3. Pertanyaan tak terjawab

1.8K 203 5
                                    

Ruang itu berukuran sekitar 4x6m.
Bernuansa putih dengan wallpaper berlebar berukuran 20cm bergambar bunga dominan warna merah muda dan hijau senada dengan stilasi yang sempurna mengelilingi dinding ruangan tersebut. Tak ada suara yang terdengar selain napas dan desahan kasar setiap 2 orang itu berbicara. Walau di dalam ruangan, karbon dioksida tampak terlihat nyata, tak dapat disembunyikan di setiap 2 orang itu berujar, menggerumbul seperti asap. Menandakan bahwa hari ini terdingin pertama pada tahun 2016.

"Androphobia bukan?"

Wanita itu tak bergeming, dan diam seperti batu.

Jongin mendesah kasar,
"Diam berarti setuju. Dan kau tak kan bisa kabur sebelum kau benar-benar sembuh."

"Siapa kau? Aku tak pernah menyuruhmu untuk merawatku. Urusi saja urusanmu." Ia menjawab dengan tatapan dingin.

Jongin terkekeh.
"80% pasienku adalah pasien masih sadar dan melontarkan penolakan yang sama. Tak bisakah kau mencari kalimat lain? Aku sudah bosan."

Soojung reflek merendahkan suaranya, dan berguman.
"Aku ingin pulang."

Jongin mendesah kasar untuk kesekian kalinya.
"Baik kalau itu mau mu."

Jongin melepas tali yang menjerat di kedua tangan pasiennya itu.

"Kau akan mengantarkanku pergi dari sini?" Nada bicaranya terdengar pelan, sampai hampir berbisik. Soojung bertanya dengan sedikit harapan pada nada bicaranya.

"Ya." Jawab Psikiater Kim dengan padat.

"Aku bisa pulang sendiri." Dengan balasan yang singkat, ia jadi takut dan mengelak tawaran psikiater di depannya.

Seperti mengerti apa yang di pikirkan pasiennya Jongin langsung membuat tawaran memaksa.
"Aku antar lalu kau bisa bebas pulang atau mau kembali ke rumah sakit ini?"

Soojung mendesah kasar.
"Baiklah. Kurasa tak ada pilihan lain untukku."

Wanita berambut panjang itu keluar dari kamar, dan sebuah tangan mengambil tali yang tergeletak di lantai dingin tersebut.

.

Pria itu melangkahkan kakinya ke parkiran mobil di area basement. Mobilnya terletak tepat disebelah pintu kaca masuk atau keluar dari rumah sakit jiwa. Tempat parkir itu memang dikhususkan untuk pimpinan atas, psikiater, psikolog, perawat, konselor dan staff-staff yang lain.

*Tit*

Remote mobil ia tekan dengan tangan kanannya. Pintu mobil sebelah kiri ia buka dan segera mendaratkan pantatnya dikursi yang dominan berwarna hitam.

"Masuk." Ujar pria itu.
Mendengar pria itu berkata, Soojung perlahan masuk ke dalam mobil itu masih dengan perasaan was-was yang menyelimutinya. Wanita itu mengamati mobil mahal nan mewah yang hanya bisa dimiliki kaum borjuis.

Ia merasa, minder.

Jongin sudah tak memakai jubah pengabdiannya, dan yang tersisa hanyalah kemeja berwarna putih yang kontras dengan celana hitamnya.

Ia menyalakan BMW matic nya, menancapkan gasnya.

.

Sepanjang perjalanan, mata wanita itu hanya tertuju ke luar jendela. Dan baru menyadari rumah sakit jiwa yang cukup terkenal itu sedikit jauh dengan perkotaan. Mungkin sekitar 7km dari pusat kota.Tempat yang strategis untuk mempermudah merawat pasien dan perawatan karena dibutuhkan suasana yang tenang.

Setengah jam berlalu tetapi tujuan tak nampak sampai. Soojung merasakan ada hal yang aneh.

"Ini bukan jalan ke apartemenku." Wanita itu reflek melototkan matanya.

Androphobia | kaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang