10. Heart

1.1K 63 0
                                    

Benar kata pepatah
Disetiap laut yang tenang jangan anggap tidak ada ombak yang menerjang.
------------------------------------------------

Dava memandang papa tajam.

"Ma.." papa memanggil mama lembut.

Mama masih menangis dipelukan lita.
Lita memandang papanya, jujur dia sendiri pun juga shock akan kejadian malam ini.
Tangis yang didengarnya sungguh memilukan.
Ini sungguh diluar dugaan.
Papa yang selalu di sayangi mereka.
Papa yang selalu menemani mereka.
Papa yang selalu mengajarkan mereka suatu tanggung jawab.
Papa yang selalu dikagumi mereka.
Kini mengecewakan mereka semua.
Memang benar tidak ada manusia yang sempurna dan tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat kesalahan.
Tapi haruskah kesalahan yang di buat papa sebesar ini?
Haruskah kesalahan itu menyakiti seluru keluarga seperti ini?
Atau haruskah kesalahan papa menghancurkan hati mama sedemikian rupa?

"Pa bisa jelaskan sekarang?"
Dava memulai pembicaraan

Dimas hanya menghela napas pelan.
Bagaimana pun ia memang harus menjelaskan ini semua sebelum bertambah parah.

"Papa cuman mau bilang bahwa papa memang benar benar tidak menikah dengan liana, dia hanya masa lalu papa, dan mama pun juga tahu itu dava, papa tidak mungkin menyakiti mama kalian, papa sayang dengan mama"

"Gak perlu jelasin, mama sudah tahu semuanya, mama tahu papa bohongin mama"

Mama sudah bangun dari pelukan lita dan membantah perkataan papa dengan getir.

"Maa.. biarin papa jelasin dulu dong, biar semuanya jelas" ucap lita lembut pada mama.

"Gak perlu di jelasin, apa yang mama dengar itu sudah jelas, pokoknya mama ingin cerai"

"Ma oke papa minta maaf, papa salah, tapi papa mohon ma jangan cerai, kita bisa bicarakan ini baik baik ma"

"Apa waktu papa bersama wanita itu papa memikirkan mama? Apa waktu papa melakukan itu papa bicara baik baik sama mama?" Mama mulai kembali histeris

"Ma dengarkan papa, papa benar benar tidak pernah menikah dengannya, oke ma papa memang pernah melakukan itu bersamanya, tapi papa khilaf ma"

"Khilaf? Apa? Segampang itu papa bilang khilaf? Bisa kembaliin hati mama lagi? Bisa kembaliin kepercayaan mama lagi? Hah? Mama lelah pa, mama ingin pisah"

Lita sudah tidak bisa berbuat apa apa lagi, ini terlalu mengejutkan untuknya.
Sebulir kristal melintasi pipinya yang manis.
Buru buru lita menyeka linangan kristal yang melintasi pipinya.
Ini benar benar menyakitkan, jika mama dan papa akan cerai lalu bagaimana dengan mereka?
Bagaimana dengan keluarga mereka?
Bagaimana dengan semua yang pernah mereka lalui bersama?
Semua kehangatan, canda tawa, kasih sayang, cinta
Lita tidak sanggup untuk kehilangan itu semua.
Semua itu terlalu berarti

"Ma, papa minta mama dengarkan papa dulu, papa bisa jelaskan" papa masih berusaha menjelaskan kepada mama dengan lembut.

Mama berdiri sambil menutup telinga dan berjalan kearah kamar

"Sudah, keputusan mama sudah bulat, mama bisa hidupi kehidupan lita dan dava dengan baik"

"Papa tidak ingin cerai ma, papa sayang sama mama, tidak bisakah mama dengarkan papa sekali ini saja?"

"TIDAK POKOKNYA MAMA INGIN CERAI !!"

"Ma ayolah dengarkan papa du..'

"Tidak!!! Pokoknya mama ingin pisah"

"Ma dengarkan dulu, ma... papa bisa jelaskan ma.."

"PERGII.."

"Ma.. papa benar benar menyesal"

Pelangi Untuk LitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang