Hari pernikahan. Hari di mana sepasang kekasih akan memulai hidup baru. Hari di mana semuanya akan berubah. Hari di mana kecemasan, ketakutan, kekhawatiran dan penantian akan dibayar dengan kelegaan dan kebahagiaan.
Itu semua untuk mereka yang saling mencintai. Lalu bagaimana dengan Yuki? Gadis itu bahkan sangat membenci laki-laki yang akan meminangnya. Benci adalah awal dari cinta sejati. Heh, omong kosong. Yuki bahkan tak pernah sekalipun tertarik pada laki-laki itu, apalagi mencintainya.
Cinta gadis itu, sudah untuk laki-laki lain. Laki-laki yang kini terbaring lemah di rumah sakit. Itu, berita yang ia ketahui terakhir kali sebelum ia memutuskan ini semua. Dan Yuki bersumpah, sampai kapanpun ia tak akan mencintai laki-laki manapun selain dia yang sudah berhasil mencuri hatinya.
Jika dihari pernikahan mempelai menagis karena rasa haru dan bahagia. Kali ini Yuki justru merasakan sebaliknya. Ia menagis karena terluka, tak seharusnya pernikahan ini terjadi. Kalaupun pernikahan ini harus terjadi bukan laki-laki itu yang bersanding dengan Yuki tapi dia, dia yang masih berada di rumah sakit.
"sayang, semuanya sudah menunggu." sang mama bahkan tidak tega, melihat putrinya yang terluka karenanya. Ia sadar semua ini salahnya, andai dulu ia mampu membayar sewa toko, tak mungkin ini semua terjadi.
"ma, Yuki gak bisa." air matanya bahkan tak bisa ia hentikan. Sang mama memeluk putrinya dari belakang, karena saat ini sang putri duduk di depan meja rias. Wajah cantik yang sudah dipoles make up sedikit luntur karena air mata yang luruh.
"maafin mama sayang." seakan ikut merasakan kepedihan sang putri, mama pun ikut meneteskan air mata.
Yuki dengam cepat menggeleng. Ia menghapus air matanya dengan lebut. Seakan takut jika ia kasar sedikit make up yang ia pakai akan semakin hancur. Ia mengambil bedak dan mulai kembali memoles wajahnya menutupi lebam dipipinya yang belum hilang.
"Yuki siap ma, Yuki harus siap." gadis itu berdiri dari duduknya dan menatap sang mama penuh keyakinan.
"kamu masih bisa batalin ini semua sayang." tidak, jika ia melakukan itu laki-laki keparat itu tak akan tinggal diam. Dia pasti akan semakin melukai Al.
"Yuki harus siap ma ini demi kalian orang-orang yang Yuki cintai." dengan cepat sang mama memeluk putrinya. Memberinya doa agar sang pencipta selalu mengiringi kebahagiaan disetiap langkah sang putri.
Dengan langkah pelan tapi pasti Yuki dan Mama berjalan keluar menuju taman belakan hotel, di mana acara ijab qobul dilakukan. Yaa konsep ijab qobul hari ini outdoor dengan menyungsung tema kebun. Tema dan konsep yang pernah dirancang oleh Al dan Yuki. Bahkan sakitnya kini bertambah saat mengetahuinya, harusnya ini pernikahan Al dan yuki.
Sesampainya di taman Yuki hanya menunduk berjalan beriringan dengan sang mama. Para tamu undangan menatap mempelai wanita penuh tanda tanya. Namun, berbeda dengan laki-laki yang sudah menunggunya sejak tadi. Ia bahkan tak berkedip saat melihat calon istrinya berjalan begitu anggun meski dengan wajah yang menunduk.
Senyum terus mengembang diwajah mempelai laki-laki. Berbeda dengan si gadis yang terus menunduk. Bahkan meski sudah duduk bersebelahan dengan calon suaminya. Yuki masih enggan mendongakkan kepala. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Entah karena gugup atau karena takut, Yuki sendiri tak tahu. Hatinya meminta untuk memandang calon suaminya, tapi otaknya mengatakan sebaliknya.
"baik, sekarang lebih baik kita mulai acaranya." ujar penghulu, jantung Yuki semakin berdetak tak karuan.
"sebelumnya saya ingin bertanya. Apa Anda siap menikah dengan wanita disamping Anda?" pengantin pria menoleh menatap calon istrinya penuh cinta dan kerinduan. Sedetik kemudian ia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Yuki
FanfictionAl gazali cowok keren kece dan yang pasti menjadi idola semua kaum hawa. mulai dari ABG, remaja, tante-tante,ibu-ibu sampai nenek-nenek menyukainya. Tapi ada satu cewek yang membuat seorang Al gazali bertekuk lutut bahkan terkadang Al bisa mempermal...