10. Jurnal

1K 120 2
                                    

Benda itu berwarna biru langit. Terlihat usang karena sudah lama tidak pernah dibuka ataupun sekedar dilap. Jongin yang hendak mematikan lampu dan selanjutnya tidur, malah berhenti untuk melihat isi jurnal itu.

Sepertinya aku tak pernah memiliki jurnal ini.
Batinnya.

Jongin pun duduk di lantai berwarna coklat itu. Membuka perlahan lahan buku dihadapannya, menerawang setiap hal yang terisi dalam buku tersebut.

Kosong.
Buku itu tak berisi apa-apa. Ia membolak balik setiap lembar dengan cepat, memastikan apa benar yang ia lihat tersebut. Lelaki itu melipatkan bibirnya tanda heran darimana buku ini berasal. Ia pun menjelajahi ingatannya tentang buku ini, dari kenangan sekolah dasar sampai saat ia bekerja. Jongin tersenyum kecil saat menyadari jurnal ini adalah pemberian bibinya saat ulang tahun ke 5. Mungkin aneh jika seorang laki laki yang seharusnya atau kebanyakan saat ulang tahun dibelikan mainan dalam bentuk robot dan mobil mobilan. Tapi ini tidak aneh, jika ternyata yang memberikan jurnal ini adalah bibi tertua yang lupa bahwa anak Kim Junmyeon adalah seorang laki laki. Pikiran bibi itu pasti tentang anak perempuan yang menulis diary tentang kehidupan sehari harinya.

Sebuah ide tiba-tiba muncul di pikiran Kim Jongin.

.

Soojung berjalan 1 langkah keluar dari kamarnya. Wanita itu langsung dibungkus oleh udara dingin musim salju dan suara ranting berjatuhan. Lorong bangsal f cukup besar, mungkin muat untuk 3 tandu sekali jalan yang membentuk shaf secara menyamping.

Dengan jaket tebal berwarna biru tua dan kaus kaki tebal berkarakter nemo, ia berjalan kembali memutari bangsal untuk menghilangkan rasa bosan. Wanita itu melewati bangsal f7 kebelakang. Ia melihat banyak wanita yang memakai baju sama sepertinya berkerumunan di sekitar ruang tunggu televisi. Soojung melangkah maju, melihat lebih jeli lagi. Ternyata mereka sedang memakan makanan china semacam jjamppong*, jjangmyeon* dan tangsuyuk secara bersama sama. Tak peduli lantai yang dingin wanita wanita itu memakan dengan lahap dengan duduk bersila di ubin.

Perutnya yang daritadi belum makan, karena ia malas dengan menu hari ini, mulai merajuk. Ahjumma dengan jaket merah muda disertai motif bunga teratai tersebut, mendengar suara perut Soojung. Ia pun melihat ke sumber suara, lalu tersenyum dengan lebar. Wanita itu menyodorkan sumpit berisi mie jjampong. Bingung tak tau harus melakukan apa, Soojung hanya tersenyum kecil tanda menolak. Wanita itu cemberut. Raut wajahnya seketika berubah menjadi sedih. Melihat wajah tersebut, akhirnya Soojung jongkok mengimbangi wanita tersebut yang duduk bersila lalu memasukkan mie panas dan pedas tersebut ke mulutnya.

Sebagai feedback, Soojung mengacungkan jempol dan menunjukkan senyuman lebarnya. Ahjumma itu tertawa, kemudian melanjutkan makanannya yang tertunda.

.

Ia memencet tombol angka 5* di lift tersebut. Setelah melihat keadaan bangsalnya, Soojung malah makin penasaran dengan keadaan bangsal bangsal yang lain. Setelah menunggu kira kira 30 detik, ia keluar dari lift. Suasana di lantai teratas itu sangat berbeda dengan lantai paling dasar. Warna putih dimana mana yang membuat mata menjadi sedikit pusing. Tidak ada orang, dokter atau psikiater berkeliaran di lantai tersebut. Soojung dengan pelan berjalan ke arah timur untuk melihat lebih lanjut.

Alangkah terkejutnya, ia mendapati bukan ruangan, tetapi seperti sel tahanan dengan hanya kasur serta kamar mandi kecil berlatar belakang warna putih. Soojung kaget. Ia mengeluarkan sedikit suara. Dari arah belakang, tak ia sadari sebuah tangan membekap mulutnya. Ia ditarik menuju ke lorong kecil dekat sel paling pojok. Lorong tersebut gelap, hanya sedikit cahaya yang masuk. Perasaan takut dan khawatir menyelimutinya daritadi. Inisiatif pertahanan dirinya keluar. Soojung menggigit tangan kanan orang yang menutup mulutnya tadi.

Androphobia | kaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang