KEVIN

1.1K 52 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya~

Saat sedang asyik-asyik nya menguntit, tanpa sadar aku semakin mempersempit jarak ku dengan Alex.

Tetapi saat aku ingin berbalik untuk kembali pada jarak aman, aku melihat Alex yang sedang mengambil sesuatu di saku samping celana Viola.

Dan oh! Dia melemparkan nya asal ke sebuah gang saat ia melewatinya.

‘Sialan! Dia sudah menyadarinya ternyata. Dan cerdik sekali dia berpura-pura menunjuk ke sebuah toko dengan sebelah tangan nya yang sengaja berada di depan mata Viola agar ia tidak melihatnya. Juga pemikiran nya yang langsung menduga jika nanti aku kehilangan mereka, aku akan melacak keberadaan Viola dari ponselnya. Cih. Tidak bisa kuremehkan.’

Yah, kalau begitu apa boleh buat.

Aku mengikuti permainan nya. Berjalan ke arah gang untuk mencari ponsel Viola.

Tidak lama kemudian aku menemukan nya tergeletak didekat tempat sampah. Untung saja ponselnya tidak apa-apa dan masih menyala.

Aku segera keluar dari gang tersebut dan sesuai dugaanku, ia pasti dengan cepat melarikan diri.

Aku juga sebenarnya menyadari jika akan sangat berbahaya kalau hanya aku seorang diri yang terus menguntitnya.

Kemudian pandangan ku beralih ke ponsel Viola.

‘Tidak di password? Astaga, ceroboh sekali dia! Untung saja aku yang menemukan nya! Bagaimana jika yang menemukan orang jahat? Ah sudahlah. Lebih baik aku cepat-cepat menghubungi nomor-nomor yang ada di kontaknya.’

Saat aku ingin membuka kontak di ponsel itu, tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk.

Tertulis nama ‘James’ disana.

‘Mungkin salah satu orang yang dekat dengannya.’

Dan dengan pemikiran itupun aku menggeser tombol berwarna hijau lalu mendekatkan ponsel tersebut ke telingaku.

Sedetik kemudian terdengarlah suara berat seorang pria yang sepertinya sangat khawatir jika mendengar dari nada bicaranya.

[Viola? Kau mendengarkanku kan? Kau dimana sekarang? Tidak apa-apa kan? Tidak terjadi hal buruk kan? Lalu blablabla...]

Aku mengernyit.

‘Eoh, siapa dia? Kenapa langsung bertanya ini-itu dengan akrab seakan-akan Viola adalah pacarnya? Seingatku Viola tidak memiliki pacar. Atau aku yang tidak tahu? Ah sudahlah, berita yang ingin kuberitahu sekarang lebih baik daripada aku hanya diam dan menduga yang tidak-tidak.’

Aku sengaja berdeham dengan sedikit keras untuk menyela pembicaraan nya. Dan seketika itu juga orang disebrang sana yang terus bertanya ini-itu menjadi diam.

Baru aku ingin mengatakan berita penting ini ketika kudengar suara berat yang terdengar rendah dan menusuk bertanya kepadaku.

[Kau siapa hah?! Dimana Viola?!]

“Aku akan memberitahumu jika kau berjanji akan membantuku.”

[Membantumu? Kheh. Jangan bercanda! Aku tidak mengenalmu dan cepat katakan dimana Viola atau kau akan tahu akibatnya!]

Aku menghela nafas. Sudah menduga akan seperti ini. Tipikal orang possessive.

“Kalau kau tidak mau membantu, aku akan mencari nomor orang lain dalam kontaknya.”

Hening. Aku tidak mendengar jawaban nya.

Saat aku berpikir untuk mengakhiri panggilan ini, terdengarlah suaranya.

[Sialan! Baiklah, aku akan membantumu! Kau ingin aku melakukan apa hah?! Kau ingin meminta uang?! Berapa banyak?! Akan ku kirimkan semua kepadamu!]

Sesaat aku melongo, kemudian mendecih pelan. Sombong sekali dirinya! Di mana Viola bertemu dengan nya? Dan kenapa bisa ia juga berteman dengan orang seperti ini?

“Cih. Enak saja! Kau pikir aku ini seperti penipu amatiran yang menelpon sembarang orang dan mengaku-ngaku jika salah seorang keluarganya sakit lalu meminta uang, begitu?! Aku sama sekali tidak menginginkan uang mu! Aku hanya ingin memintamu untuk datang kemari! Ada sesuatu yang ingin kubicarakan. Dan ini menyangkut Viola.”

Dengan kalimat itulah aku cepat-cepat mengakhiri penggilan.

Aku menghela nafas lega. Lega karena tidak lagi mendengar suara sok dan sombongnya itu.

Aku mengedarkan pandangan seraya berpikir kemana perginya Alex dan Viola.

Pandangan ku terhenti ketika tak sengaja melihat seorang pria sedang menggendong seorang wanita dan memasukan nya kedalam sebuah mobil di kejauhan.

Dengan cepat akupun mengenali keduanya.

BINGO!

‘Kena kau, Alex.’

Aku menyerigai. Dengan cepat aku tersadar dan membuka sebuah aplikasi camera pada ponsel Viola, memotret nomor plat mobil nya.

Kulihat mobil itu melaju dengan sangat kencang.

Seringaianku bertambah lebar.

‘Sedang terburu-buru eh? Percuma saja! Kau tidak akan bisa lari lagi Alex!’

VIOLA THE CHOSEN ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang