Carilah orang yang bisa menjaga rahasiamu bukan yang membongkar rahasiamu. Dan jangan percaya begitu aja sama temen, siapa tau dia bisa menghianatimu.***
"Bokap gue marah-marah sama nyokap, gara-gara bokap selalu pulang telat. Setiap nyokap nanyain kenapa pulang telat, bokap gue malah ngejawabnya pake amarah,"*Flashback
"Kamu dari mana aja sih? Udah jam segini baru pulang! Sesibuk apa sih dikantor samoe keluarga dilupain?" kata Dila—ibu Alden.
"Suami baru pulang bukanya disuguhin minuman ini malah disuguhin sama pertanyaan yang bikin otak nambah panas,"
"Gimana aku gak nanya terus, akhir-akhir ini kamu sering pulang telat dan setiap aku nanya hal yang sama kamu malah gak ngejawah bahkan kamu ngebentak aku,"
"Udahlah, aku cape mau istirahat. Kalau mau nanya besok aja," kata Alex ketus.
*Flashback off
"Gua denger mereka berantem waktu ngelewatin kamar mereka. Emang sih nyokap gue terlalu posesiv, tapi dibalik sifatnya itu nyokap gue pengen ngeliat keluarga yang bahagia, gak ada yang merasa kekurangan." jelas Alden panjang lebar.
"Terus kenapa lo malah ikutan kedalam masalah orang tua lo? Sorry, bukannya gue menyudutkan elo dalam masalah ini,"
"Gue gak tega Bell, ngeliat nyokap gue yang dibentak sama bokap setiap nanya 'kenapa pulang telat?'"
Bella berfikir sejenak. Memang ibunya Alden gak salah, tapi cara menanyakannya saja yang salah. Tapi disisi lain juga ayahnya Alden gak salah.
"Coba deh, lo jangan ngeliat dari sisi nyokap lo doang. Tapi liat juga dari sisi bokap lo. Mungkin bokap lo marah-marah karena ada masalah dikantornya dan ditambah lagi sama dirumah. Sorry, gue gak bermaksud nyalahin nyokap lo," jelas Bella.
Alden pun mencerna apa yang dikatakan Bella barusan. Bener juga, dia jamgan ngeliat dari sisi satu doang. Tapi dari sisi lain juga dia harus tau.
"Bener juga kata lo. Berarti gue udah egois sama bokap gue. Gue juga gak ngerasain disisi bokap gue. Mungkin dikantirnya lagi ada masalah dan gak mau bilang ke nyokap dan ditambah sama masalah rumah,"
"Lo gak egois kok, lo cuman belum ngeliat dari sisi bokap lo doang. Dan sekarang lo bisa ngomong baik-baik sama orang tua lo kalau mereka harus selesain masalah ini dengan kepala dingin," jelas Bella.
Dan tiba-tiba Alden memeluk Bella tanpa meminta izin dulu dari pemiliknya.
Seperti ada aliran listrik ketika mereka berpelukan. Dan seperti ada rasa kaget+nyaman. Bella pun perlahan membalas pelukan Alden dengan tersenyum.
"Makasi, lo udah mau ngedenger masalah gue dan lo udah mau bantuin gue buat nyelesain masalah ini. Emang, kemarin gue gak bisa mikir apa-apa buat nyelesainnya. Gue cuman bisa mikirin nyokap gue," kata Alden panjang lebar.
"Dan sorry, tadi pagi gue udah ketusin lo dengan kata-kata gue," lanjutnya.
"Gapapa kok, gue juga ngerti kalau lo lagi ada masalah,"
Mereka masih dalam pelukan. Rasanya sulit untuk melepas pelukannya.
Tiba-tiba hp Alden berbunyi dan mereka langsung melepaskan pelukannya.
"Sorry, gue langsung meluk lo. Gua khilaf," Alden menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Bella tersenyum salting. "Siapa yang telpon?" tanya Bella untuk menghilangkan rasa malunya.
"Zaki," Bella langsung melihat jam tangannya dan ternyata sudah jam 9.
"Ya ampun Al, sekarang udah jam 9," kata Bella panik. Alden pun langsung mengangkat telponnya.
"Lo itu dimana si? Dari tadi gue cariin gak nongol juga batang idung lo. Sekarang udah jam sembilan dan—" Alden langsung mematikan sambungan telponnya.
"Kenapa dimatiin?" tanya Bella.
"Sakit telinga gue. Dia ngomong kayak kereta api, gak ada jedanya,"
Hp Alden kembali berdering dan langsung mengangkatnya.
"Gue ke kelas," kata Alden sebelum Zaki ngomong dan langsung mematikan sambungan telponnya.
Bella tertawa melihat tingkah laku Alden dan teman-temannya. Kadang mereka suka bikin orang ketawa dengan tingkah laku mereka dan kadang sebaliknya, bikin orang kesel.
"Kenapa lo ketawa? Udah gak waras nih orang," Alden geleng-geleng kepala.
"Enak aja, gue masih waras kok. Lucu aja liat tingkah laku lo sama temen lo itu," kata Bella masih tertawa. "Udah yuk, kita ke kelas," Bella berdiri dari kursinya dan berjalan melewati Alden. Tapi Alden langsung memegang pergelangan tangan Bella.
"Kenapa?"
"Jangan ke kelas, pasti udah ada guru. Mending ke kantin aja, lagian bentar lagi istirahat," Alden bangkit dari tempatnya dan melepaskan tangannya.
"Aneh, kita udah kelas 12. Bukannya banyakin belajar, ini malah banyakin bolos,"
"Terus kalau ke kelas, guru nanya 'habis dari mana kalian? Udah jam segini baru dateng' kita mau jawab apa? Harus jujur gitu kalau gue habis curhat sama lo,"
"Itu lebih bagus," kata Bella dengan santainya.
"Yang ada lo yang aneh. Sekarang gue lagi gak mau dibantah," Alden langsung menarik tangan Bella, dan Bella mau gak mau harus ikut.
***
"Al, gue takut ada guru yang dateng. Bisa-bisa gue dihukum lagi," kata Bella. Mereka sudah berada dikantin dan sudah memesan makanannya masing-masing.
"Gak bakal, paling guru-guru lagi pada ngajar atau lagi di kantor," kata Alden sambil memakan siomay.
"Ke kelas aja yuk, Sekarang kan guru piketnya bu Endang. Lo tau kan kalau dia piket, dia suka berkeliaran dimana-mana. Bisa jadi dia juga ada di sini," Bella langsung melihat kesekelilingnya.
"Dia gak bakal kesini. Bu Endang kan lagi diet, kalau dia kesini bisa-bisa dia beli mie ayam, bakso, siomay. Nanti gagal deh dietnya," kata Alden dengan WATADOSnya–WAjah TAnpa DOSa.
Tanpa Alden sadari, orang yang dia omongin ada dibelakangnya, dan Bella langsung memasang muka panik bin panik.
"Lo kenapa Bell? Kayak ngeliat bu Endang aja. Emang sih mukanya agak nyeremin. Tapi ekspresi lo biasa aja kali,"
Muka bu Endang langung garang dan berdecak pinggang.
"Serem ya mukanya," kata bu Endang penuh tekanan.
***
Wah wah wah, kalau Alden tau gimana ya reaksinya? Dan muka bu Endang mungkin langsung meledak kali ya 😂
Tungguin kelanjutannya di part selanjutnya yaapps 👌
Makasih ya buat kalian yang mau nungguin cerita ini, dan sorry aku baru update lagi. Soalnya kemarin-kemarin aku lagi gak ada ide dan kemarin aku down banget. Gara-gara something 😄
Dadah semua 🙌
Azaufa
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYBE YOU
Teen FictionMenurut Bella, Cinta itu hanya bikin sakit hati, hanya bisa kasih harapan palsu, hanya omong kosong, dan Cinta itu hanya ada di dunia dongeng dan di dunia drama. Karena masa lalunya dan ditambah dia selalu bertemu dengan cowok yang suka tebar perso...