Part 7

1.4K 84 5
                                    

Hari itu, panas matahari mulai terbit. Sekumpulan awan hitam kini telah pudar. Hempasan angin menggoyangkan rambut panjang Reena. Didepan pagar rumah Reena menunggu dijemput seseorang.

*Bunyi klakson mobil*

Reena menunggu Cakra yang kini telah sampai. Kebiasaan Reena adalah 5 menit setelah Cakra masuk komplek, ia langsung turun dan menunggu depan gerbang. Entah mengapa, namun Reena menyukai hal ini. Lebih baik menunggu daripada harus ditunggu.

Cakra keluar dari mobil dan langsung mencubit pipi Reena, "gemesss." Ucapnya. Reena tersenyum tipis saat menerima perlakuan Cakra kepadanya yang mampu membuat pipinya bersemu merah.

"Yuk." Ajak Cakra pada Reena. Cakra langsung membukakan pintu untuk Reena. Cakra selalu memperlakukan Reena istimewa. Ia tidak mau ada sesuatu hal aneh yang terjadi pada kekasihnya itu.

Cakra menggaspol mobilnya dengan kecepatan dibawah rata-rata.

"Cak, nanti kalau sampai aku terluka, kalau kita kecelakaan aku kelempar keluar, Kalau kepala aku kepentok dashboard, kalau nan-" Reena terdiam seketika. Cakra langsung memakaikan Reena seatbelt. Wajah Reena kembali memerah dan terseyum simpul melihat perlakuan Cakra kepadanya. Reena itu lucu, kode banget mau dipakaikan seatbelt sampai drama yang aneh-aneh.

"Udah dramanya sayang?" Cakra tersenyum manis sambil mengacak acak rambut Reena. Menurut Cakra, Reena itu berbeda dari yang lain. Sifatnya yang masih kekanak-kanak an, kadang suka cengeng kalau gak dikasih ice cream, tapi ia pintar menulis. Kekurangan dan kelebihan yang sebanding kalau menurut Cakra.

"Kamu kan, sehari gak jalan sama aku udah lupa gak pakein seatbelt." Reena memasang muka cemberut yang membuat Cakra semakin gemas.

Sepanjang perjalanan, diisi dengan canda dan tawa. Dari mulai mendengarkan lagu, drive thru makanan cepat saji, hingga saling melempakan kata-kata manis satu sama lain. Reena dan Cakra selalu menunggu dimana hari mereka jalan bersama. Karna terganggu tugas sekolah dan tuntutan penulisan buku Reena.

Cakra memarkirkan mobilnya di salah satu mall dibilangan Jakarta Barat. Seperti biasa, ia membuka kan seatbelt Reena dan mencium keningnya lembut.

"Reen, aku mau tanya sama kamu. Tapi semua jawabannya harus 'udah' ya?" Cakra mendekatkan tatapan wajahnya kearah Reena yang kini hanya berjarak 10cm.

"Kamu mau apa sih?" Reena memasang wajah bingung. "Pokoknya jawab aja. Oke?" Reena mengangguk tanda mengiyakan apa yang Cakra bilang.

"Udah mandi?"

"Udah"

"Udah sarapan?"

"Udah"

"Udah cuci muka?"

"Udah"

"Udah gosok gigi?"

"Udah"

"Udah sayang aku?"

"Udah"

"I love u." Lalu mengecup bibir Reena dengan spontan.

Reena berdecak kesal kepada Cakra. Reena mengeluarkan wajah cemberut yang menggemaskan. Bisa-bisanya Cakra menggoda Reena tanpa Reena sadari. "Awas ya kamu, aku bales nanti!" Ucap Reena mengancam Cakra dengan tatapan anak kecil.

Cakra dan Reena berjalan menelusuri setiap sudut mall. Pergelangan tangan Reena diapit oleh tangan Cakra. Dengan posisi ini, Reena merasa memiliki Cakra seutuhnya. Reena tidak bisa membayangkan kalau nanti ia harus pisah dengan Cakra. Dari mulai makan untuk kedua kalinya, membeli ice cream Turki, menonton bioskop hingga foto studio, semua mereka lalui bersama.

Reena dan Cakra pernah berkomitmen, dimana pun dan kemana pun mereka pergi, harus ada moment yang diambil. Sampai pernah suatu saat mereka hanya makan bubur pedagang kaki lima, lalu Cakra meminta tukang bubur tersebut untuk mengambil moment mereka. Simple, namun terasa hangat.

Kebiasaan yang selalu Reena hafal dari Cakra adalah, ia selalu membeli 4 popcorn dan 3 lemon tea untuk sekali nonton. 1 pop corn dan 1 lemon tea buat Reena, 3 popcorn dan 2 lemon tea lainnya untuk Cakra. Selain kebiasaan nonton Cakra yang tidak manusiawi, Cakra juga suka makan nasi goreng kepiting di restaurant dengan jatah 2 porsi. Reena selalu geleng-geleng kepala melihat kelakuan pacarnya.

"Cak, mau ice cream Turki." Pinta Reena memasang wajah memohon kepada Cakra.

"Temenin aku beli sepatu dulu ya?" Jawab Cakra.

Reena menggeleng tanda menolak permintaan Cakra. Kalau Reena sudah mengerutkan Dahi, bibir ditekuk, kepala menunduk kebawah itu artinya Reena menolak. Reena tidak pernah menolak dengan ucapan, karna ucapan selalu cepat masuk kedalam hati dan rasanya selalu tidak enak. Dapat membekas.

"Iya, iya sayang kita makan ice cream ya."

Reena tersenyum lebar melihat Cakra mengalah.

***

Reena sadar dari lamunannya, ia mengingat moment bersama dengan Cakra dahulu. Ponsel yang terjatuh, telah diambil oleh Danish dan ia simpan. Reena berusaha menahan tangisannya. "Kenapa kamu harus menghubungi aku lagi, Cak?" ucapnya dalam hati.

"Sekarang kita telah sampai di Rest Area, waktu kalian untuk ke toilet 20 menit, ya." Ucap Danish. Harusnya ini bagian Reena untuk memberikan informasi. Namun, Danish mengerti Reena. Danish tahu kalau Cakra menghubunginya lagi karna ponsel yang Reena pegang tadi terjatuh.

Setelah semua peserta turun dari bus, Danish menarik tangan Reena dan membawanya ke sebuah tempat makan yang jauh dari para client. Karna Danish tahu, gak mungkin nanti mereka melihat Reena sedang menangis. Apalagi perempuan kalau menangis susah untuk diberhentikan.

"Ada apa? Cakra lagi?" Tanya Danish lembut sambil menyelipkan rambut Reena ditelinganya. Reena masih menangis, menghiraukan pertanyaan dari Danish. "Reen, kadang masa lalu itu harus lo tinggalin. Sekalipun dia balik lagi." Ujarnya membujuk.

"Kenapa dia harus datang lagi, Nish?" Reena menangis, "disaat gue udah bersusah payah selama dia gak ada." ia memendamkan kepalanya dalam, matanya memerah dan tangannya bergemetar.

"Lo gamau coba bales dulu? Siapa tahu ada hal penting."

"Apa iya gue harus ngelakuin hal itu? Apa gue akan terlihat gampang didepan dia nantinya? Gue gak mau jadi barang bekas yang sudah dibuang lalu diambil lagi, Nish."

"Semua masalah akan ada jalan keluarnya ketika lo berfikir positif, pikiran lo lagi kacau sekarang." Danish memeluk Reena seketika. "Kalau lo menghindar, masalah itu makin ngejar lo." Sambungnya.

Danish melakukan hal ini karna ia pernah punya masa lalu yang selalu membuatnya kepikiran selama bertahun-tahun. Danish selalu menjadi tempat pulang seseorang. Maka dari semua kejadian yang pernah ia alami, ia berubah menjadi pria yang dingin, cuek, dan tidak peduli pada sekitar.

Reena tahu, ia masih sangat mengharapkan Cakra untuk kembali pada pelukannya. Namun disisi lain, Reena tidak mau terlihat seperti sampah. Berulang kali Reena menunggu kepastian dari Cakra untuk pulang, namun ia tak kunjung datang.

Seperti Senja [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang