Part 10

1.5K 76 4
                                    

Lammar Travel sudah berhasil sampai di Museum Angkut, Malang. Semua tourleader turun terlebih dahulu dan berkesiap mengawal sekumpulan anak-anak. Di Museum Angkut bisa dibilang lebih bebas, semua client bisa menelusuri seluk-beluk Museum dengan mandiri.

Reena terlihat merapihkan barisan kumpulan anak-anak tersebut. Danish memperhatikan Reena yang memperlihatkan keringatnya bisa dibilang jauh lebih cantik dan..sexy.

Tak lupa, Vandy juga ikut memperhatikannya.

Reena yang tersadar diperhatikan intens dengan Danish pun tersenyum lembut. Namun, dibalik senyumannya ada hati yang sedang tersobek-sobek.

Ya, Vandy.

Vandy mengeraskan rahang bawahnya dan berusaha menahan emosi yang sedang meluap-luap. Kalau saja Danish bukan teman sekaligus atasannya, ia mungkin sudah menghabisi Danish saat itu juga.

Ia memang seperti itu. Dari mulai sifatnya yang emosian, cemburu dengan volume maksimal, pemarah dan apapun yang Vandy sukai pasti ia akan menghalalkan segala cara.

Vandy merasakan bahu nya ditepuk oleh seseorang, ternyata Dero. Vandy memendamkan wajahnya dalam-dalam, takut Dero curiga karna wajahnya yang sedang memerah padam.

Tapi tetap saja ketahuan oleh Dero.

"Kenapa lo? Merah banget itu muka? Gakuat panas apa gimana sih?" Tanya Dero dengan wajah kepo.

"Diem lo, gausah ganggu gue dulu." Sahut Vandy dengan nada dingin.

"Sabar, mungkin ini cobaan...gausah serius-serius kali." Dero terkekeh membuat Vandy semakin memanas.

Vandy tak menjawab pernyataan Dero. Vandy lebih memilih meninggalkan Dero, ia takut emosinya semakin menaik dan tidak bisa mengkontrol diri.

Sekarang, Vandy sedang menatap Reena dengan tatapan gue suka lo, Reen. Sebaliknya, tatapan Vandy kepada Danish gue benci lo, Nish.

Reena terlihat tertawa lepas saat berbicara dengan Danish. Semua tourleader melihat mereka mulai menggeleng-geleng kepala heran, hanya Reena yang bisa membuat Danish-orang terdingin tertawa seperti itu.

"Fix, Danish suka sama Reena." Ucap Dero tepat ditelinga Ryan.

"I think so." Balasnya.

Setelah semua pengurusan tiket wisata selesai, semua peserta tour dipersilahkan untuk masuk. Tourleader boleh ikut masuk ataupun tidak masuk, tidak jadi masalah.

Reena yang memilih untuk ikut masuk pun diekori oleh Danish. Danish tetap menatap punggung Reena yang berada didepannya. "Dari belakang aja lo cantik, Reen." Ucapnya pelan.

"Gue denger loh."

Dug! Danish terpaku diam. Ini anak telinganya tajam banget ya.

"Santai sih Nish." Reena terkekeh melihat wajah Danish yang memerah karna malu, ya malu nya sudah mencapai ubun-ubun.

Reena masih terus berjalan sambil melihat-lihat beberapa koleksi yang dipamerkan dengan sengaja. Danish tidak lagi berjalan dibelakangnya, tapi disamping kanan Reena, sekarang.

"Reen, gimana lanjutan novel lo?" ucapnya seolah-olah mencari topik pembicaraan.

"Udah gue tulis."

"Alhamdullilah ada perkembangan." Danish menghela nafas lega.

"Iya, dua baris." Reena terkekeh sedangkan Danish mengerutkan dahinya.

"Gue masih bingung Nish apa yang harus gue tulis."

Seperti Senja [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang