VIOLA

1.9K 97 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya~

Aku membuka mataku perlahan.

Putih.

Itulah yang pertama kali kulihat.

‘Dimana kah aku?’

Aku mengedarkan pandanganku dan menemukan bahwa tanganku sedang digenggam oleh seorang pria yang tertidur di kursi sebelah ranjangku dengan sebelah tangan nya yang lain menopang kepala nya.

‘Siapa dia? Aku tidak pernah melihatnya. Tetapi kenapa aku merasa seperti..bahagia? Entahlah, aku tidak mengerti.’ Ucapku dalam hati.

Dengan perlahan aku menarik tanganku, berharap bahwa aku tidak membangunkan orang itu.

Tetapi baru saja aku menggerakkan tanganku, ia terbangun dan menatapku.

○○○
○○

                             JAMES


Aku terbangun karena merasakan tangan nya yang sedang kugenggam bergerak.

Seketika itu juga aku menatapnya –yang ternyata ia juga sedang menatapku dengan wajah bingung dan mata bulatnya-. ‘imut sekali’ batinku. “Sangat imut James! Oh betapa aku ingin keluar lalu mencium nya!” tiba-tiba Josh berseru didalam otak ku. Aku hanya diam berpura-pura tidak mendengarnya.

Aku menatapnya lekat dan tersenyum. Yang baru kusadari jika ternyata ia memiliki dua bola mata yang berbeda warna.

Sekilas memang terlihat sama.

Bahkan tadi aku mengira jika ia memiliki bola mata yang bewarna hijau emerald. Tetapi ternyata kedua bola mata itu berbeda warna. Jika yang satu bisa disebut seperti emerald, maka yang satu seperti blue sapphire.

Heterochromia Iridium.

Mengagumkan.

Menarik.

Ralat, -sangat amat super duper- mengagumkan dan menarik.

“Kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu? Apakah kepalamu masih sakit?” tanyaku.

Bodoh.

Dia baru saja sadar dan aku sudah bertanya seperti seseorang yang sedang mengintrogasinya. Aku melihatnya mengerjapkan mata bingung.

“Aku..dimana?k-kamu..siapa?” Tanyanya dengan suara serak.

Seketika itu juga aku tersadar dan langsung mengambil gelas berisi air dimeja sebelah ranjangnya.

“Minum lah dulu.” Aku memberikan gelas itu kepadanya. Tetapi ia hanya menatap gelas tersebut.

Aku tersenyum seakan tahu arti dari tatapan itu. “Tidak apa-apa, minumlah. Aku tidak memberikan sesuatu kedalam minuman itu.” Ucapku lembut.

"Hahahaa! Lihatlah James! Ternyata Mate kita sangatlah pintar! Aku sangat setuju jika Mate kita berpikiran bahwa tampangmu yang sering kau banggakan itu ternyata seperti orang jahat! Hahahaa!" Josh tiba-tiba tertawa mengejek ku. Seketika itu juga aku memutuskan mindlink ku dengan Josh. Kurang ajar! Awas saja kau!

Kulihat pipinya yang merona karena ketahuan berpikiran yang tidak-tidak olehku.

“Sekarang kau sedang berada di rumah sakit. Dan namaku adalah James.” Kulihat ia memiringkan kepalanya bingung.

“Rumah sakit..?memangnya aku..kenapa?”

Baru saja aku ingin menjawabnya, tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar dibarengi dengan seorang perempuan masuk dengan tergesa-gesa dan wajah yang sangat panik.

Dan dibelakangnya ada seorang pria yang sepertinya kukenali...Oh astaga! Itu Steven! Aku menatapnya tajam seakan meminta penjelasan.

Ia balas menatapku sambil menyengir seolah berkata –tenang, aku akan menjelaskan nya padamu nanti-.

Kemudian aku mengalihkan pandanganku kepada 2 orang perempuan yang sedang berpelukan –sebenarnya hanya satu yang memeluk sedangkan satu lagi terlihat bingung-.

“Kau tidak apa-apa kan Viola? Siapa yang membuatmu seperti ini hah?! Katakan padaku! Akan aku cabik-cabik orang itu!” ucap perempuan yang sedang memeluk Viola –dan aku baru sadar jika perempuan yang sedang memeluk Viola adalah pasangan Steven. Atau yang dikenal di kaum kami dengan sebutan Mate.

Aku tidak pernah bertemu langsung dengan nya, dan hanya mengetahui bahwa Steven memiliki pasangan yang ternyata juga adalah seorang werewolf-.

“Viola..? Apa itu..namaku..?”

Hening.

Kami bertiga saling bertatapan.

Dan kami bertiga pun memiliki jawaban yang sama dikepala kami.

“Iya, namamu Viola. Kau..mengenali ku kan?” tanya pasangan Steve hati-hati.

Kulihat Viola mengerutkan keningnya seperti sedang berpikir keras. “Aku..a-aku...Argh! K-kepalaku sakit!” Ucapnya dengan kedua tangan yang memegang kepalanya. “S-sakit sekali!”

Seketika itu juga kami bertiga panik. Aku langsung menghampirinya dan menenangkan nya. Steven dengan cepat berlari memanggil dokter. Sedangkan pasangan nya..mematung seakan tidak percaya dengan pemikiran yang ternyata benar adanya.

Tak lama kemudian seorang dokter dan suster datang dengan tergesa-gesa dan dibelakangnya Steven yang juga tidak kalah tergesa-gesa. Kemudian dokter itu menyuruh suster untuk memegangi Viola dan ia menyuntikan obat penenang ke lengan Viola.

Viola pun menjadi tenang dan tertidur.

Dokter menyuruh kami untuk keluar dan membiarkan Viola beristirahat.

Dan kami bertiga pun keluar menuruti perintah dokter tersebut dengan perasaan kacau.

VIOLA THE CHOSEN ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang