6. Ruang terapi

1.3K 162 4
                                    

"Suster Song, apa saya ada jadwal setelah pasien Kim Jinkyung?" Tanya orang yang berawakan tinggi itu kepada kepala suster bangsal f.

Merasa diajak berbicara, Suster Song langsung mengetikkan nama Oh Sehun dengan keyboard dan dengan cepat jadwal lelaki itu selama seminggu terlihat.
"Psikiater Oh, anda tidak memiliki jadwal sampai nanti shift berganti. Anda bisa beristirahat." Jawab Suster Song membungkuk.

"Baiklah, aku akan pulang setelah mengecek beberapa pasien yang membutuhkan Benzodiazepine.*"

(*sejenis obat penenang yang banyak dipakai psikiater.)

Oh Sehun dengan kaki jenjangnya melangkahkan kakinya ke lorong bangsal f. Ia melewati taman outdoor di sebelah kirinya. Ia memandang banyak pasien tak sadar atau sakit total disana. Membawa boneka, memanggil nama anak yang telah tiada, tersenyum karena anak mereka telah datang berkunjung, yang sekian lama merasa malu karena kondisi orang tua. Walaupun salju menumpuk, mereka tak merasa kedinnginan karena belum tentu mereka dapat melihat salju di tahun depan. Begitu juga dengan kita semua. Karena umur hanya Maha Esa yang tahu. Batin Sehun dalam hati.

Saat menuju bangsal f ia melewati bangsal f1, daerah kerja Joohyun sekaligus daerah tempat-tempat terapi. Tak sadar kakinya berhenti melangkah. Ia hanya memandang perih akan bayangan wanita itu di otaknya. Selalu memakai jubah putihnya, dengan sabar membina pasien pasien membangkang, ataupun berulah.

"Suster Song!!!"
Terdengar suara yang cukup keras dari ruangan terapi. Mendengar suara itu, dengan kaget dan cepat Sehun segera menuju sumber suara. Ia membuka knop pintu dengan tergesa gesa. Pintu tak dapat dibuka yang diasumsikan olehnya bahwa memang sengaja dikunci. Kebanyakan memang psikiater mengunci pintu agar pasiennya tidak lari. Namun, saat peristiwa tak terduga seperti ini, mengunci pintu bisa mendatangkan petaka. Tak tanggung tanggung ia mendobrak pintu dengan keras hingga knop pintu rusak sampai jatuh di lantai.

Sehun melihat kejadian tak diharapkan di hadapannya. Cairan kental berwarna merah melekat di jubah pengabdian wanita tersebut. Wanita yang ia lihat, hanya dapat menahan rasa sakit yang terus tertancap di ubun-ubunnya. Joohyun merobek taplak meja berenda berwarna putih yang berada di atas meja. Ia menggunakan robekan itu untuk menahan darahnya yang mengucur.

Tak dapat menahan amarah, pria yang bernama Oh Sehun itu mengepalkan tangannya hingga uratnya tampak menonjol dan menghantamkan pukulannya tepat di pipi dan bibir yang sepertinya pasien Joohyun.

"BANGSAT!" 

Umpatan yang dari tadi ia sembunyikan akhirnya terucap juga.

.

"Oh Sehun! Mengapa dengan bodohnya kau memukul Park Jihoon?" Joohyun berbicara dengan keras hingga suster yang berada di kamar perawat, yang dipanggil wanita itu daritadi berjalan cepat menuju ruang terapi.

Oh Sehun tak membalas perkataan Bae Joohyun.

Bukan perkataan seperti ini yang ia ingin dengar.

Suara hentakkan dari hak Suster Song mendominasi lorong bangsal f. Suster Song melotot melihat pintu yang knopnya jatuh sambil menengok ke arah 2 psikiater muda tersebut dan Pasien Park Jihoon yang tersungkur jatuh. Psikiater Bae menyadari Suster Song yang telah datang dibalik punggung Psikiater Oh, dengan kesal memerintah,

"Suster Song panggil suster terutama yang laki-laki bawa dan rawat luka dari tangan Park Jihoon. Sekarang!!"

Sehun yang merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya masih diam membungkam lalu berlutut mengembalikan barang barang yang jatuh karena ulah Park Jihoon. Lelaki itu tak sadar pandangan mencekam memerhatikannya sedari tadi.

"Dan kau Oh Sehun, aku perlu berbicara denganmu!"

Lagi-lagi Suster Song berada di suasana ini lagi.

Androphobia | kaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang