadi hitam lagi beberapa saat setelah ia menerima telfon dari asisten Tiffany.

##

Saat Taeyeon dan Yuri akhirnya sampai dirumah sakit setelah melakukan perjalanan yang seakan memakan waktu selamanya untuk sampai.

Taeyeon dengan kaki tidak panjangnya langsung berlari-lari ke lorong rumah sakit untuk menemukan ruangan dimana istrinya dirawat saat ini.

“ Unnie.. maafkan aku.. seharusnya aku ada disisinya saat itu. Namun aku lalai dan malah asyik menikmati pesta. “ Asistennya menundukkan kepala sambil menangis. Ia merasa bersalah. Taeyeon sudah secara diam-diam menyuruhnya untuk mengawasi Tiffany ditempat kerja dan memastikan dia ada disisi istrinya kemanapun istrinya pergi.

Tapi apa mau dikata. Taeyeon tidak bisa menyalahkan asisten istrinya. Ini sudah terjadi.

“ Apa yang dikatakan dokter? “ Rasanya semua energi Taeyeon telah habis. Ia lelah.

“ Tiffany unnie mengalami shock dan juga dehidrasi yang bisa membahayakan kandungannya. Namun untungnya ia cepat dibawa ke rumah sakit. Dokter bilang Tiffany unnie butuh banyak istirahat dan tak boleh kelelahan saat ini. “

Sigh. Taeyeon menghela nafas sambil menutup mata. Pikirannya terasa gila karena cemas yang berlebihan hingga membuatnya kalut. Ia juga takut. Takut kehilangan Tiffany. Tapi kenapa istrinya itu tidak bisa mendengarkannya. Kenapa dia tidak istirahat saja dirumah dengan tenang. Lihatkan yang terjadi? Bagaimana jika ada hal yang lebih buruk dari ini jika Tiffany terus saja membantahnya?

“ Yura-ah.. Kau pulanglah. Kau pasti sangat lelah. Terima kasih telah membantuku mengawasinya. “ Taeyeon tersenyum lembut pada gadis yang lebih muda itu. Lalu tak lupa memberikan dia amplop berisi uang yang sudah siapkan.

“ Taeyeon unnie.. Aku merasa tidak enak menerimanya. Aku lalai mengawasi Tiffany unnie.. “

“ Itu bukan salahmu. Ambil saja. Gunakan itu untuk berbelanja dan makan enak bersama ibumu. “ Taeyeon menepuk-nepuk lembut bahu Yura sebelum pergi meninggalkannya.

##

Taeyeon kira media tidak membuat heboh semua kejadian ini. Namun ia salah. Saat pagi ia baru saja pulang ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian. Setibanya ia di rumah sakit untuk kembali menemui istrinya yang masih tidur diruang rawat. Taeyeon terkejut menemukan banyak wartawan menghadangny beramai-ramai dengan banyak pertanyaan dari mulut mereka. Belum lagi pertanyaan menusuk yang mengaitkan Tiffany berpesta dengan seorang lelaki yang diduga adalah selingkuhannya.

Taeyeon ingin teriak namun ia hanya bisa menahannya. Apalagi saat rumah sakit menyalakan Televisi dan mempertontonkan foto-foto istrinya tak sadarkan diri didekat kolam renang dengan Tommie disisinya yang sedang melakukan nafas buatan untuknya.

Ia sungguh marah kali ini. Kini ia jadi ragu untuk melangkah masuk ke dalam ruang rawat istrinya berada. Hatinya sedang panas. Ia tidak bisa menemui Tiffany dengan keadaan seperti ini.

“ Taeyeon? “

“ Umma.. “ Taeyeon baru saja berniat berbalik langkah untuk pergi menjauh,  namun ia cukup terkejut melihat ibunya yang sudah datang ke rumah sakit setelah ia menelfon orang tuanya dini hari.

“ Tipanny sudah bangun. Kau ingin menemuinya? Dia terus saja bertanya tentangmu. “ Kim Umma menarik anaknya itu untuk masuk ke dalam ruangan dimana Tiffany berada. Lalu meninggalkan keduanya setelahnya.

“ Tae babe.. “ Tiffany tersenyum lega bisa melihat Taeyeon lagi. Ia pikir ia sudah mati. Tubuhnya sangat lemah saat ini, namun melihat Taeyeon memberinya begitu banyak kekuatan.

“ Aku pikir ini tidak berhasil. Jika dalam hubungan ini hanya aku yang terus mempertahankannya. Apa kau hobi sekali membantahku, huh? Berpesta saja sepuasmu sampai membuatmu keguguran dan kita berpisah karena kau terus saja membantahku. “ Seperti sebuah seluncuran, kata-katanya tergilincir begitu saja. Taeyeon mengeluarkan apa yang membuatnya sangat putus asa.

“ Taeyeon.. “ Hatinya terasa tersayat amat tajam saat ia mendengar Taeyeon bisa berkata seperti itu. Air matanya bahkan langsung berlinang seakan lukanya begitu dalam.

“ Jika memang takdirku bukan dengan siapapun. Kau boleh memutuskan berpisah denganku. “ Taeyeon sungguh sakit. Hatinya pedih untuknya bisa mengatakan semua ini. Ia terus saja takut dan khawatir akan kehilangan Tiffany disisinya. Namun jika ia dan Tiffany tidak ditakdirkan untuk bersama. Lalu apa yang bisa dia lakukan??

“ Taeyeon-ah.. Taeyeon!! “ Tiffany terkejut mendengar kalimat perpisahan meluncur dari mulut Taeyeon. Belum lagi Taeyeon tak lagi berkata apapun setelahnya. Ia hanya menyaksikan Taeyeon yang berbalik memunggunginya untuk kemudian menghilang dari hadapannya.

The Chosen One [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang