19 :: Kabar Buruk dan Pengkhianatan

41.7K 5.2K 1.1K
                                    


Follow instagram ;
@yustikam_

Backsound ; New Empire - A Little Braver
• • •

Pukul 20.25 Trisal berjalan sambil memerhatikan sekitar. Malam itu angin yang berhembus terasa menusuk kulit. Ia tidak memakai jaket, hanya memakai kaus berlengan panjang itupun tidak menghalau rasa dingin pada malam hari. Trisal duduk di salah satu bangku taman sambil memerhatikan beberapa orang yang berada di sana.

Cowok itu menghembuskan napas pelan menimbulkan kepulan asap tipis dari mulutnya, itu karena udara dingin. Malam itu ia hanya iseng berjalan-jalan ke taman kota, mencari hal menarik dari pada diam di rumah yang malah menimbulkan suntuk baginya. Trisal masih memerhatikan sekitar sampai kedua bola matanya menangkap siluet gadis sedang duduk di bangku yang menghadap air mancur. Ia mengernyit, mengenali perawakan dan bentuk rambut gadis itu.

Itu Sera. Sedang apa gadis itu di taman malam-malam begini? Trisal berdecak, menggaruk belakang kepalanya. Haruskah ia menghampiri gadis itu? Tapi, mau apa? Yang ada jika ia ke sana suasana akan terasa canggung, dan Trisal tidak suka suasana canggung tapi ia sendiri jika berdekatan dengan Sera tidak bisa mencairkan suasana. Trisal berdecak, merasa serba salah.

Lalu kedua bola matanya beralih pada sekumpulan para cowok yang berada tak jauh dari tempat Sera, mereka tertawa sambil diam-diam berbisik dengan jari telunjuk yang menunjuk-nunjuk Sera. Kedua mata Trisal menyipit sampai akhirnya salah satu cowok di antara sekumpulan itu menghampiri Sera membuat Trisal cepat-cepat beranjak dan berjalan menuju Sera.

''Maaf, sendirian aja?''

''Nggak! Ada gue,'' sahut Trisal membuat Sera dan cowok itu menoleh. Trisal duduk di samping Sera dan merangkul gadis itu. ''Ada perlu apa?''

Sera yang mendapat perlakuan tiba-tiba itu sedikit terkejut namun tidak dengan jantungnya yang sudah hampir meledak karena saking cepatnya berdetak.

''Oh, nggak, ini tadinya gue mau nawarin produk. Tapi, nggak jadi ya udah, sori ganggu.'' Cowok itu tersenyum kaku lalu melangkah pergi.

Trisal berdecih. ''Produk apaan? Produk narkoba?'' gumamnya.

Sera menggeplak tangan Trisal yang masih merangkulnya membuat cowok itu langsung menoleh. ''Modus!''

''Eh, hehehe...'' Trisal menarik tangannya, terkekeh kaku lalu menggaruk belakang kepalanya. ''Sorry.''

Sera berdecih. ''Kok lo ada di sini?''

''Kenapa? Ini kan tempat umum.''

''Iya sih, cuman...'' Sera menjilat bibirnya sambil menggaruk pipi terlihat jadi salah tingkah.

''Cuman apa?'' Trisal menaikan sebelah alisnya.

''Emm, nggak.'' Sera menggeleng.

Trisal mengangguk sebagai jawaban. Lalu terjadi hening di antara keduanya. Inilah yang mereka benci jika tidak sengaja bertemu dan malah berdekatan, tidak tahu topik apa yang harus mereka bahas. Sera memainkan jarinya sementara Trisal menggerakkan kaki membuat bangku yang mereka duduki bergerak-gerak. Sera ingin menegur namun kata-katanya tertahan di kerongkongan dan malah memilih diam.

Menit demi menit berlalu terasa jenuh dengan keheningan. Keduanya sama-sama menghela napas.

''Jadi, lo ngapain di sini?''

''Jadi, lo ngapain di sini?''

Kedua remaja itu mengerjapkan mata, langsung menoleh dan bersitatap. Terdiam memandang satu sama lain kembali menimbulkan detak jantung yang tidak keruan. Hal yang sama lagi, keduanya sama-sama menelan salivanya karena gugup. Sampai Sera mengalihkan pandangannya, memutuskan kontak mata itu. Sedangkan Trisal menggaruk belakang kepalanya. Merasd gugup.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang