VIOLA

5.1K 165 4
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya~

"Viola".

Aku terhenti dari kegiatanku memasukan buku-buku ke dalam tas ransel saat sebuah suara memanggilku. Aku menoleh dan melihat Sarah -yang sering dipanggil 'si lepu' (lemot cupu) oleh mahasiswa-mahasiswa yang terkenal populer, terkenal populer akan kenakalan nya tentunya- menunduk sambil meremas tangan nya gelisah.

Oke asal kalian tau saja, aku juga mempunyai panggilan tersendiri yaitu 'si cuno' (cupu kuno) -mungkin mereka menjulukiku seperti itu karena aku terus memakai pakaian lengan panjang dan rok panjang berenda?

Oh dan jangan lupakan juga kacamata bulat dan tebalku ini. Tapi entahlah, aku juga tidak tau pasti mengapa aku dijuluki cupu kuno-.

"Iya? Ada apa?"

Aku bertanya sambil tetap memperhatikan Sarah, yang baru kusadari jika tubuhnya sedikit gemetar. Mungkin karena sangat takut akan sesuatu.

"Um..Nami bilang, dia ingin bicara sesuatu di belakang kampus sekarang. Dia juga bilang kalau ini penting banget" ucapnya.

"Oh, oke baiklah. Terima kasih ya" balasku seraya tersenyum padahal aku sudah sangat curiga jika dia berbohong -atau mungkin memang berbohong- karena aku tau jika Nami -sahabatku dari kecil, selain Steven- tidak pernah menyuruh orang lain untuk memanggilku. Apalagi saat ada sesuatu penting yang ingin dibicarakan denganku seperti sekarang, dia akan datang langsung dengan terburu-buru bahkan sampai menyeretku.

Tapi aku tetap mempercayainya -karena kupikir dia sangat sibuk dan terburu-buru sampai menyuruh orang untuk memanggilku- dan pergi kebelakang kampus.

Saat sudah sampai dibelakang kampus, aku mengedarkan pandanganku dan tidak menemukan Nami.

Bahkan tidak ada seorang pun disana.

Aku melihat jam tangan ku yang menunjukan pukul 16:00, yang berarti aku masih mempunyai waktu 2 jam lagi sebelum pergantian shift-kerjaku.

Lalu aku memutuskan untuk duduk dibangku dan menunggu.

Saat sedang asyik-asyiknya menunggu, tiba-tiba aku merasakan rambutku ditarik dengan kuat -sampai kepalaku menengadah keatas dan merasa sedikit pusing- kulihat Susan dan 2 teman nya -yang selalu mengikutunya itu- mengelilingiku.

"Berani-beraninya ya anak cupu kuno deket-deket pacar orang! Mau apa hah?! Mau ngerebut?! Cih! Sadar diri keles!"

Aku terdiam dan berfikir, 'siapa pacar Susan? Oh, mungkinkah si Kevin itu?'

Sudah bukan rahasia umum lagi jika Susan sangat menyukai Kevin sampai mendekatinya bahkan mengejarnya secara terang-terangan dan yang ku tau, Kevin selalu menolak Susan mentah-mentah, dan secara terang-terangan pula.

Atau mungkin sekarang aku kudet (kurang update)?. Tapi sungguh, aku sama sekali tidak pernah sekalipun dekat-dekat dengan Kevin.

Kecuali saat dia pernah menghampiriku dan bahkan duduk disebelahku hanya untuk menyalin tugas -itupun dia yang mendekati dan bukan aku yang mendekatinya-.

Apa mungkin karena itu?

Jika memang itu penyebabnya, aku sangat salut karena cepat sekali gosip-gosip yang sangat tidak benar seperti itu beredar.

Kuputuskan untuk memberanikan diri menjawab "Maaf, tapi..dia kan bukan..pacarmu? dan itu cuma salah paham, saat itu dia hanya ingin menyalin tugas saja. Aku tidak pernah dekat-dekat dengan nya, sungguh. Dia yang saat itu tiba-tiba datang dan langsung duduk disebelahku."

'Walaupun dia sedikit..aneh?' tambahku dalam hati.

Bagaimana tidak aneh, pernah suatu saat ia datang dengan tiba-tiba lalu duduk disebelahku, menyalin tugasku. Dan selama dia menyalin tugasku -atau saat kami tidak sengaja berpapasan- ia selalu menutup hidungnya seakan aku ini makhluk yang sangat bau.

Dan sesaat itu juga aku sering mencium diriku sendiri seperti orang bodoh.

PLAK!

Satu tamparan keras dan menyakitkan dari Susan sedikit mengenai ujung bibirku dan aku meyakini jika mungkin sekarang ada bekas tamparan dipipiku dan bibirku sedikit berdarah.

"KURANG AJAR! Mana ada orang yang tiba-tiba deket kalo ga tebar-tebar pesona hah! Ngaku aja! ALICE! BELLA!"

Teriaknya kepada temannya dan tak lama kemudian, aku menyadari jika bajuku basah oleh air -entah air apa- dan yang pasti sangat amat bau.

Dan seketika itu juga kacamata bulat dan tebalku diambil dengan kasar lalu dilemparkan nya ketanah dan -oh god- diinjak-injak.

"HAHAHA! Rasain!"

Aku hanya diam dan saat kupikir dia akan melepaskan jambakan nya, ternyata dia mengeraskan jambakan nya sampai aku meringis pelan menahan sakit sambil memejamkan mata.

Lalu aku mendengar ia berbisik pelan mengancam. "Kalau nanti ada berita ataupun gosip tentang 'si cuno' deket-deketin Kevin lagi, liat aja. Ini baru permulaan darling."

Setelah berbisik seperti itu ia pergi bersama teman-teman nya sambil tertawa keras.

Aku menghela nafas.

Sakit.

Lelah.

Aku meratapi kacamataku yang sudah tidak berbentuk lagi -dan asal kalian tau saja, sebenarnya mataku normal kok, jadi aku masih bisa melihat walaupun tanpa kacamata. Itu hanya sebagai pengalih perhatian dari kedua bola mataku yang berbeda warna-.

Rasanya, aku ingin cepat-cepat pergi saja dari sini. Aku bukan robot yang tidak punya perasaan. Sejujurnya aku sudah sangat lelah terus-menerus diperlakukan seperti ini. Entah itu dari dulu -SD, SMP, SMA- bahkan sampai sekarang.

Dan mereka memperlakukan ku seperti itu juga karena alasan mereka yang aneh dan bermacam-macam.

Ada yang menyebutku aneh -karena aku selalu menunduk saat berbicara-, mata alien -ini karena aku memiliki dua bolamata yang berbeda warna atau sering disebut juga dengan Heterochromia Iridum dan sejak saat itulah aku memakai soflens yang berwarna biru. Tetapi sekarang aku lebih sering memakai kacamata bulat dan tebal-, caper (cari perhatian), muka dua, munafik, tukang rebut teman atau pacar orang, dan lainya yang jika kusebutkan satu per satu maka akan menjadi satu buku.

Jika saja Nami dan Steven -hanya mereka orang yang kupunya-, yang selalu mempedulikanku, memperhatikan ku dan selalu memikirkanku tidak ada, mungkin aku sudah lama menyerah untuk hidup.

Sungguh, aku merasa ini semua tidak adil.

Aku menangis dalam diam.

Menumpahkan semua perasaan yang selama ini kupendam. Sambil tetap percaya bahwa suatu saat nanti pasti akan ada kebahagiaan untukku.

VIOLA THE CHOSEN ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang