14 :: Kembali Menangis

41.2K 4.7K 511
                                    


Follow instagram ;
@yustikam_

Backsound ; Day6 - Congratulations
• • •

Suara gelak tawa mendominasi kamar bernuansa biru itu. Trisal yang duduk di atas karpet berbulu tertawa memegang perut sambil menepuk-nepuk karpet. Sungguh, ketika ia menyadari benda yang baru saja ia lempar ke Dino sontak membuatnya tidak berhenti tertawa.

''Anjir, ngakak!'' Dino yang duduk di tepi kasur tak henti tertawa.

Trisal menghapus air mata di sudut matanya. ''Untung cokelat bukan kuning yang belakangnya ada gambar Spiderman. Hahaha.''

''Anjir!'' Tawa Dino semakin meledak

Sementara si pemilik barang tampak tak peduli dan sibuk pada baju-baju di atas kasur. Trisal berdeham untuk menetralkan suaranya. ''Setdah Gal, lo ribet banget kayak mantan. Emang lo mau ngedate sama siapa sih?''

''Bella,'' jawab Galen dengan nada datar.

''Bella!?'' pekik Trisal dan Dino.

''Apaan sih?'' Galen menatap aneh ke mereka berdua.

''Serius lo mau ngedate sama Bella?'' Dino menatap tak percaya.

Cowok itu mengangguk singkat.

Saat Trisal akan berbicara, pintu kamar terbuka, membuat semuanya menoleh.

''Gal, gue—" Sera menggantungkan kalimatnya ketika melihat Trisal. Menghela napas pelan, ia menggeleng lalu kembali menutup pintu dan berteriak dari luar. "Entar aja deh!''

Trisal terdiam sejenak sebelum beranjak keluar dan memanggil gadis itu. "Ra! Sera!''

Sera menulikan telinganya, terus berjalan yang ia sendiri bingung harus ke mana. Sementara Trisal berjalan di belakang sambil terus memanggil Sera, mencoba menghentikan langkah gadis itu. Ada hal yang harus ia bicarakan pada Sera mengenai kekasihnya.

''Ra! Tunggu, gue mau ngomong.'' Trisal mencekal tangan Sera saat keduanya sudah turun dari tangga. Sera menoleh, melemparkan tatapan bertanya. ''Gue mau ngomong,'' ulang Trisal.

Sera mundur selangkah membuat cekalan pada tangannya terlepas. ''Mau ngomong apa?''

Trisal menghela napas. ''Soal Bagas.''

Sera berdecak. ''Kenapa sama dia? Lo mau bilang lagi kalau dia bukan cowok baik-baik?''

''Itu kenyataan,'' potong Trisal. ''Kenyataan kalau dia emang bukan cowok baik-baik.''

''Lo harusnya ngaca, Sal, lo liat diri lo! Apa lo udah baik sehingga bisa nilai orang lain dengan sebelah mata? Apa lo udah ngerasa kalau lo jauh lebih baik dari dia?''

Trisal menghela napas, menyugar rambutnya ke belakang. ''Bukan gitu maksud gue, cuman gue mau--'' ucapannya terpotong ketika Sera mengangkat tangan tanda menyuruh berhenti.

''Please, stop! Gue nggak mau denger lagi.'' Sera melangkah pergi.

Trisal menghela napas, kembali mengejar Sera hingga ke taman belakang rumah. ''Ra! Dengerin gue dulu!''

Sera tetap berjalan, hingga langkahnya terhenti saat Trisal menarik tangannya dan langsung menyudutkan Sera ke tembok. Cowok itu mengunci Sera dengan satu tangan, kedua matanya menatap Sera tajam membuat gadis itu menelan ludah dengan gugup.

''Lo putusin dia,'' ujar Trisal dengan nada tenang yang sontak membelalakan mata Sera.

''Lo gila ya!'' bentak Sera.

''Lo putusin dia,'' ulang Trisal.

''Sebenernya mau lo apa sih!?'' Sera tampak emosi. ''Lo nyuruh gue buat...'' ucapannya terhenti ketika sesuatu lembab dan kenyal membungkam mulutnya, Sera melembarkan matanya menatap wajah Trisal yang kini tengah memejamkan mata.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang