24. Awal dari semuanya

871 98 2
                                    

Soojung tak berhenti menatap taman outdoor dari jendelanya.

Kini salju yang dahulu memenuhi kursi bangku taman telah hilang. Rumput-rumput hijau mulai terlihat, menggantikan salju-salju yang menumpuk. Pohon mulai menumbuhkan daun-daunnya lagi. Salju mencair, karena panas matahari yang lebih bercahaya daripada saat musim dingin lalu.

Ia menatap dengan pikiran kosong.

Hari ini jadwal terapinya lagi. Ini jadwal terapi pertama di musim semi. Rasa khawatir, dari tadi memenuhi rongga dadanya.

10 menit lagi terapi akan dilakukan, tetapi ia tak kunjung pergi ke ruangan Psikiater Kim.

Soojung tak berhenti melepaskan pandangannya, sampai-sampai ia tidak sadar ia sudah terlambat 20 menit.





Suara pintu kamarnya perlahan terbuka, menyuguhkan wajah psikiaternya yang datar.

"Mengapa kau tidak ke ruang terapi, hm?"
Psikiater itu berjalan mendekati kasur Soojung.

"Aku takut."
Suara wanita itu terdengar bergetar.

Jongin hanya membuang napas kasar.
"Kau tau mengapa aku paling benci dengan cerita kalajengking dan katak?"

"Katak anak panah dan kalajengking berteman sejak lama. Seperti manusia dan kenangan. Sampai suatu saat mereka akan melintasi danau. Disitu persahabatan mereka diuji. Karena kalajengking tak bisa berenang, akhirnya ia menunggangi si katak yang notabe seorang amphibi. Kalajengking yang selalu berhasrat menyengat racun, tanpa ada alasan, dengan jarum di mulutnya menyengat racun di tubuh katak. Katak yang tersengat, mati secara mengenaskan, begitu pula si kalanjengking yang menungganginya."

Jongin kemudian duduk di samping Soojung, di kasur. Lelaki itu juga memandang pemandangan yang sama dengan Jung Soojung.

"Kalajengking di ibaratkan sebuah kenangan sedangkan racun adalah kenangan yang buruk. Ketika kenangan buruk masuk menyetubuhi dirimu, janganlah menjadi katak yang mau tak mau harus menyerah.  Bukankah katak anak panah juga punya racun yang bisa membunuh si kalajengking? Walaupun ujung-ujungnya kalajengking akan juga mati karena imbas tenggelam.





Aku harap kau bukan orang bodoh seperti katak. Membiarkan kalajengking yang notabe kenangan buruk membunuhmu."

Soojung terdiam mencerna satu demi satu kata yang diucapkan Kim Jongin. Air matanya kini menetes pelan tanpa izin dari pemilik. Badannya bergetar, tatapannya masih tak teralih dari langit.




"Masalahku mungkin klise, tapi ini benar-benar membunuhku."


















.flashback.

-Musim Gugur, 2005-

"Jung Soojung! Kemari, ibu ingin berbicara padamu."

Soojung, seorang gadis 17 tahun yang baru menduduki bangku SMA, berjalan turun dari lantai ke bawah menemui ibunya yang memanggil.

"Ada apa ibu?"

Ibu Soojung duduk di sofa bersebelahan dengan pria yang sepertinya seumuran dengan ibunya.
"Kenalkan, ini Paman Park, teman ibu."

"Selamat pagi Paman Park." Soojung membungkuk, tanda sopan.

"Selamat pagi juga, Soojung."

Setelah mengucapkan salam, Paman Park dan Ibu Soojung sesekali bertatap-tatapan. Sementara, gadis di seberang memandang dua orang itu dengan heran.

"Jadi sebenarnya, Paman Park dan ibu akan,"

Ibu Soojung melipat bibirnya. Beliau gugup. Tangan wanita yang sedikit berkeriput itu digenggam oleh Paman Park, disebelahnya.

Androphobia | kaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang