7. Magnet

1.3K 147 2
                                    

Langkah-langkah kaki itu sangat terdengar di bangsal f yang sepi. Mungkin karena cuaca yang lebih dingin, jadi semua berada di dalam kamar. Padahal sekitar 1 jam yang lalu masih ada banyak orang berlalu lalang. Kedua orang tersebut berjalan menuju tempat terapi di dekat bangsal f1. Jongin melihat knop pintu ruang terapi yang berada di tengah jatuh tersungkur di lantai. Penasaran, ia membuka perlahan pintu yang tak dikunci tersebut dan melihat ada 2 orang berjubah putih yang tak menyadari keberadaannya sampai ia berkata,

"Pemandangan yang langka." 

.

"Kim Jongin?" Mereka mengucapkan nama orang tersebut tak sadar secara bersamaan.

"Well, a good synchronization." Ucap Kim Jongin, orang yang mereka ucapkan namanya tadi.

"Aku tak tau bahasa inggrismu mulai berkembang." Kata Joohyun sarkasme, mencari topik lain.

"Kau tak pernah memperhatikanku." Jawab Jongin tenang.

Sehun dan Joohyun tidak menjawab, hanya terdiam.

Memecah keheningan, Jongin yang menyadari situasi aneh tersebut membuka pembicaraan,
"Aku melihat knop rusak, dan ini ruangan terapiku." Ia berkata diselingi menunjuk arah depan pintu yang ada tulisan 'Ruang Terapi Bangsal F4-f6.'

Joohyun memejamkan matanya sebentar. Ia baru sadar jika ruang terapinya sedang diperbaiki dan belum bilang kepada Jongin ia akan meminjam ruangnya sementara.

"Maaf, aku lupa memberitahu kau bahwa aku akan meminjam tempat ini sampai ruanganku selesai diperbaiki."

"Ya baik. Namun, kau tak lihat ruangan ini.." Psikiater Kim menggelengkan kepalanya tak percaya ruangannya yang terkenal paling rapi menjadi berantakan seperti ini.

"Kerusuhan apa yang terjadi?" Tanya Jongin masih heran.

"Aku bisa menjelaskannya nanti. Dan sepertinya kau ada jadwal terapi dengan pasienmu." Sehun menyaut ditengah tengah pembicaraan.

Akibat melihat kerusuhan yang sejenak terjadi, ia hampir lupa ia memiliki jadwal terapi dengan Soojung. Jongin melihat ke arah belakang tubuhnya, dan mendapati Soojung menundukkan kepalanya. Mungkin ini salah satu yang membuat Jongin lupa, wanita itu tak berbicara dan sepertinya tak bergeming sama sekali.

"Kau bisa memakai ruangku sementara aku dan Joohyun akan membenahi ruanganmu." Ujar Sehun memberikan ide.

Tanpa basa basi dan perkataan lain, Jongin langsung menuju ruangan persis di sebelah ruangannya. Ruang terapi Psikiater Oh.

.

Suasana kembali canggung. Mereka berdua, lebih tepatnya Joohyun dan Sehun berdiam diri setelah ditinggal oleh Jongin.

"Lebih baik kita sudahi saja pertengkaran ini dan mulai membereskan ruangan." Sehun berbicara disertai membungkuk ke bawah mengambil alat psikiatris, alat tulis dan kertas yang berserakan.

Tak ada jawaban dari Joohyun. Namun, ia mengikuti perkataan Sehun dan mulai membersihkan ruang akibat ulah pasiennya tadi.

.

Wanita itu menatap ruangan yang bernuansa biru pastel tersebut. Berbeda dengan ruangan yang tadi ia kunjungi sebelumnya. Ia memandang ke kanan dan ke kiri dengan perasaan was was. Ruangan itu lumayan rapi berukuran sekitar 5x6m. Dilengkapi kursi duduk empuk yang mungkin seperti kursi pijat yang dapat di turunkan ke belakang dan sebuah tempat tidur elektrik yang bisa dioperasikan dengan hanya menekan tombol yang ada di kanan kiri pasien pada bagian pegangan tangannya. Dengan mudah pasien bisa menaikkan sandaran kepala, bagian punggung, sandaran kaki atau paha bahkan tanpa harus membutuhkan bantuan orang lain. Tempat tidur tersebut berada di dekat almari besi penyimpanan obat di pojok kanan ruangan.

Androphobia | kaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang