8. Teman dekat

1.1K 123 2
                                    

"Dalam hitungan kelima, tutup mata dan ikuti perintahku. Jangan sampai membuka mata sebelum aku suruh."

"Satu...."

Mata wanita itu masih menatap tembok biru di hadapannya.

"Dua....."

Pandangannya mulai buram.

"Tiga...."

Kini ia tak bisa membedakan biru atau putih warna tembok itu.

"Empat....."

Matanya mulai terasa sayu dan tak ada energi.

"Lima....

Tutup."

Jung Soojung menutup matanya.

.

Gelap.
Tak ada cahaya sedikit pun yang masuk dalam pupil matanya. Perlahan dalam alam bawah sadarnya, ia seperti membuka mata. Yang ia lihat hanya sebuah kursi di depannya dan plastik hitam tak berisi yang tergeletak. Soojung memejamkan matanya. Satu demi satu adegan mengalir di otaknya diiringi dengan suara Psikiater Kim.

"Apa yang kau lihat di sana?"

Soojung ragu untuk menjawab. Ia membuang napas berat.
"Kursi dan plastik hitam."

"Apa adegan adegan sudah muncul di otakmu?"

"Ya.,"

Ada jeda dalam ucapannya,

"Namun, aku tak akan menggalinya lebih lanjut."

Wanita itu terbangun paksa tak disuruh oleh sang psikiater. Ia termenggap menggap, mengambil napas secara cepat. Ia masih belum membuka matanya. Dengan sekejap, tiba tiba matanya terbuka. Ia duduk, lalu memakai sandal yang disediakan dari rumah sakit, ia pergi tak tau entah kemana meninggalkan Psikiater Kim yang sudah menduga hal ini akan terjadi.

.

Wanita bertinggi 165cm tersebut bingung harus pergi kemana, ia melirik ke kanan kiri tanpa tujuan. Yang ia lihat hanyalah taman outdoor tak berpenghuni. Dengan kesal dan amarah yang menggebu di hatinya, ia langkahkan kakinya perlahan menuju taman yang saljunya menumpuk tersebut. Tak memperdulikan dingin yang menembus kulitnya hingga bulu kuduknya naik.

Yang bisa ia lakukan hanya diam, berpikiran kosong. Ia tak memperhatikan salju yang turun dan mengenai rambut panjang hitamnya. Air mata yang daritadi ia tahan, akhirnya keluar juga. Setetes demi setetes turun. Matanya mulai memerah disertai oleh hidungnya.

Lelaki yang daritadi memandangnya dari jauh, tak menghampirinya, tetapi menuju ke ruangan psikiater.

.

Tak terasa sudah 15 menit ia duduk di bangku taman. Badannya mulai menggigil, disertai bibir yang mulai berwarna kebiruan. Kulit jari jarinya berkerut seperti anak kecil yang terlalu lama berendam di dalam air. Namun, ia masih tak bergeming dari tempatnya.

"Pegang ini."

Soojung mendangak ke atas melihat ke sumber suara.

Psikiater Kim.

Tanpa menerima hotpack yang diberikan, ia hanya menunduk menyembunyikan wajahnya. Ia hanya merasa... malu untuk saat ini.

Jongin yang melihat perubahan ekspresi dari Soojung, tiba tiba duduk di sebelah wanita itu sambil melihat taman di hadapannya. Secara refleks kembali Soojung duduk menjauh, duduk di pojok bangku taman.

Lelaki itu kembali tiba tiba meraih tangan kanan Soojung tanpa memintanya terlebih dahulu. Ia memberikan hotpack yang tadi di tolak oleh wanita itu. Kaget, ia dengan cepat menjauhkan tangannya. Namun, apa daya, alih alih melepas tangan pasiennya, psikiater itu malah mengeratkan.

Androphobia | kaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang