Setelah berdering cukup lama akhirnya suara panggilan masuk itu berhenti dan indri bersyukur. Namun saat indri melangkahkan kakiku,lagi lagi handphone nya berdering lagi.
Indri geram dan langsung mengangkatnya. Indri belum berkata apapun jauh disana ata sudah mengatakan terimakasih.
apa yang udah mas fedi bantu?...
"Fed,makasih buat kemaren udah mau nemenin aku saat aku butuh seseorang. Makasih kamu masih setia nunggu aku,walaupun aku udah milik orang lain kamu masih mau bantu aku saat aku susah" kata ata dari balik telphone. Indri hanya mampu mendengarnya.
Apa karena ini kemaren kamu pergi buru buru tanpa lihat ada aku di sebelah kamu? Batin indri
"Makasih kamu udah kasih semangat aku. Aku tenang pas kamu genggam tangan aku seharian cuman buat nenangin aku. Aku sayang kamu fed" kata ini lah yang berhasil membuat hati indri hancur. Ternyata mas fedi masih sangat sangat akrab dengan mantanya ini. Jadi perhatian kamu selama ini ke aku ga ada artinya apa apa? Indri hanya menangis menahan sakit perasaan yang telah dia yakini ini.
"Hallo fed,kamu masih disana?" Tanya ata di telphone namun indri masih bungkam bahwa indri lah yang mengangkatnya.
Indri langsung menutup telphone nya dan langsung menangis memegang dada nya. Rasanya seperti ada yang menyumbat pernafasannya. Sesak..sangat sesak dan sakit untuk semua perasaanya selama ini.
Indri merasa hanya di beri harapan palsu oleh mas fedi. Indri menangis dan kali ini tak bisa indri menahanya lagi. indri buru buru langsung keluar kamar dan pergi ke kamar mandi lain untuk menutupi wajahnya yang menangis. Yang mungkin kini matanya sudah sembab.
"Mas sebelumnya aku takut sama perasaan ini,tapi aku coba yakin dan percaya sama kamu. Tapi apa yang aku dapet? Apa!. Tetap aja aku masih kalah sama mantan kamu itu. Hiks..." indri menangis duduk menekuk kedua kakinya,dagu yang menempel dengan dengkul itu di balik pintu.
"aku kira kamu udah lupa sama perasaan kamu dulu. Tapi apa? Pas kamu denger dia kenapa napa kamu masih panik dan langsung menghampirinya tanpa lihat dan peduli sedikitpun ada aku disamping kamu" indri menangis lemah.
"Ndriiii" teriak fedi dari luar. Mungkin dia mencari indri. Indri langsung mengelap air matanya mencuci mukanya dan mulai mengatur nafas.
"Loh kamu di kamar mandi toh. Aku kira kemana" indri masih merasa sesengukan kecil.
"Ndri kenapa?" pertanyaan fedi yang membuat indri kembali lemah untuk menjawab. "Nangis?" Fedi melihat mata sembab itu disana. Memang indri sudah mencuci mukanya. Namun mata nya tak bisa tertutupi.
"En...eng...gak" masih terdengar menahan tangis.
Indri menyingkir dari hadapan fedi dan duduk di meja makan. Selama sarapan pagi ini suasana hening. Fedi sudah mencoba membuka pembicaraan namun indri tak merespon apapun. Dia hanya diam. Bahkan indri tak memakan makananya yang ada di piringnya.
Fedi bingung harus apa? Karena hal seperti ini tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Handphone fedi berdering. Indri langsung mengangkat dagunya gugup. Terdengar fedi menyebut nama barri disana. Syukurlah itu yang indri rasakan dengan menghembuskan nafasnya berat.
"Ndri,aku harus kekantor sekarang. Ada meeting mendadak" indri masih tak menjawabnya.
"Mau ketemu ata juga gapapa" mas batin indri kembali meracau. Fedi merasa indri marah kepadanya dan tak ingin berbicara denganya. Fedi pun langsung pergi kekamarnya untuk bersiap.
"Ndrii! Tolongin aku" teriak fedi membutuhkan indri,membuat indri kaget dan langsung panik menghampirinya buru buru.
"Kenapa mas" indri terengah engah masuk kedalam kamar. Didalam fedi hanya mengakat lengan tanganya dan terlihat kancing pergelangan lengan kemajanya lepas. Fedi pun tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love BABY SISTER
RomanceSiapa yang tak ingin memiliki suami setampan dia dan sekaya dia. Tak pernah terlintas sedikit pun di benak ku untuk menikah dengan dia.mungkin itu hanya cita2 sesaat. Pertemuan tak sengaja yang mempertemukan kami. Yang kini aku menjadi miliknya.