VIOLA

984 45 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya~

Aku membuka mataku perlahan saat mendengar suara ketukan pada pintu.

Dengan masih setengah sadar, aku bangkit, berjalan ke arah pintu lalu membukanya.

“Ya? Ada ap—Sarah?!”

Seketika aku menjadi sepenuhnya sadar juga terkejut saat mendapati Sarah -teman satu kampusku. Atau yang terkenal dengan sebutan 'si lepu'- sedang berdiri dengan membawa nampan yang berisikan samangkuk nasi dan segelas air mineral.

Dan oh! Ia juga memakai pakaian yang berwarna hitam-putih!

Seperti pakaian maid!

“Eh? Viola?! M-maaf, maksud saya nyonya.”

Aku terbelalak melihat Sarah yang sekarang sedang membungkuk didepan ku. Dengan cepat aku memegang kedua pundaknya dan memintanya untuk tidak seperti itu.

“Jangan panggil nyonya, panggil Viola saja.” Ucapku seraya tersenyum.

“T-tapi..”

Kulihat ia sekilas melirik ke kanan dan ke kiri. Seakan-akan takut jika ada yang mendengarnya.

“Baiklah..” Jawabnya kemudian dengan suara yang sangat pelan -tetapi masih bisa kudengar jelas-.

“Kalau begitu, ayo masuk dulu!”

“Eh tapi—”

“Sudah, ayo!”

Aku mengambil nampan yang dipegangnya dan berjalan masuk menuju nakas yang berada disebelah ranjang berukuran King-size.

Saat aku sudah menaruh nampan dan berbalik, aku melihat Sarah yang masih berdiri diam mematung didepan pintu.

Dengan gemas aku berjalan menuju Sarah dan memegang tangan nya, lalu menariknya –memaksa lebih tepatnya- untuk masuk ke dalam.

“Nyo—”

“Viola.” Aku dengan cepat memotong perkataan nya.

Kudengar ia menghela nafas.

“Viola, aku harus keluar. Ini kan kamar tuan-m-maksudku Alex. Aku tidak boleh disini.”

Aku tidak menghiraukan ucapan nya dan masih tetap menariknya menuju balkon.

Saat sampai balkon, aku menyuruhnya untuk duduk disebuah sofa kecil yang berada disana. Kulihat ia diam memandangi sofa tersebut sebelum duduk dengan terpaksa.

Aku pun tersenyum dan duduk disebelahnya.

Tetapi saat aku melihat kearahnya, ia memandangiku dengan tatapan sendu dan berkaca-kaca.

Aku panik.

Mungkinkah aku terlalu jahat memaksanya sampai aku tidak memikirkan bagaimana perasaan nya? Bagaimana jika setelah ini Alex tau dan memecatnya?! God. Aku sungguh merasa bersalah sekarang!

"Sar--"

"Viola..hiks..m-maafkan aku.."

Hah?

Aku mengerjap bingung. Kenapa dia meminta maaf? Padahal kan dia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Kenapa minta maaf?"

Kulihat ia menggeleng kemudian berkata dengan terbata "A-ku..pernah berbohong padamu..untuk bertemu dengan Nami pada saat itu..hiks..Viola, maaf.."

Oh. Masalah itu ternyata.

Yah sebenarnya itu bukan salahnya sih. Salahku juga yang langsung percaya dan tidak menelpon Nami langsung untuk memastikan.

Dan aku mengenalnya. Ia sedikit banyak sama sepertiku. Yang memiliki julukan 'unik' di kampus. Dan aku mengerti mengapa ia mau-mau saja diperintah oleh Susan.

"Sarah, itu bukan salahmu kok! Lagipula, itu juga sudah berlalu. Jadi jangan dipikirkan lagi ya?"

"T-tapi.."

"Kamu tau tidak, kamu itu sedikit banyak sama sepertiku, jadi aku bisa memakluminya." Ucapku memotong perkataan nya dengan tersenyum.

Kulihat ia mendongak menatapku berbinar.

"Terima kasih Viola..Kau memang sangat baik hati.." Kulihat ia tersenyum yang membuatku ikut tersenyum juga.

“Sarah, aku bingung. Kenapa kamu disini? Lalu..maaf, tapi..bajumu itu seperti baju maid? Terus kamu kenal Alex dimana? Kenapa kamu panggil dia 'tuan'? Memangnya dia siapa?”

Kulihat ia hanya tersenyum mendengarku yang tiba-tiba langsung bertanya ini-itu kepadanya seperti orang yang sedang mengintrogasi.

“Viola, matamu bagus. Sangat bagus.”

“Terus juga, kenapa tadi kamu panggil aku—eh?”

Aku mengerjapkan mataku.

Dan seketika aku terbelalak.

‘Oh God! Aku lupa memakai softlens ku! U-oh, jangan-jangan tadi Alex juga--'

Seketika aku langsung menutup wajahku dengan kedua tangan.

“Jangan lihat! Aku malu!”

“Kenapa harus malu? Matamu sangat indah.”

Setelah Sarah berkata seperti itu, aku merasakan sepasang tangan yang memegang tanganku dan menariknya turun dari depan wajahku.

“Sarah! Indah apanya?! Ini aneh tau!” Ucapku masih dengan menutup mata.

Hening.

Tidak ada jawaban darinya.

Penasaran, aku pun membuka mataku dan mendapati bahwa ia sedang menatapku dengan terbelalak.

“Eh? Ada apa?”

“Viola..kamu juga keturunan..peri?

“Hah? Peri?”

Aku mengerjapkan mata bingung.

“Lihat!”

Dengan cepat Sarah pun mengengkat tangan nya yang sedang menggenggam tanganku.

Aku terbelalak.

‘Hah? Kenapa cahaya biru itu muncul lagi? Eh tapi..ada cahaya hijau dari tangan Sarah!’

Aku mendongak menatap Sarah yang sekarang sedang tersenyum.

“Aku..peri?”

Kulihat ia mengangguk semangat.

"Dan cahaya mu berwarna biru! Kau bukan hanya keturunan peri Viola! Karena keturunan peri murni itu cahaya nya berwarna hijau!"

Aku hanya diam melongo tidak tau apa-apa mendengar kata-kata Sarah.

“Hehe. Aku tidak menyangka! Kau pasti bingung ya. Baiklah aku akan menjawab pertanyaanmu tadi dan menceritakan sebuah cerita terkenal yang mungkin tidak kau tau.”

Lalu ia pun memulai ceritanya.

Sebuah cerita yang menjawab semua pertanyaanku selama ini.

VIOLA THE CHOSEN ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang