2. Rumah Sakit Jiwa Gangwon

2.1K 208 9
                                    

Tak biasanya ia ceroboh seperti ini. Tak tau apa yang ada di benaknya selama 3 jam merokok sampai tidak terasa dadanya bergemuruh sesak. Smartphone yang berada di sakunya, ia keluarkan dan segera menelfon suster yang biasa memberitahukan jadwal psikiater.
Dengan resah pria itu menunggu panggilannya terjawab.
*beep* terhubung.

"Suster Song, maaf sekali aku melupakan janjiku untuk terapi hari ini. Aku akan sampai 20 menit lagi."

"Baiklah Psikiater Kim. Untung saja pasien adalah pasien rawat inap bukan kunjungan. Saya akan mendata ulang jadwal anda." Jawab Suster Song halus.

"Terimakasih, Suster Song."

Setelah telepon singkatnya dengan suster yang telah bekerja 6 tahun di Rumah Sakit Jiwa Gangwon, Jongin meraba saku celananya dan mengurungkan niat awalnya untuk pulang melainkan langsung kembali ke Rumah Sakit. Entah apa yang dipikirkannya dari tadi. Bisa-bisanya ia termenung berjam-jam tanpa memikirkan apa-apa dan memandang kosong ke arah jalanan. Bunyi *tit* terdengar tanda mobil sudah tidak di kunci. Buru-buru Jongin masuk ke dalam BMW biru dongker tersebut.

.

Ia menekan gasnya dengan kuat dan melaju cukup cepat melewati gang-gang kecil. Mungkin beberapa orang heran mengapa di gang kecil ia bisa melajukan mobilnya cepat. Jongin dulu saat kuliah sangat suka dengan apa yang namanya mobil, jadi biasa saja menurutnya jika ia mengemudikan kendaraan dengan kecepatan gila, dan satu alasan lagi, karena ia bukan tipe orang yang suka terlambat dan mengulur-ulur waktu.

Mungkin hari ini adalah pengecualian keterlambatannya karena 3 bungkus rokok yang sudah membuat ia lupa diri dan sosok wanita yang tak sengaja mengalihkan pandangannya di seberang jalan yang hampir terjatuh lemas di aspal hitam keras bersama dengan 3 orang pria yang hendak mengambil keuntungan paksa dari wanita berambut se pinggang tersebut.

Rem Jongin pijak dengan kasar sehingga badannya terpental ke arah depan. Ia sempat kaget sebentar namun segera keluar untuk..
Ah bodoh, sepertinya aku tidak akan sampai ke Rumah Sakit jam 20.20 seperti yang dijanjikan. Batinnya, kesal.

"Baiklah, sudah keputusanku bahwa aku akan menolong wanita ini. Setidaknya aku membayar kesalahanku karena telat mengobati pasienku di rumah sakit." Pikirannya, bergumam kembali.

Lelaki itu yang sudah terlanjur menggunakan jubah pengabdiannya di mobil dengan segera melangkahkan kaki jenjangnya menuju tempat gelap tersebut.

.

"Lepaskan!" Ujar wanita itu keras dan memaksa. Namun apa daya semua hal yang Soojung lakukan dan katakan tidak akan pernah terdengar karena pria-pria bangsat itu sengaja menulikan telinganya.

"Semua lancar Hyungnim!" Preman berbadan besar berucap kepada pimpinannya yang tidak lain adalah preman bertato yang dengan sengaja diiring tawanya yang terbahak-bahak melucuti kemeja putih mangsanya itu.

"Tidak semudah itu."
Jongin berujar untuk mengalihkan pandangan preman-preman tersebut. Dan aksi bela diri 13 tahun pengalaman taekwondo seorang Kim Jongin, dimulai.

.

"Suster Song maaf sekali lagi, aku akan menunda ah maaf bukan menunda, tetapi alihkan saja ke Psikiater Oh atau Psikiater Bae hypnotherapy tersebut. Dan tolong siapkan tandu dorong di depan UGD ada pasien darurat. 10 menit lagi." Perintah Jongin tegas.

"Baik, Psikiater Kim."

.

Suster bertinggi bak model tersebut melangkah dengan cepat menuju ke ruang UGD untuk menginformasikan bahwa sepertinya ada pasien yang akan datang bersama Psikiater Kim 10 menit lagi. Ia memutuskan untuk tidak ke ruangan Psikiater dulu karena mendahulukan yang darurat sesuai apa yang dikatakan Psikiater yang sudah bekerja 8 tahun di Rumah Sakit Jiwa Gangwon. Setelah mengucapkan maksud dan tujuannya ke UGD, para petugas dengan kilat melaksanakan perintah yang dikatakan Suster Song tersebut.

Androphobia | kaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang