9.Fiction (HoMi)

499 35 6
                                    

Bagi Yoon Bomi, seorang Lee Howon bagaikan sebuah fiksi. Sesuatu yang tidak nyata dan mustahil untuk dia gapai.

~~~


Bomi sibuk mengelap meja meja cafe yang telah ditinggal pembelinya beberapa saat lalu saat bel di pintu masuk berbunyi. Menandakan ada pelanggan baru yang datang.

Gadis itu membenarkan seragam kerjanya dan segera membungkuk mengucapkan selamat datang pada pelanggan itu. Tak lupa senyum manis yang harus selalu dia tebar.

Namun sedetik kemudian gadis itu tertegun. Mendadak membatu saat melihatnya.

Lelaki itu.

Lelaki pertama yang telah berhasil menarik perhatiannya sejak pertama dia bekerja di cafe ini. Lelaki itu selalu datang pukul enam sore, disaat jam pulang kerja. Bomi bahkan hafal akan kedatangannya.

Bomi bahkan hafal jika sebentar lagi lelaki itu akan mengambil tempat duduk di pojok ruangan, dekat dengan jendela yang menampakkan pemandangan jalanan sore kota Seoul.

Nah. Benar dugaannya. Lelaki itu segera mengambil tempat duduk sesuai yang Bomi duga. Dan sebentar lagi dia pasti akan memesan segelas ice americano dan waffle cokelat favoritnya.

"Pelayan!" Lelaki itu melambaikan tangannya, membuat Bomi mau tak mau menghampirinya karena memang hanya dia yang tidak sibuk. "Aku pesan ice americano dan waffle extra cokelat,"

Nah. Dugaannya benar lagi bukan?

Bomi mengangguk lalu mencatat pesanan lelaki itu. Membungkuk kecil lalu segera pergi dari hadapan lelaki itu.

Bukan apa apa. Bomi hanya takut tak sanggup mengontrol debar jantungnya jika terlalu lama menatap lelaki itu. Maka yang bisa dia lakukan hanya berusaha menghindarinya.

Kurang lebih satu jam lelaki itu duduk disana, sendirian dan berkutat dengan laptopnya. Dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, menampakkan wajah serius yang entah mengapa sangat Bomi sukai.

Bahkan Bomi merasa seperti orang bodoh. Duduk diantara pojok meja kasir yang terhubung dengan dapur, tempat paling strategis untuk melihat sekeliling cafe termasuk ke tempat lelaki itu duduk. Tersenyum pada dirinya sendiri melihat setiap pergerakan lelaki itu.

Hanya dengan menatapnya dari jauh benar benar sudah sanggup membuat jantungnya berdebar tak karuan. Dimatanya apapun yang dia lakukan terlihat indah.

"Hey jangan melamun Yoon Bomi! Cepat bersihkan meja di pojok sana!"

Sentakan Tuan Kim managernya membuatnya tersadar dari lamunannya. Dia menghela nafas lemah saat menyadari lelaki itu sudah pergi. Jadi sedari tadi dia memang melamun seperti yang dikatakan Tuan Kim.

Dengan langkah gontai, Bomi melangkah menuju meja yang ditunjuk managernya. Sampai matanya mengerjap menemukan sesuatu di atas meja tersebut.

Sebuah dompet berwarna coklat tua.

Tangan Bomi tergerak membuka dompet itu dengan hati hati. Seulas senyum kecil langsung terukir di bibir tipisnya.

"Jadi namanya Lee Howon?"

~~~

"Ini Tuan, saya menemukannya kemarin saat membersihkan meja. Sepertinya milik Anda,"

Bomi tak kuasa menahan suaranya yang bergetar saat berhadapan langsung dengan lelaki itu. Lee Howon.

Baru kali ini dia berhadapan sedekat ini dengan lelaki itu. Dan dia merasakan kegugupan yang tak terkira saat Howon tersenyum berterima kasih padanya.

"Terima kasih banyak nona, aku sampai panik saat dompetku hilang. Rupanya tertinggal, sekali lagi terima kasih."

Howon tersenyum lebar membuatnya terlihat amat tampan dimata Bomi.

"Lain kali aku berjanji akan membalas kebaikanmu nona.. uhh Yoon Bomi? Kalau begitu aku permisi dulu,"

Bomi hampir saja melonjak kegirangan saat Howon menyebut namanya. Namun dia tahan, jadi dia hanya memasang wajah terkejutnya yang terlihat bodoh. Sampai dia tak menyadari jika Howon sudah pergi dari hadapannya.

"Bomi-ah kau baik baik saja kan?"

Suara Oh Hayoung teman kerjanya membuatnya tersadar dan kembali memasang wajah normal.

"Hayoung-ah, dia tahu namaku! Dia memanggil namaku tadi!!" Bomi langsung memekik senang bahkan melompat lompat di depan Hayoung.

"Maksudmu lelaki yang barusan? Lelaki yang kau sukai?"

Bomi mengangguk semangat. Bibirnya bahkan tertarik ke atas, begitu lebar.

"Tentu saja dia tahu, lihat ini!"Hayoung berkata datar sembari menunjuk name tag Bomi membuat senyum lebar Bomi luntur seketika.

Bomi meringis menyadari kebodohannya sendiri. Tersenyum getir. Membuat Hayoung yang melihatnya hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Ah benar juga. Memangnya apa sih yang kau harapkan Yoon Bomi?"

~~~

Bomi mendengarnya dengan jelas. Dia belum tuli dan telinganya masih berfungsi dengan baik. Bahkan dia rajin membersihkan telinganya dua hari sekali, jadi dia yakin tidak salah dengar.

Sebelumnya Bomi memang sudah melihatnya. Sejak lelaki itu, Lee Howon masuk ke cafe. Namun lelaki itu tidak sendiri, dia membawa seorang gadis yang harus Bomi akui sangat cantik.

Awalnya Bomi mencoba berpikir positif. Mungkin saja gadis itu temannya. Atau mungkin juga saudaranya. Bisa juga tetangganya. Mungkin saja kan?

Namun semuanya terpatahkan begitu saja saat Bomi mendengarnya beberapa menit yang lalu.

"Jung Eunji, maukah kau menikah denganku?"

Hati Bomi seakan remuk, serasa dicincang sampai tak berbentuk lagi. Matanya memanas, hingga retinanya tertutup bulir bulir kristal bening yang siap tumpah kapan saja.

Dan air matanya akhirnya tumpah ruah, mengalir deras membentuk dua aliran sungai kecil dipipinya saat gadis bernama Jung Eunji itu menganggukkan kepalanya. Tentu dengan wajah bahagia dan tersenyum lebar menatap Lee Howon.

Bomi berbalik, merasa tak sanggup menyaksikan semuanya. Tak ada harapan untuknya. Benar benar tak ada.

Kau memang selamanya tidak nyata untukku Lee Howon..






-FIN-

###

Hai kali ini post HoMi hoho~
Adakah yg ngeship mereka??

Keep voment juseyo readerdeul^^

Enjoy^^

Pink In Paradise ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang