17 :: Terungkapnya Sebuah Dendam

38K 4.7K 484
                                    


Follow instagram ;
@yustikam_

Backsound ; Keshi - Less of You
• • •

''Lo yakin?''

Helaan napas terdengar lirih. Trisal menyandarkan punggungnya ke sofa sambil menatap ke layar TV yang gelap karena tidak dinyalakan. Cowok itu lalu mengalihkan pandangannya ke seorang cowok yang berdiri menyandar ke kulkas sambil mengemut lolipop. Trisal mengangguk. ''Gue yakin.''

''Lo udah liat secara langsung?''

Trisal menggeleng. ''Nggak, tapi gue yakin seyakin yakinnya kalau dia punya rencana busuk.''

''Jangan nyimpulin kalau lo nggak punya bukti.'' Seorang cowok yang duduk di atas tempat tidur sambil membaca buku berbicara dengan nada datar tanpa menoleh pada lawan bicara membuat Trisal dan Dino menoleh.

Trisal terdiam. Apartemen itu terasa sunyi. Ada empat orang cowok berada di sana sejak tiga jam yang lalu, mendengarkan apa yang Trisal jelaskan.

''Tapi, sampe sekarang juga gue masih nggak ngerti kenapa lo mau balikan sama Frishca,'' ujar Davin.

''Itu bagian rencana gue.'' Trisal menatap cowok itu lalu beralih ke Galen yang masih pada posisi sama. ''Apa menurut lo semua semudah itu gue lupain dia? Nggak. Nggak mudah buat gue lupain dia. Apa menurut lo semua, gue jadi berengsek bisa lupain dia? Nggak, awalnya gue pikir gue kayak gini bisa lupain dia tapi nyatanya nggak.''

Lengang. Davin dan Dino menatap ke Trisal, sementara Galen masih pada posisi sama.

Trisal menghela napas, mengambil jaket kulitnya yang diletakan di sofa lainnya. Lalu beranjak, memakai jaket itu. ''Malam ini gue dapet info dia lagi di club sama cewek, gue mau ke sana.''

''Gue temenin lo,'' ucap Davin.

Trisal mengangguk. ''Ayo!''

''Bang... dedek ikut.'' Suara itu membuat ketiga cowok itu langsung menoleh ke Dino yang kini menatap Trisal dengan wajah cemberut.

''Apa sih lo? Najisin amat!'' Trisal mendorong wajah cowok itu.

''Kampret! Ini gimana kalau gue ke sogok sama gagang permen, begok!'' cerca Dino.

''Bodo! Palingan juga lo mati!'' ujar Trisal sadis membuat Davin tergelak.

''Sialan lo! Sana jauh-jauh.'' Dino menendang pantat Trisal yang dibalas tawa oleh cowok itu sambil melangkah pergi.

Sebelum Davin berjalan mengikuti Trisal, ia menatap Galen dan Dino secara bergantian. Lalu menyeringai. ''Lo berdua hati-hati ya, jangan sampe bikin dedek bayi,'' ujarnya membuat Galen langsung menoleh tajam.

''Bangsat!'' Galen melempar bantal ke arah Davin namun cowok itu sudah berlari terlebih dahulu, sementara Dino di tempat sudah tergelak.

• • •

''Bang?'' Panggilan itu membuat seorang cowok yang sedang memetik senar gitar langsung menoleh, di sana di ambang pintu tampak adiknya sedang melongokan kepala.

''Hey, ngapain lo di sana? Masuk lah.''

Adik itu Vano, masuk ke dalam kamar kakaknya dengan senyum cerah yang terpatri di wajah tampannya lalu ia duduk di sofa yang menghadap ke kakaknya.

''Wuih, bau-baunya lagi ada yang bahagia nih. Kenapa lo? Cerah amat muka lo.''

Vano terkekeh. ''Gue lagi jatuh cinta, Bang.''

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang