O9 :: Hari Bersama Bagas

46.3K 4.6K 596
                                    


Follow instagram ;
@yustikam_

Backsound ; GAC - Berlari Tanpa Kaki
• • •

Pagi hari ini Trisal berdiri di hadapan jendela. Kedua bola matanya menatap hamparan luas kotanya. Cowok itu terdiam melamun dengan kedua tangan bertumpu di tepi jendela, udara sejuk menusuk badan Trisal yang tidak terbalut kaus. Pikirannya berkecamuk, entah memikirkan apa namun yang jelas selalu terfokus pada satu perempuan yang masih saja ada di hatinya hingga saat ini.

''Good morning.''

Trisal melirik sekilas ketika seorang gadis memeluk dari samping.

''Kamu nggak dingin?'' Gadis itu menatap Trisal dengan senyum yang mengembang.

Trisal menggeleng, memeluk pinggang gadis itu. ''Meluk kamu aja anget," ujarnya namun nada bicaranya terkesan datar.

Frishca terkekeh. ''Bisa aja deh.''

Trisal melepas pelukannya, lalu tanpa mengatakan apapun melangkah mengambil handuk. Berniat mandi.

''Sal, mau dibuatin sarapan?'' tanya Frishca.

Trisal menoleh sebentar. ''Boleh.'' Lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.

Frishca tersenyum, kemudian melangkah menuju dapur.

Beberapa menit kemudian Trisal keluar dari kamar mandi dan melangkah menuju dapur, mendapati Frishca duduk sambil bertopang dagu. Dari raut wajah gadis itu terlihat jelas kecemasan. Gadis itu takut Trisal kembali menyodorkan beberapa uang dan mengucapkan kalimat yang tidak ingin ia dengar. Seperti dulu.

Seolah mengerti dengan apa yang ada dalam pikiran gadis itu, Trisal terkekeh. ''Takut banget kejadian dulu keulang lagi?''

Frishca menggigit bibir bawahnya. ''Iya, aku takut.''

Trisal hanya menanggapi dengan tersenyum, lalu duduk di hadapan gadis itu, mulai melahap makanan yang sudah tersaji. Entah, makanan itu terasa hambar. Pikiran cowok itu masih berkelana ke mana-mana meski ia sudah mencoba menenagkannya dengan mandi. Ia kembali melakukan yang seharusnya tidak ia lakukan lagi. Trisal kembali melakukan kesalahan. Kesalahan yang menunjukan bahwa ia benar-benar berengsek.

''Sal,'' panggil Frishca membuat cowok itu menatapnya. ''Kok ngelamun?''

Trisal menggeleng. ''Lagi mikirin Dino aja, sekarang di rumah dia lagi ngapain. Udah makan apa belum.''

Frishca tertawa. ''Parah, jangan-jangan kamu gay ya? Perhatian banget sama Dino.''

Trisal terkekeh. ''Kalau aku gay, semalam sama kamu ngapain?''

Frishca hanya tersenyum dengan pipi bersemu.

Sementara Trisal kembali melanjutkan acara sarapannya dengan kembali mengingat sebuah kesalahan yang ia perbuat. Meski ia tidak punya hubungan apapun lagi dengan Sera, tetap saja saat ini ia merasa sangat mengkhianati gadis itu.

• • •

Sera menatap dirinya di cermin. Senyum lebar terbit pada wajah cantiknya ketika ia lihat kalau penampilannya sudah siap. Namun sejenak gadis itu tampak berpikir apa yang kurang. Sambil berpikir apa yang kurang, tangannya merapikan tatanan rambut yang dibuat curly.

''Oh, iya! Gelang!'' seru gadis itu ketika mengingat kekurangan dalam penampilannya.

Gadis itu segera membuka laci meja riasnya, mengambil gelang hitam yang sudah sering ia pakai. Bukan gelang mewah memang, bukan juga gelang mahal, hanya sebuah gelang hitam yang sederhana namun menyimpan banyak kenangan. Kenangan dari dia.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang