Part 19 - Bantuan.

1.1K 76 9
                                    

Author's pov

Bella yang mendengar ucapan pria tersebut lewat telpon jadi merinding sendiri, dan mengancam kalo dia gak mau jauhi Alden dia akan teror Bella terus dan bahkan dia bilang dia akan mencelakakan orang-orang terdekatnya. Bisa orang tuanya, abangnya, sahabatnya, atau orang yang ada di sekitar Bella.

Bella berjalan ke kamarnya dengan tatapan kosong, dia masih memikirkan orang tersebut. Dan bagaimana pria itu bisa mendapatkan nomor telpon rumahnya? Pasti ada yang tidak beres. Pikir Bella.

Dia membuka pintu kamarnya dan masih memasang muka kosongnya. Apakah dia ceritakan kejadian tadi ke sahabat-sahabatnya? Bella harus ceritakan masalah ini dengan sahabat-sahabatnya.

"Bell, lo kenapa? Di omelin sama Rian gara-gara lo maksa dia buat bantuin gue?"

Bella tak menjawab pertanyaan Safa, dia menaiki kasurnya dan duduk sila dengan mengambil bantal di bawa ke pangkuannya.

"Lo kenapa si?" tanya Safa melirik Bella sekilas dan melanjutkan tugasnya lagi.

"Gue di teror," Safa melihat Bella dengan muka yang menahan tawanya.

Ketawa Safa akhirnya pecah. "Teror? Sama siapa? Ada-ada aja lo, palingan itu orang iseng yang iseng ngerjain lo."

"Bisa jadi si," gumam Bella. "Tapi, kalau beneran gimana? Trus yang jadi sasaran pertama itu lo gimana?" tebak Bella.

"Amit-amit gue Bell," safa mengetok kasur beberapa kali.

"Gue curiga kalau yang teror gue itu Nico," tebak Bella.

"Nico siapa? Mantan lo? Temen lo? Atau musuh lo?"

"Mantan gue. Soalnya beberapa bulan lalu gue ketemu Nico di caffe dan dia itu maksa minta balikan, apa jangan-jangan dia ya?"

"Lo jangan asal nuduh dulu. Coba lo tanyain ke dia dulu,"

"Tanyain gimana? Kalo gue habis di teror gara–gara harus ngejauh dari Alden, dan sedangkan dia taunya kalau gue sama Alden ada hubungan,"

"Lo bisa cari kata yang agak enak di denger gak?"

"Loh? Emang kenapa?"

"Abaikan, lebih baik sekarang lo bbm mantan lo itu buat ketemuan besok."

"Mau ngapain?"

"Berak,"

***

Bella dan Safa memasuki story caffe sambil mencari seseorang yang sudah buat janji dengan mereka. Bella memperhatikan sekeliling caffe, belum ada tanda-tanda jika orang itu telah datang. Tapi, ada yang melambaikan tangannya ke arah Bella, dia duduk di meja sebelah kaca yang memandang langsung ke arah luar.

Bella dan Safa langsung berjalan ke arah orang tersebut. Dan setelah sampi di meja tersebut, Bella dan Safa duduk di hadapan orang tersebut.

"Hai Bell, sorry ya atas kejadian bulan lalu. Gue udah ngebentak lo, gue gak bermaksud dah." kata Nico.

"Iya," kata Bella mengangukan kepalanya.

"Oh iya, gimana hubungan lo sama pacar lo itu?"

"Pacar? Gue gak punya pacar," kata Bella.

"Itu loh, yang nolongin lo dari gue. Yang nonjok gue, masa lo lupa sih sama pacar lo sendiri," jelas Nico.

"Oh, itu bukan pacar gue, itu temen gue namanya Alden."

"Tapi, dia bilang dia pacar lo?"

"Ekhem, gue disini kayak obat nyamuk ya, di tengah-tengah orang yang lagi kangen-kangenan sama mantannya," kata Safa tiba-tiba.

"Eh? Gue gak maksud kok Saf. Oh iya, Ko ini sahabat gue namanya Safa, dan Safa dia—"

"Nico. Mantan lo. Udah tau gue," potong Safa. "Kenalin gue Safa," Safa mengulurkan tangannya ke hadapan Nico.

Nico membalas uluran tangan Safa. "Nico," dan mereka melepaskan jabatan tangannya.

"Oke, to the point aja ya. Gue ngajak lo ketemuan di sini itu, gue mau nanya. Lo nyuruh orang gitu buat neror gue?" tanya Bella.

"Nyuruh orang buat neror lo? Ya, enggak lah Bell, se jahat-jahatnya gue, gue gak pernah sampe neror orang." jelas Nico. "Emang orang yang neror lo itu ngancem apa ke lo?"

Bella menceritakan semuanya dari awal sampai akhir.

"Lo punya musuh atau apa gitu ke lo?"

"Ada sih, tapi sekarang kita udah baikan. Dia itu Alden, yang waktu itu belain gue,"

"Masa sih kalian musuhan? Kayaknya dia suka deh sama lo, dari cara dia ngejaga lo, dan ngebela lo."

"Gak mungkin. Jangan bahas yang lain dulu deh, gue lagi panik sendiri nih. Udah tau gue orangnya panikan. Lo mau kan bantuin gue buat ngebongkar kedok orang yang neror gue?"

"Apasih yang gak buat lo,"

"Aseek dah, bakal ada yang balikan nih," goda Safa.

Bella langsung menginjak kaki Safa. "Aww, sakit Bell. Lo mah tidak berperi kemanusiaan," kata Safa dengan nada yang sama seperti Upin dan Ipin.

"Lo suka Upin Ipin juga? Gue juga suka, apalagi waktu Upin sama Ipinnya ke siram kotoran ayam, gue nontonnya ngakak sendiri," kata Nico yang malah lebih membahan Upin dan Ipin.

"Eh! Gue lagi panik, kalian malah bahas Upin sama Ipin. Bisa besok-besok lagi kan bahas Upin Ipinnya?" geram Bella. "Lo mau kan bantuin gue buat ngebongkar kedok orang yang neror gue Ko?" tanya Bella memastikan.

"Iya Bell, tenang aja. Kalau orang itu nelpon lo lagi, lo tinggal kasih tau gue. Gue bakal cari tau siapa orang itu," Bella mengangguk tanda dia mengerti.

***

Bella membuka matanya secara perlahan, sebab dia masih setengah sadar. Dia mendengar bunyi telpon di hpnya, lalu dia langsung angkat tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Hallo Bella," kata seseorang dari sebrang sana.

"Hmm," jawab Bella menutup matanya karena masih mengantuk.

"Lo masih inget kata-kata gue kemarin siang kan?"

Bella langsung tersadar dari tidurnya, dia duduk bersender di kasurnya.

"Lo siapa sih? Gak ada kerjaan lain apa? Ini masih jam 2 pagi, dan lo malah neror gue." geram Bella. "Gue gak takut sama ancaman lo itu, terserah lo mau ngancem apa,"

"Jadi lo bener gak takut sama ancaman gue? Kita liat besok siapa yang akan gue celakain dari orang terdekat lo," kata orang tersebut dan langsung memutuskan telponnya secara sepihak.

"Hal– shit. Gue salah ngomong lagi," Bella melirik Safa yang sedang tertidur pulas.

Bella berniat membangunkan Safa dia ingin cerita tentang ini sekarang juga. Tapi niatannya di urungkan, karena tidak tega membangunkan Safa. Bella bingung.

"Apa gue telpon Nico ya?" pikir Bella. "Tapi gue takut ganggu. Telpon aja ah, biar tenang pikiran gue setelah bilang masalah ini ke Nico." Bella mencari nomor Nico di hpnya dan menelponnya.

Bella menunggu lama buat Nico mengangkat telponnya.

"Dia tidur kali ya? Coba gue telpon sekali lagi," Bella kembali menelponnya lagi, dan beberapa lama kemudian Nico mengangkatnya

"Hallo,"

***

Hai hai semuaa 🙌😘
Maaf banget ya, Aka baru update lagi. Soalnya biasalah ada acara MPLS, trus juga pikiran Aka lagi gak gus 😁

Dan makasih banyak ya buat kalian semua yang setia menunggu kelanjutan cerita Maybe You ini 😆 aku mau nanya dong, tapi di jawabnya.

Menurut kalian cerita ini gj gk si? Aka cuman mau tanya doang, soalnya makin lama pembacanya makin sedikit 😢 udah itu aja.

Jangan lupa vote+coment yaa 😉

Azaufa 😘

MAYBE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang