JAMES

2.2K 108 3
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya~

Bosan.

Entah kenapa hari ini sangat membosankan dan entah kenapa juga perasaanku seperti menyuruhku untuk segera pergi keluar dari kantorku -aku adalah pemilik perusahaan ini dan beberapa perusahaan ternama lain nya di negara ini jika kalian ingin tahu-.

Akhirnya aku pun menuruti kata hatiku dan berdiri untuk keluar dari ruanganku.

Saat aku sudah keluar dari kantorku dan berada didekat mobilku, aku mendengar teriakan membahana dari seseorang yang sudah sangat kukenal memanggilku.

Aku menggeram kesal.

Sampai-sampai telingaku -yang sangat peka ini- terasa sakit mendengar teriakan nya itu.

Tidak taukah dia jika suaranya itu sangat keras melebihi seseorang yang berbicara memakai toa? -oh, dan omong-omong, aku ini adalah Werewolf-.

Dan seseorang yang memenggilku tadi -Steven namanya, dan Matenya- juga Werewolf.

Tidak banyak yang tau jika kami adalah Werewolf -mungkin para manusia-manusia lain memang tidak tau jika kami ini Werewolf kecuali mereka yang berasal dari kaum kami dan kaum Vampire-.

Jadi wajar saja jika telingaku langsung terasa sakit saat mendengar teriakan nya itu. Karena kaum kami memiliki pendengaran dan penciuman yang sangat peka jika kalian ingin tahu.

Jika saja dia bukan sahabat sekaligus asistant -dan beta di pack-ku- aku akan menyumpal mulutnya dengan apapun yang kutemukan -dan melakukannya dengan perasaan sangat bahagia tentunya- dijalanan.

Aku menoleh dan menatapnya tajam.

"Apa hah?" Ucapku dingin.

"Kau mau kemana? Apa kau lupa jika sekarang kau ada rapat penting yang membahas tentang kerjasama antar perusahaan? Oh, ayolah, apa kau ingin kabur lagi?"

"Hm, aku ingat. Dan ya, aku ingin pergi. Kalau begitu kau saja yang menggantikanku menghadiri rapat itu. Aku pergi dulu."

Ucapku seraya masuk kedalam mobil, dan langsung melajukan mobilku meninggalkan Steven yang mungkin sedang mengumpat-ngumpati aku sekarang.

***

Lampu merah.

Aku memberhentikan mobilku seraya berfikir akan kemana aku sekarang.

Saat sedang sibuk berfikir, tiba-tiba saja dari sebelahku sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi.

'Gila' pikirku.

Tidak taukah dia bahwa sekarang lampu lalu lintas sedang menampilkan warna merah? Yang artinya harus berhenti dan bukan nya melaju dengan kecepatan tinggi seperti itu? Orang-orang seperti inilah yang nantinya bisa menjadi sebuah 'bencana' untuk setiap negara dan warganya.

"JAMES! MATE! MATE! AKU MENEMUKAN MATE KITA!" seru Josh -nama dari wolf ku- di pikiranku, bahkan aku merasakan jika Josh sedang menggoyang-goyangkan ekornya dan mengaum senang.

"Mate?" Jawabku bingung seraya mengedarkan pandangan ke sekitar.

Dan aku menemukan seorang gadis yang sedang berlari ketengah jalan menuju seekor anak kucing.

Aku mencium baunya yang sangat memabukkan -seperti perpaduan antara bau bunga lavender dengan bau vanila dan sedikit bau seperti kayu manis-.

"Apa dia Mate kita, Josh?" tanyaku seraya memperhatikan gadis itu.

"Ya James! Oh baunya! Aku tidak sabar ingin bertemu, memeluk, bahakan menciumnya!"

Aku memutarkan bola mataku saat mendengarnya. Yah, aku akui, aku juga merasakan perasaan seperti apa yang dikatakan Josh.

Tetapi setidaknya aku masih tahu diri dan tidak mengumbar-ngumbarnya bahkan dengan Josh sekalipun -walaupun aku yakin jika Josh mengetahuinya, karena kami ini satu tubuh-. Karena menurutku itu adalah suatu masalah yang termasuk pribadi.

"Hei! Ingatlah jika aku mengetahui apa yang kau pikirkan! Dasar manusia sok cool! Tapi tunggu..aku merasakan perasaan yang..sangat tidak enak..OH JAMES! LIHATLAH!"

Dan seketika itu juga aku melihat mobil -yang berada disebelahku tadi yang melaju dengan kecepatan tinggi- mengarah kearah gadis itu.

Oh moon goddes. Ini gawat. Benar-benar gawat.

Tanpa berfikir apapun lagi, aku keluar dari mobil dan berlari menuju gadis itu.

Tetapi percuma saja. Aku terlambat.

Aku melihat dia tertabrak bahkan terlempar dan membentur trotoar -dengan masih memeluk anak kucing tadi- didepan mataku sendiri.

Seketika itu aku merasa sangat hancur.

Aku juga merasa sakit, sangat sakit sampai-sampai rasanya seperti ingin mati saja.

Aku berdiri membeku. Mengepalkan tangan. Bahkan aku merasa seperti ada yang mengalir di pipiku.

Oh god.

Bahkan aku baru pertama kali ini menangis -sejak saat sudah beranjak dewasa maksudku. Mungkin sejak kelas 1 SMP. Yang pada saat itu aku masih polos dan belum tahu apapun.

Saat masih bayi dulu, tentu saja aku menangis- dan juga pertama kalinya aku menangis karena seorang wanita--ralat, maksudku seorang gadis.

"JAMES! SADARLAH! CEPAT SELAMATKAN MATE KITA, JAMES!"

Aku tersadar saat Josh berteriak sangat panik didalam pikiranku.

Aku kalap.

Berlari menghampiri kerumunan orang yang mengelilinginya dan bahkan menabrak setiap orang yang menghalangi jalanku.

Tidak peduli jika mereka mengumpat, menyumpah-nyumpahiku atau sebagainya.

Aku bahkan langsung menyeruak kedalam kerumunan itu dan menggendongnya, berlari membawanya kedalam mobilku -tidak peduli jika jas ku terkena darahnya-.

Seketika itu juga aku melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.

Pikiranku kosong. Aku tidak peduli jika nantinya aku akan terkena tilang atau apapun. Yang aku pedulikan sekarang hanyalah dia harus sampai dirumah sakit secepatnya.

Hanya dia. Mate-ku.

VIOLA THE CHOSEN ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang