34. Terus Terang

909 121 5
                                    

Soojung duduk di sofa depan ruang televisinya. Ia menunggu pesan dari mantan psikiaternya bahwa lelaki itu sudah ada di bawah apa belum agar wanita itu tak perlu menunggu sambil berdiri lama. Maklum, apartemennya tidak memiliki lobby dan hanya terdiri dari beberapa unit saja.

Bunyi 'ting' terdengar dari ponsel wanita itu. Segera ia cek pesan yang masuk.

Dari: Psikiater Kim
Sudah sampai.

Setelah membaca message itu, Jung Soojung segera melangkah menuju rak sepatu di dekat pintu apartemen. Ia mengambil flat shoes berwarna coklat muda, yang jarang ia pakai. Wanita itu hanya menggunakannya saat momen-momen tertentu saja. Karena Soojung yang dulu jarang keluar rumah, sepatu itu hampir tidak pernah terpakai, masih seperti baru.

Kakinya ia masukkan ke dalam sepatu, lalu wanita itu berjalan keluar dari apartemen kecilnya.

Mobil sport tersebut terlihat persis di depan toko sebelah bangunan apartemen Soojung. Perempuan itu berjalan pelan menuju mobil sambil memegang erat tas selempang warna putihnya.

Soojung membuka pintu, dan terlihat lelaki di depannya itu berpakaian casual, kaus lengan pendek warna putih bertuliskan di kiri dada Anti Social Social Club dan celana jeans hitam. Soojung memperhatikan Jongin dengan seksama. Pakaian lelaki itu simpel, tetapi pasti berharga selangit melihat lelaki itu memakai pakaian distro yang namanya sudah merajalela.

Pakaian mereka hampir sama, padahal mereka tak merencanakannya. Yang membedakan hanya Soojung memakai outer berwarna coklat biskuit yang cocok dengan sepatu flatnya.

Melihat pakaian casual mereka, tidak mencerminkan pria dan wanita yang akan menginjak kepala tiga. Namun, abg kuliahan yang sedang berjalan-jalan mengisi waktu luang di akhir pekan.

.

BMW biru dongker kesayangan pemilik sudah mendarat sempurna di basement exhibition hall. Kedua insan itu keluar secara bersamaan.

Saat memasuki pintu utama hall, mereka langsung disambut oleh pemilik pameran yang bernama Hwang Miyoung. Miyoung menyapa para tamunya dengan senyuman hangat serta obrolan singkat sopan.


Kini Soojung dan Jongin berjalan ke arah utara melihat beberapa gambar abstrak karya wanita yang mereka temui tadi di dekat pintu utama.

Ternyata setelah berjalan pelan, pameran itu tak sepenuhnya karya kreasi Miyoung. Ada juga koleksi pribadi wanita itu yang di pajang dengan kaca besar yang menutupinya, seolah-olah karya tersebut sangat amat berharga. Hal itu wajar karena sang pelukis adalah pelukis kolot yang tinggal di jaman pemerintahan Goryeo.

"Mungkin membeli lukisan ini setara dengan gaji seumur hidupku bekerja di kurus melukis." Soojung bergumam secara tidak sadar.

Lelaki disebelahnya mendengus.
"Lebih baik uangnya digunakan untuk yang lebih bermanfaat."

Jung Soojung mengangguk.
"Ya benar, tetapi memang ada sensasi sendiri membeli barang tanpa perlu melihat pricetag dengan uang hasil kerja keras sendiri. Apalagi barang yang sangat jarang bahkan tidak ada orang yang mempunyai."

"Perkataanmu ada benarnya. Namun, tetap kita tak perlu berhedonisme sampai seperti ini bukan?"

"Terkadang manusia lupa bahwa alamnya bukan di dunia saja." Soojung berucap sarkas, entah menyindir siapa.

Androphobia | kaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang