NAMI

2.5K 119 2
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya~

PUKUL 17:30

○○○

“Maaf membuatmu menunggu lama, beib.”

Aku hanya diam dan memutarkan bola mataku kesal saat sebuah suara yang sudah sangat ku hafal terdengar. Dibarengi dengan seseorang yang duduk dihadapan ku.

“Hei ayolah sayang, maafkan aku! Jika bukan karena James yang dengan seenaknya pergi dan menyuruhku untuk menggantikan nya menghadiri rapat penting yang membosankan itu, aku pasti sudah menolak mentah-mentah dan menunggumu disini.

Ucap Steven -Mate sekaligus sahabatku dan Viola sejak kecil- panjang.

“Huh. Kau tau tidak, kau terlambat hampir setengah jam! Aku merasa seperti orang bodoh yang hanya duduk melongo seorang diri sampai punggung ku sakit karena duduk terlalu lama hah?!”  jawabku kesal.

“Oh sungguh, aku benar-benar minta maaf sayang.”

Tiba-tiba ia menyeringai licik.

Seketika aku merasakan perasaan tidak enak.

“Hm..aku akan belikan ice cream kesukaanmu dan berapapun itu jumlahnya jika kau memaafkanku, ya?”

Tuhkan.

ICE CREAM.

Satu makanan yang membuatku langsung mengangguk semangat dengan wajah berbinar. Kesal sih saat dia tau kelemahanku –dan kelemahan Viola pula.

Aku juga pernah sih memanfaatkan kelemahan Viola, dan ia sama sekali tidak mengetahuinya bahkan curiga sedikitpun kepadaku. HAHAHA. Oke aku akui aku juga jahat. Viola memang sangat polos.

Oh, aku jadi merasa bersalah padanya sekarang.

Maafkan aku Viola. Tapi hei, siapa yang tidak senang jika dibelikan sesuatu yang sangat kita suka? Atau mungkin aku terlalu berlebihan? Baiklah lupakan saja.

DEG!

Tiba-tiba aku merasakan perasaan tidak enak. Sebenarnya aku sudah sangat sering merasakan perasaan seperti ini -bahkan tadi juga aku merasakan nya-.

Aku juga sudah tau jika perasaan ini pasti ada saat Viola sedang dalam masalah -dibully contohnya- dan aku juga tau dia sering menyembunyikan masalahnya agar aku tidak membalas mereka.

Padahal tanpa sepengetahuan nya, aku selalu membalas mereka yang menjahili Viola -secara diam-diam dan perlahan-lahan tentunya-.

Aku juga tau siapa itu 'mereka' yang sering menjahilinya.

Karena motoku adalah “Jika Viola merasakan sakit, senang, sedih atau apapun itu, maka aku juga akan ikut merasakan nya. Aku akan selalu berada dipihaknya. Karena itulah arti sahabat bagiku.” Huahaha ternyata aku bisa menjadi orang bijak juga. Oke lupakan.

Tapi perasaan yang kurasakan sekarang sangat berbeda. Dan baru pertama kali ini juga aku merasakan perasaan tidak enak yang sampai seperti ini.

Seperti akan kehilangan sesuatu yang amat sangat berharga.

“Ada apa beib? Aku merasakan jika kau sedang gelisah akan sesuatu.”

Aku menoleh kearahnya dan berdiri, “Viola, Steve... Aku merasakan perasaan seperti akan kehilangan sesuatu. Dan aku yakin itu pasti Viola. Viola sedang dalam bahaya Steve!” ucapku sangat panik.

Ia ikut berdiri dan terlihat sedikit panik, “Baiklah, kita akan mencari Viola, kita akan menemukan nya. Dimana terakhir kali kau melihatnya?”

Aku berfikir sejenak, “Saat..dikampus! Mungkin ia sekarang sudah pergi untuk bekerja! Ayo Steve!” ucapku lalu menariknya keluar cafe dan menaiki mobilnya untuk mencari Viola.

‘Kuharap kau tidak apa-apa Viola...’

Doaku dalam hati.

VIOLA THE CHOSEN ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang