29 Penjelasan

969 51 2
                                        

Lita terperengah.
Ia tidak bisa berkata apa apa lagi. Tangan cowok didepannya mengusap kepala Lita lembut. Mata elang yang selalu membuatnya marah marah atau kesal itu sudah menyambutnya dengan senyum hangat.

"Ka Ar.. oh dear dokter, gue..."

"Udah sini aja" potong Arka sambil menggenggam tangan Lita.

Diistirahatkannya kepala Lita didadanya. Dia sangat mencintai cewek ini. Nyawanya sendiri rela dikorbannya hanya untuk seorang Lita Revelline

"Ta.."

"Sssttt biarin gini bentar"

"Gue panggil dok..."

"Gue gak butuh dokter ta"

"Ka...."

"Udah ah diem, bawel banget sih cewek gue. Gue kangen lo nih" ucap Arka.

Arka bisa merasakan cewek yang sedang direbahkannya didadanya sedang menangis. Arka kembali mengusap kepala Lita. Dia mendengar semua yang dikatakan Lita.
Ya dia mendengarnya. Semuanya tanpa terkecuali

"Arka lo..." perkataan Dava terhenti karna melihat Arka yang menempelkan jari telunjuk didepan mulutnya.

Mata Arka menunduk kearah Lita lalu kembali ke arah Dava. Kemudian ia tersenyum. Dava yang memahami itu hampir tergelak tawa. Dasar bodoh sahabatnya ini. Bisa bisanya baru siuman gak mau dipanggilin dokter. Malah meluk si Lita lagi, bener bener bodoh.

"Lo ya.." belum selesai Reza berbicara Dava sudah menyikut Reza.

"Sepertinya Arka dan Lita perlu waktu berdua" ucap Dava pelan.

Aji dan Reza mengangguk setuju Prasaja sang ayah juga ikut setuju pada Dava. Sebelum Prasaja dan yang lain meninggalkan Arka dan Lita ia sempat mengacungkan jempolnya pada Arka.
Prasaja bersyukur melihat Arka yang sudah sadar.
Ia sendiri pun mengutuk kelakuan bodoh anaknya itu.

Hah! Prasaja harus meminta penjelasan dengan anaknya kalau perlu ia harus menghukum anak bodohnya itu.

Dava menutup pintu ruangan kamar Arka.

Arka kembali mengalihkan perhatiannya pada Lita.

"Hei hei... kenapa nangis? Cewek gue gak boleh nangis dong. Masa iya cewek gue cengeng" bisik Arka pada Lita.

Lita semakin terisak. Lita bahagia, ia sangat bersyukur mendapati Arka yang sudah sadar. Detik sebelumnya ia sempat berpikir bahwa ia akan kehilangan Arka selamanya.

Lita ingin bangun dari dada Arka tapi tangan Arka kembali menahannya.

"Gue masih mau kayak gini" ucap Arka.

"Tapi entar dadanya sakit ka"

"Gue gak mau lepasin lo lagi"

"Ka Arkaaaa" rengek Lita

Arka terkekeh geli.

"Gue panggilin dokter ya?, biar ka Arka dicek dulu keadaannya"

"Gak usah"

"Ka..."

"Lo gak kangen sama cowok ganteng lo ini? Hm?"

"Iiihhhh nyebelin tau gak, Ka Arka tu jahat" kata Lita sambil memanyunkan bibirnya.

Arka kembali terkekeh melihat kelakuan ceweknya.

"Iya gue jahat, maaf ya" sahut Arka lembut.

"Gak ada maaf maafan. Lo tau gak sih ka gue udah kayak ditinggal pacar mati nangisin lo, dari siang sampe malem kayak gini gue masih nangis, gue bahkan gak makan dari siang tadi sampe sekarang. Lo tau gak bang Dava bawa mobil kayak orang kerasukan, lampu merah udah diterjang mulu sama bang Dava karna dapet kabar lo kecelakaan,  Gue..."

Pelangi Untuk LitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang