26 Arka Prasaja

906 55 0
                                    

Setelah Arka mengantarkan Lita pulang ia melajukan motornya kembali kesebuah pemakaman. Tempat dimana ibunya beristirahat untuk terakhir kalinya.
Hari ini Arka sangat bahagia, ia harus menceritakan pada ibunya.
Andai saja ibunya masih ada Arka pasti akan memeluk ibunya.

Arka duduk bersimpuh disamping makam ibunya. Arka selalu rutin datang kemari setiap seminggu sekali atau tiga hari sekali. Dia akan tetap memastikan makam ibunya tetap terawat.

Arka memejamkan matanya dan menadahkan kedua tangannya.

Ia selesai membaca doa untuk ibunya.

"Ma Arka akhirnya bisa ngomong lagi sama Lita"

"Mama ingetkan cewek yang sering aku ceritain?"

"Namanya Lita Revelline Hydar. Dia adik sahabat Arka

"Tadi Arka ngasih tau dia kalo Arka mau ngasih kejutan pelangi buat dia. Eh ternyata dia ngira Arka mau beliin cake Reinbow"

Arka terkekeh sendiri mendengar ceritanya. Ada ada saja Lita nya itu

"Ternyata anak kita sudah besar Briana" ucap seseorang di belakang Arka.

Arka berbalik kearah sumber suara. Betapa terkejutnya dirinya mendapati ayahnya ada disini. Dimakam ibunya

"Ayah?"

Didepannya berdiri seorang laki laki paruh baya. Usianya sudah menginjak setengah abad. Tapi dia tetap gagah dengan memakai style an kerjanya. Wajahnya mirip sekali dengan Arka hanya saja sudah banyak terdapat kerutan di guratan wajahnya.

"Maafkan ayah Arka"

Arka hanya diam. Ia kembali melihat kearah makam ibunya.

"Kamu tumbuh tanpa kasih sayang dari papa"

"Arka tau" jawab Arka singkat.

Prasaja duduk disamping makam istrinya tangannya mengusap batu nisan dihadapannya. Ia juga sering kepemakaman istrinya tanpa sepengetahuan Arka.
Ia tahu dirinya salah. Prasaja kurang mencurahkan kasih sayangnya pada Arka. Padahal Arka satu satunya buah hatinya bersama istrinya. Dirinya terlalu sibuk bekerja. Meninggalnya istrinya dalam persalinan kehamilannya itu adalah cambuk untuk Prasaja seumur hidupnya. Karna ketidak mampuannya membayar oprasi persalinan pelayanan rumah sakit tidak dilakukan dengan sebaik baiknya. Dari situ dirinya bertekad untuk memenuhi semua kebutuhan anaknya kelak. Tapi karna tekadnya jualah dirinya melupakan kebutuhan wajib seorang anak. Yaitu kasih sayang.
Tak sengaja ia hari ini melihat Arka dipemakaman.

Biarlah sudah hari ini ia menyapa anak semata wayangnya.

"Ayah sering kemakam ibu?" Tanya Arka.

"Ayah datang setiap hari Arka"

Arka terkejut. Jadi selama ini ayahnya selalu datang setiap hari kemakam ibunya? Betapa berdosanya Arka yang pernah menyangka ayahnya tidak peduli lagi pada dirinya dan ibunya. Dihatinya mulai terbersit rasa bersalah.

"Arka minta maaf"

Prasaja menggeleng.
"Seharusnya ayah yang minta maaf. Sini duduk disamping ayah" ucap Prasaja

Arka menuruti perintah ayahnya.

"Kenapa tidak mengenalkan perempuan itu pada ayah?"

Diamatinya anak semata wayangnya ini. Berapa belas tahun yang sudah dilewatkannya untuk anaknya ini? Tanpa ia sadari anak kebanggaannya sudah akan lulus Sma. Penerus keluarganya. Penerus jerih payah yang dibangunnya.

Arka menatap bingung kearah ayahnya.

Prasaja tersenyum melihat ekspresi bingung anaknya.

"Ayah tahu Arka. Bahkan semua nilai rapor mu ayah tahu, juga hobby tawuran mu"

Pelangi Untuk LitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang