Jangan lupa vote and comment nya ya~
Argh!
Sialan!
Aku mangacak rambutku frustasi.
Bagaimana bisa ia menyuruhku dengan seenaknya seperti itu?! Memangnya siapa dia?! Dan bagaimana bisa ia juga menyuruhku untuk datang menemuinya tetapi tidak memberitahu dimana tempatnya?!
Aku berdiri. Berjalan-jalan disekitar meja kerjaku berharap dapat menemukan sebuah ide.
Namun nihil.
Percuma.
Aku tidak bisa berpikir apa-apa sekarang.
Pikiranku kacau karena sebelumnya dipenuhi oleh kekhawatiran ku terhadap Viola, lalu kemudian dengan tiba-tiba bukan nya mendengar suara Viola, aku malah mendengar orang gila ini mengatakan hal yang tidak masuk akal!
Dengan perasaan yang sudah sangat kesal, aku pun menghamburkan semua benda yang berada diatas meja kerjaku, melemparkan apa saja yang dapat kuraih.
Berharap dapat membuatkku sedikit lebih tenang.
Yang ternyata sama sekali tidak membuatku menjadi tenang.
Akhirnya setelah tidak ada lagi yang bisa kuraih dan melemparkan nya, aku menumpukan kedua tanganku di pinggiran meja. Masa bodoh jika disana ada berkas-berkas penting yang sekarang sudah berhamburan dilantai, ataupun sudah kuinjak-injak.
Aku tidak peduli.
CKLEK!
“Hei James, apakah kau ingin--demi segala macam jenis kecoa terbang! Astaga! Apa yang terjadi disini?! Memangnya kau baru saja berperang sampai kantormu sangat-sangat berantakan seperti ini?! Oh, moon goddes, tolong biarkan aku hidup tenang! Hapus saja ingatanku ini sekarang! Aku sudah menyerah! Aku tidak mau mengurusinya lagi!”
Aku menggeram kesal. Sungguh, mendengar omonganya yang kemana-mana sekarang ini sama sekali tidak membantuku!
“Diamlah Steve! Atau aku akan melemparkanmu dari jendela!”
“Heh. Coba saja kalau kau bisa! Aku tidak takut! Tapi hei, ada apa denganmu man? Tidak pernah aku melihatmu sampai seperti ini. Apa..ada masalah diantara kau dan..Viola?”
Aku hanya diam. Tidak membantah ataupun mengiyakan.
“Hm, jadi benar. Aku heran, masalah apa yang membuatmu sampai menjadi gila seperti ini? Selingkuh kah? Tidak mungkin. Atau kau dicampakkan? Pftt, kurasa lebih tidak mungkin lagi!”
"Sialan! Kau berniat ingin membantuku atau mengejekku hah?!"
Menghela nafas, aku mulai mencertiakan semua kejadian tadi.
Tetapi tiba-tiba kulihat ia menyeringai lebar setelah aku selesai bercerita.
“Heh. Tenang saja. Kau tidak perlu khawatir! Aku tahu harus bagaimana. Apa kau lupa jika aku ini sangat mahir dalam melacak sesuatu? Sial! Rasanya seperti kau baru saja mengenalku man! Aku jadi merasa seperti kau tidak menganggap ku ada selama ini! Dan itu menyakiti hatiku yang rapuh bagai barang antik ini!”
“Ck, menjijikan! Jangan berbicara yang tidak-tidak dan cepat katakan apa rencanamu!”
“Baiklah, baiklah. Rencana ku adalah..tentu saja aku akan melacak keberadaan ponselnya bodoh! Lalu barulah kau dapat bertemu dengan orang gila itu. Berikan ponselmu, aku akan melacaknya dengan sangat cepat.”
Aku menuruti kata-katanya dan memberikan ponselku kepadanya.
Baru saja aku ingin berjalan kearah sofa yang berada di kantorku, aku mendengar suaranya yang memanggil namaku.
“Apa?”
“Heheh. Aku sudah selesai. Silahkan periksa sendiri ponselmu.” Ucapnya dengan nada sombong seraya memberikan ponselku.
Sesaat aku melongo.
‘Cepat sekali.’
“Ya ya ya..tidak perlu menatapku sampai seperti itu. Aku memang tahu jika aku ini sangat mengagumkan! Pasti sekarang dalam hatimu kau sedang memuji-muji ku kan? Hahahaha”
“Cih. Dasar sok tahu! Tapi, terima kasih untuk ini. Kau memang selalu bisa diandalkan.” Kemudian aku pun berjalan ke arah pintu dan membukanya.
“Hei! Aku juga ikut!”
“Tidak! Kau disini saja dan bereskan kantorku.”
“WHAT?! NO WAY! Kau kira aku pembantumu! JAMES! Sialan! Aku akan blablabla..”
Akupun dengan cepat menutup pintu dan berjalan menuju lift seraya mengepalkan kedua tanganku.
‘Lihat saja. Aku tidak akan memaafkan orang gila itu jika terjadi sesuatu kepadamu Viola.’
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLA THE CHOSEN ONE
Manusia SerigalaViola Vender. Gadis berumur 19 tahun dengan penampilan yang bisa dibilang cupu, sehingga ia selalu ditindas. Gadis yang dulunya tumbuh disebuah panti asuhan. Sampai ia bertemu dengan Nami dan Steven, dan menjadi sahabat mereka. Tidak ada yang tau, b...