28. Maaf dan Kecupan

1K 109 7
                                    

Hari tak terasa mulai gelap. Walaupun begitu, bulan dan bintang tak menampakkan ekstensinya. Kim Jongin menarik tangannya ke atas untuk melihat pukul berapa di jam tangannya.

Pukul 19.00.
Sudah waktunya makan malam.

Ia berniat mencari restoran kecil di sekitar pemberhentian halte. Namun nihil, tak terlihat ada orang yang berjualan makanan. Hanya ada ruko-ruko tempat elektronik dan pakaian.

"Ikut aku." Ujar Soojung tiba-tiba.

Rupanya wanita itu tau apa yang ada di benak Kim Jongin.

Lelaki bermarga Kim kini mengikuti Soojung yang memimpin jalan menuju restoran.

Setelah berjalan kira-kira 10 menit, ternyata letak restoran-restoran berada di belakang gedung elektronik di sebelah kiri. Banyak tenda berjejeran berwarna oranye. Sudah dipastikan itu adalah tempat makanan yang dikhususkan untuk minum, entah cumi pedas, sup, odeng atau yang lain sebagainya. Mungkin karena hari ini hari sibuk, ternyata restoran-restoran dan stan itu bisa dibilang lumayan sepi.

"Psikiater Kim! Uangmu banyak bukan?"
Pertanyaan aneh itu dilontarkan Jung Soojung.

Si lawan bicara menaikkan salah satu alisnya.
"Ya."

Wajah gembira menghiasi wajah Soojung. Ia dengan sedikit berlari menuju restoran yang terletak agak jauh dari tempat mereka tadi berdiri, berbincang. Lelaki itu mengikuti dari belakang. Ia memandangi postur wanita tersebut dari belakang.

Manis.
Itu yang berada dibenak Kim Jongin, senyumnya serasa tak ada kata berhenti.

Soojung telah sampai duluan di depan restoran. Ia langsung disambut dengan hangat oleh seorang pelayan disana.

"Selamat datang. Untuk berapa orang Nona?"

Soojung tak menjawab, melainkan mengisyaratkan dengan kedua jarinya, membentuk angka 2. Pelayan itu menunduk lalu menunjukkan jalan ke meja kosong yang berkursi 2.

Saat Soojung masuk ke dalam restoran, ia berhenti sejenak.

Ah tatapan ini.

Tatapan yang ia benci. Tatapan yang seolah-olah mengintimidasinya.

Banyak kaum adam yang melihatnya dengan lirikan tajam saat ia masuk ke koridor restoran. Soojung diam berhenti berjalan. Ia mengepalkan tangannya.

"Lawan."

Kata itu terus mengiang di otaknya.

Kau harus melawannya, Jung Soojung.

Ia berharap kalimat itu dapat mensugesti otaknya.

Kim Jongin yang berada di belakang Jung Soojung, tersenyum bangga tatkala menemukan wanita itu yang tadi berhenti berjalan kini melangkahkan kakinya perlahan menuju meja kosong yang telah ditunjukkan pelayan. Lelaki itu juga berjalan menuju meja.

Meja tersebut ternyata cukup besar. Bahkan kedua kursinya menggunakan sofa yang kalau dipikir-pikir meja tersebut mampu dipakai untuk 4 orang. Kedua orang itu duduk berhadapan.

Setelah memandang seluruh restoran, Jongin tau mengapa Soojung menanyakan punya banyak uang atau tidak. Ia terkekeh kecil membayangkan peristiwa tadi.

Restoran ini menjual daging sapi Korea yang harganya cukup menguras dompet bagi kaum bawah.

"Apa yang kau ingin makan Psikiater Kim?" Soojung bertanya duluan sebelum memesan miliknya.

"1 porsi rib eye. Kau?"

Androphobia | kaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang