Follow instagram ;
@yustikam_Backsound ; Day6 - You Were Beautiful
• • •''Ra, adik lo tuh.''
Sera sedang menulis catatan yang ada di whiteboard menoleh sekilas ke Nanda yang sedang menyandar di ambang pintu sambil mengemut lolipop. Bel pulang sudah berbunyi 10 menit lalu, dan Sera masih menulis. Melanjutkan catatannya yang tadi sempat ia tunda. Di kelas hanya menyisakan Agung, Eki, Nanda, dan Bagas. Sementara Dimas dan Caca sudah pulang terlebih dahulu.
''Suruh masuk aja, Nan,'' sahut Sera tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
''Elah, adik lo malah godain adik kelas, Ra.'' Nanda menggelengkan kepala pelan, menatap Gefan yang kini sedang menggoda adik kelas, di ujung koridor.
''Kok Gefan tumben ke sini?'' tanya Bagas.
''Katanya mau jemput aku pulang, aku udah nolak sih, aku bilang pulang sama kamu tapi dia maksa mau jemput,'' jelas Sera.
Bagas mengangguk-angguk tanda mengerti. ''Jadi kamu nggak pulang sama aku?''
Sera mendongkak, menatap Bagas. ''Nggak hehe, maaf ya?''
Bagas tersenyum. ''Nggak pa-pa.''
''Oh, Tuhan... kucinta dia, ku sayang dia, rindu dia... dianya bangsat!''
''Kampret!'' Eki mengacak rambutnya frustasi, menatap Agung jengkel karena sejak tadi cowok itu terus mengulang lagu tersebut yang jelas mengganggu konsentrasinya yang sedang mengerjakan soal matematika. Dengan kesal Eki melempar penghapus tepat mengenai wajah Agung. ''Lo bisa diem nggak sih, nying!? Gue lagi ngerjain soal. Frustasi gue denger suara lo!''
''Heh!'' Agung melotot tak terima. ''Mana ada lo ngerjain soal, yang ada dari tadi lo pelototin tuh soal sampe beranak!''
''Itu gara-gara lo! Coba aja lo nggak nyanyi pasti soal gue udah beres, mana suara lo mirip pintu kejepit tikus!''
''Goblok!'' Agung kembali melempar penghapus itu ke Eki. ''Kebalik, bangke! Yang ada tikus kejepit pintu!''
''Kok lo sewot sih monyet!?''
''Kok lo begok sih begok!?''
''Berisik, woy!'' teriak Sera membuat kedua cowok yang sedang adu mulut itu langsung menoleh. ''Suara lo berdua ngalahin toak sekolah.''
''Lo juga berisik,'' jawab Agung dan Eki bersamaan.
Sera merengut, menatap mereka sebal lalu kembali melanjutkan catatannya yang hampir selesai. Sementara Bagas di tempat hanya tertawa menyaksikan itu semua, cowok itu beranjak dari posisi duduknya.
''Ra, aku pulang duluan nggak pa-pa?''
Sera mendongkak, menatap cowok itu. Tersenyum lalu mengangguk. ''Nggak pa-pa, hati-hati ya!''
''Siap!'' Bagas mengelus lembut puncak kepala pacarnya, kemudian menatap Agung dan Eki yang sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing. ''Eh, duo homo! Gue duluan, ya.''
Eki berdecak. ''Sialan lo, ngatain duo homo mulu!''
''Tau,'' sahut Agung, ''padahal dulu lo bagian dari kita.''
''Sialan!'' Bagas tertawa. ''Udah ah, gue duluan. Bye!''
''Buru-buru amat, Gas, mau ketemu selir ya?'' Nanda terkekeh dengan candaannya sendiri membuat Sera langsung menoleh.
Bagas hanya menjawab dengan kekehan kemudian berlalu begitu saja tanpa kata. Sementara Sera tampak acuh tak acuh. Ia jadi ingat percakapan kemarin saat ia bertanya antara pilihan itu, Bagas tidak menjawab. Hanya diam dan mengalihkan permbicaraan. Pertanyaan yang sama pernah Sera ajukan pada masa lalunya. Sera menyebutnya masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable
Teen FictionTentang mereka yang berusaha untuk saling menjauh, dan tentang mereka yang berusaha untuk saling melupakan. Copyright © 2016 by YustikaM