ALEX

1.2K 55 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya~

Aku merasakan nya.

Ada yang mengikuti.

Dan hanya seorang.

‘Bodoh.’ ucapku dalam hati seraya menyeringai.

Dia meremehkanku ternyata. Aku ini sangat peka jika kalian ingin tahu.

Berani-beraninya ia hanya seorang diri mengikutiku.

‘Wah, wah. Menarik. Ternyata ia juga Vampire ya. Mau menantangku rupanya.’ Aku pun semakin melebarkan seringaianku.

Aku melirik ke sampingku. Kulihat Viola dengan senyum senang dan mata yang berbinar-binar tidak sabar ingin cepat sampai di taman.

Oh dear, seandainya kau tahu jika taman hanyalah sebuah kebohongan –tidak sepenuhnya bohong sih. Lebih tepat jika disebut sebagai bagian dari rencanaku-.

Yang dengan tujuan sebenarnya adalah aku akan membawamu ke istana ku.

Dimana tidak ada yang mengetahui letaknya. Tidak akan ada yang mengganggu. Dan saat itu jugalah aku akan menjadikanmu Ratu-ku. Dan hanya milikku.

Akan sangat disayangkan jika seseorang seperti dirimu hanya akan berakhir sebagai makananku –walau kuakui kau punya bau tubuh yang sangat menggoda. Dan oh, bau darah yang sangat menggiurkan-.

Ya, karena aku merasakan sesuatu yang sangat spesial dari dirimu.

Sesuatu yang berbeda.

Sesuatu yang besar.

Meski aku masih belum tahu apa itu, tetapi aku yakin bahwa pasti nanti aku akan mengetahuinya.

Aku sedang terlarut dalam lamunanku saat aku merasakan tarikan pelan pada lengan bajuku serta suara khawatir yang berasal dari sampingku.

Aku menoleh menatapnya -dengan sedikit menunduk karena tingginya yang hanya sebatas dadaku- dan bertanya.

“Hm? Ada apa?”

“Kau tidak apa-apa? Dari tadi kau hanya diam. Kau sedang sakit ya? Um, kalau begitu lebih baik kau istirahat saja. Kita bisa ke taman lain kali”

“Ah tidak. Aku tidak apa-apa. Aku tadi hanya sedang memikirkan sesuatu. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan ku.” Jawabku seraya tersenyum.

Kulihat ia mengangguk-angguk paham. Lalu sedetik kemudian matanya kembali terlihat berbinar-binar. Aku mengikuti arah pandangan nya yang lurus menatap kearah belakang badanku.

Dan menemukan bahwa ada seorang anak kecil yang sedang memakan ice cream.

Aku kembali menatapnya. “Kau ingin ice cream hm?” Aku tertawa pelan dan mangacak rambutnya gemas.

“Baiklah, akan kubelikan. Di dekat taman ada yang menjual ice cream kalau aku tidak salah ingat. Aku akan membelikan mu disana saja, sekalian kita berjalan ke arah taman.”

Kulihat ia menatapku dengan mata bulat nya yang berbinar senang.

“Benarkah?! Terima kasih Alex!” ucapnya dengan sangat senang seperti anak kecil yang mendengar orangtua nya berjanji akan membelikan mainan.

Aku hanya menjawabnya dengan tersenyum.

Huh.

Polos sekali.

Membuatku semakin tertarik dengan nya.

Tiba-tiba pandanganku turun dan terhenti pada sebuah benda pipih berbentuk persegi panjang dan berwarna hitam yang terlihat seperti ingin mencuat keluar dari saku celana sampingnya.

Seketika aku menyeringai.

“Hei Viola, coba kau lihat ke sana! Lucu sekali bonekanya! Tapi, aku tidak tau itu boneka apa. Kau tau tidak?” ucapku dengan sebelah tangan yang posisinya sengaja ku buat didepan mata Viola dan menunjuk ke arah toko didepan.

Saat ia mengalihkan pandangan nya ke arah toko tersebut, dengan cepat aku mengambil benda pipih berbentuk persegi panjang dan berwarna hitam disakunya itu.

Ya, benda itu adalah ponselnya.

Dan dengan cepat pula aku melempar asal benda itu kedalam gang yang berada disebelahku pada saat ketika aku dan Viola melewatinya.

Aku menyeringai.

‘Ya. Lihatlah itu penguntit. Kau pasti akan mencarinya. Dan saat kau ingin mengikuti kami lagi, BOOM! kami sudah menghilang.HAHAHA’

Kemudian aku melingkarkan sebelah tanganku pada bahunya dan berkata kalau aku tiba-tiba teringat nama boneka itu. Dan mengajaknya untuk berjalan lebih cepat dengan berdalih bahwa sebentar lagi malam akan tiba.

Sekilas aku melihat pipinya yang merona merah karena malu. Sungguh lucu dan menggemaskan. Rasanya ingin kucubit pipi itu kalau saja aku sedang tidak terburu-buru seperti sekarang.

Aku memang benar-benar mengajaknya ke taman dan membelikan nya ice cream. Aku juga menyuruhnya untuk duduk di salah satu kursi yang berada di taman itu dan menyuruhnya untuk menungguku karena aku harus pergi ke kamar kecil.

Padahal aku sedang mengambil mobil ku yang memang sengaja kuparkirkan agak jauh lalu memarkirkan nya di dekat taman.

Ya, ini semua sudah kurencanakan sejak lama. Sejak saat aku bertemu dengan nya di rumah sakit, aku selalu diam-diam mengikutinya. Dan sialnya aku menemukan jika seorang Werewolf selalu berada didekatnya.

Yah, tapi tidak apa-apa. Karena hari ini mungkin adalah hari keberuntunganku.

Aku kembali ke taman dan berjalan menghampirinya. Alih-alih dari depan, aku menghampirinya dari belakang.

Dan dengan tenaga yang cukup keras aku memukul tengkuknya.

Sedetik kemudian, ice cream yang dipengangnya jatuh ke tanah dan kepalanya menunduk dalam.

Dengan cepat aku melangkah ke sampingnya, menggendongnya ala bridal style dan berjalan cepat menuju mobil ku.

‘Maaf sayang, aku harus bertindak cepat agar penguntit itu kehilangan jejak kita.’

Dan aku pun melajukan mobilku dengan kecepatan penuh.

VIOLA THE CHOSEN ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang