Tak Disiplin

585 33 4
                                    


Untukmu#6

"Di dunia ini, pasti ada seseorang yang dengan tulus memberi pertolongan"

"Terima Kasih untuk hari ini"

-Runa-

***

Kabut lembut menghiasi jalanan kosong yang ada di depan rumah Runa. Deretan lampu rumahan menerangkan jalanan serta menghidupkan suasana malam ini. Rasi bintang kini berbaris dengan eloknya di atas langit membentuk formasi hebat.

Malam ini Runa sangat sibuk dengan semua tugas sekolah. Kini Runa hanya berkutat di meja kecil yang terletak di sudut ruangan kamarnya. Ia tak mampu menyentuh sedikitpun alat-alat melukisnya untuk saat ini. Saat ini hanya buku tulis,buku modul,serta pena. Hanya itu saja. Hilir angin menyelinap dengan bebasnya lewat fentilasi rumah Runa. Tangan Runa menyangga kepalanya yang ia miringkan sedikit. Bibirnya perlahan bergerak karena membaca tulisan dengan samar-samar tanpa suara. Pena berwarna hitam itu terkadang ia gigiti karena kesal tak menemukan jawabannya. Memang malam ini tak hanya tugas miliknya saja,namun tugas milik cewek-cewek rempong itu. Runa memang tak bisa membebaskan diri dari suruhan-suruhan bodoh ini. Ia sadar ia hanya cewek pintar namun tak cantik dan selalu menjadi budak dari teman-temannya sendiri. Hal itu memang membuat Runa sedikit tertekan.

Runa memijit perlahan keningnya untuk me-refresh otaknya yang sudah cukup menguap. Otaknya dipenuhi dengan berjuta kata untuk ia pahami dan pelajari. Runa mengamati jam dinding yang ada di kamarnya. Jam menunjukan pukul sebelas malam. Yang ia dengar kini hanya suara jangkrik kesepian. Runa meletakkan pena hitamnya diatas buku. Perlahan ia lepas kacamata kesayangannya dari matanya. Runa mengusap mukanya yang terlihat kumel karena sudah terlalu letih dengan semua modul yang ada di depannya. Ia usap matanya serta seluruh wajahnya sembari menghela nafas panjang agar lebih segar. Walapun sedikit.

"Pekerjaan sebentar lagi selesai kok run,semangat,"batinnya dalam hati untuk memberi semangat dirinya sendiri.

Runa pun segera menyelesaikan tugas itu secepat mungkin agar ia bisa tidur dan beristirahat dengan nyenyak. Setelah sekitar limabelas menit,akhirnya Runa selesai dan bebas dari tugas semua itu. Runa membereskan buku-buku yang berantakan di mejanya dengan mata yang sudah sayup mengantuk. Terkadang ia menguap dengan bebasnya sambil menata buku.

Setelah semua rapi dan jadwal pelajaran untuk esok sudah ia masukkan tas,ia bergegas menuju ranjang kesayangannya. Ia letakkan kacamatanya di buffet dekat ranjangnya. Selimut yang tebal berwarna abu-abu itu ia tarik dan ia pun langsung tertidur dengan pulasnya. Tak lupa ,lampu kamar ia matikan.

                           ***
Bibib..bibibbbb...!

Suara alarm itu begitu memilukan di telinga. Tidur yang tadinya nyenyak dilengkapi dengan mimpi indah langsung sirna sudah. Runa menguap dengan bebasnya sambil mengusap-usap matanya. Kepalanya sedikit mendongak untuk melihat jam pada alarm berwarna hijau itu. Betapa terkejut nya jantung Runa saat melihat angka yang tertunjuk pada alarm itu. Pukul setengah tujuh. Matanya membelalak seketika dan langsung bergegas menuju kamar mandi dan mengenakan seragam. Hal itu ia lakukan dengan cepat untuk hari ini. Ia juga tak sempat sarapan hari ini dan langsung menarik tasnya dan bergegas menuju sekolah. Tak lupa ia berpamitan pada ibunya dan langsung cepat-cepat mengayuh sepedanya dengan laju yang sangat cepat.

Jalanan cukup ramai hari ini. Beruntung saja,Runa menaiki sepeda untuk menuju ke sekolahnya. Terik matahari juga sudah terlalu menyengat kulit pagi ini. Kakinya terus berusaha mengayuh sepedanya dengan cepat. Hingga akhirnya ia sampai di sekolah saat jam tujuh kurang tiga menit.

Ciiiiiitttttt...!!

Runa mengerem sepedanya secara mendadak.Dengan nafas terengah,ia turun dari sepedanya. "Pak tunggu pak,jangan tutup dulu,"ujar Runa terengah. Runa melihat jam tangan yang melingkar ditangannya.

Aruna&ReganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang